Kelola Sampah Mandiri, Banjar Cemenggaon Miliki Teba Modifikasi
GIANYAR, NusaBali
Banjar Cemenggaon, Desa Celuk, Kecamatan Sukawati, Gianyar, berhasil mengelola sampah secara mandiri berbasis sumber.
Setiap rumah warga memiliki teba (halaman belakang pekarangan) modifikasi untuk mengelola sampah organik. Sedangkan sampah plastik ditabung di Bank Sampah. Warga Cemenggaon I Wayan Balik Mustiana,46, seorang penggiat lingkungan yang Ketua Komunitas Pengelolaan Sampah Mandiri Pedesaan, menjelaskan teba modifikasi hanya memerlukan sedikit lahan. Nama teba modern dipilih karena bagi orang Bali zaman dulu, teba adalah tempat di belakang rumah untuk membuang sampah. Teba yang cukup luas juga dijadikan tempat menanam pohon pisang, pohon kelapa maupun sejenisnya. Namun kini, keberadaan teba semakin sempit dan jarang ada. Dominan teba sudah disulap menjadi penginapan, rumah, maupun gudang yang bernilai ekonomis.
Agar tetap bisa membuang sampah di teba inilah, I Wayan Balik Mustiana kepikiran memodifikasi tempat sampah. "Jika mulanya, ke teba membuang sampah yang masih tercampur antara organik dan anorganik. Teba modifikasi ini hanya bisa dimasukkan sampah organik, semisal sampah sisa daun, sisa jejahitan banten. Jadi warga dituntut agar mau memilah," jelas Wayan Balik saat dikonfirmasi, Sabtu (20/11). Teba modifikasi berupa bak sampah di tanah ini, mulai dibuat sejak April 2021 hingga sekarang.
Teba modifikasi ini konsepnya sederhana. Berupa lubang diameter 80 cm dengan kedalaman 2 sampai 3 meter. Agar kuat, lubang ini menggunakan buis beton lengkap dengan penutupnya yang sudah dimodifikasi. "Tutupnya ada tali untuk angkat tutup. Ada dua lubang untuk masuknya serangga," jelasnya. Kedalaman 2 meter, kata Wayan Balik paling ideal sebagai hidupnya mikroba penghancur. "Kalau lebih dalam dari itu, mikroba gak bisa hidup. Penghancuran tidak maksimal," jelasnya.
Di Banjar Cemenggaon sendiri sudah dipasang teba modifikasi ini 350 unit di seluruh rumah warga. "Semua warga punya di rumahnya masing-masing. Bahkan ada 120 KK sudah punya 2 teba modifikasi ini," ujar Wayan Balik. Tak dipungkiri, teba modifikasi ini cepat penuh. Sebab sampah jumlahnya selalu unlimited. "Makanya per KK bagusnya punya dua. Kalau yang satu penuh, buang di lubang satunya lagi. Sampah ini tidak perlu diapa-apakan, biarkan saja. Nanti dia busuk sendiri. Boleh juga disiram air cucian beras untuk memancing mikroba berkumpul di sana," imbuhnya.
Hanya saja untuk dijadikan pupuk belum bisa. "Kalau mau boleh, tentu ditambahkan kandungan agar layak disebut pupuk," jelasnya. Terpenting bagi Wayan Balik, warga mulai teredukasi bagaimana menangani sampah sendiri. "Mau tidak mau, kita harus bertanggung jawab terhadap sampah kita sendiri. Jangan sampai bawa keluar, apalagi TPA kami sudah pada overload," ajaknya. *nvi
Komentar