Ornamen Piala Lebih Menonjolkan Sirkuit Mandalika
Piala World Superbike 2021 Mandalika Dibuat di Ketewel
GIANYAR, NusaBali
Piala kejuaraan World Superbike 2021 di Sirkuit Mandalika, Mataram, Lombok Barat, dibuat di Tuksedo Studio Bali (TSB), Desa Ketewel, Kecamatan Sukawati, Gianyar.
Hal ini tentu menjadi kebanggaan bagi TSB karena ikut terlibat dalam ajang balapan internasional yang dihelat di Pertamina Mandalika International Street Circuit. Founder TSB Pudji Handoko menjelaskan pada tahap awal dirinya mengajukan 13 desain tropi kepada Panitia Mandalika Grand Prix Association (MGPA). Namun hanya satu desain yang dianggap paling bagus, sehingga mulai memproduksi tropi dengan desain tersebut. Karena berkelas internasional, maka ornamen piala ini lebih menonjolkan sirkuit Mandalika. “Menurut saya jangan memaksakan sesuatu. Kalau seniman dibatasi macam-macam, harus begini harus begitu, nanti akan kehilangan hakikat. Tentunya desain ini mencerminkan balapan itu sendiri, sehingga ada relief sirkuit Mandalika,” paparnya saat ditemui di TSB, Jalan Tukad Tampuagan, Desa Ketewel, Kecamatan Sukawati, Gianyar, Senin (22/11).
Handoko menjelaskan, materi tropi yang dibuat berbahan aluminium dan stainless steel. TSB memang sehari-hari membuat produk bermaterial tersebut, antara lain untuk membuat kit car, modifikasi, re-kreasi, hingga restorasi kendaraan. “Jadi ndak ada kesulitan menangani material itu, karena itu sudah kerjaan sehari-hari,” imbuhnya.
Handoko menyebutkan, ada 28 tropi yang diproduksi TSB untuk ajang tersebut. 28 itu terdiri dari 12 tropi untuk Asia Talent Cup (ATC) 2021, 8 tropi untuk World Supersport 2021, dan 8 tropi lagi untuk World Superbike 2021. “Sebenarnya, awal kami hanya diminta membuat untuk kelas Supersport dan Superbike. Tapi sekalian diminta untuk membuat tropi untuk ATC. Kami garap ini sejak sebulan lalu,” beber Handoko.
Meskipun terbilang singkat, namun Handoko bersama kawan-kawannya akhirnya mampu menyelesaikan tropi-tropi tersebut dengan tepat waktu. Dia dibantu sekitar 30 orang di studio. Handoko bersyukur meskipun masa pandemi Covid-19, tidak kesulitan memperoleh bahan baku. “Sebenarnya kurang sih ya (waktunya). Karena proses desain di awal butuh revisi, butuh penyempurnaan. Itu saja sudah memakan waktu seminggu. Jadi ya lumayan begadang dan kami kerahkan semua tenaga. Kerjaan sehari-hari juga tidak bisa ditinggalkan, setelah jam 4 sore baru kami beralih ke tropi,” jelas arsitek asal Surabaya ini.
Dia menyebut, berat masing-masing trofi bervariasi, namun maksimal 5 kg. Tinggi trofi juga bervariasi dengan ukuran tertinggi 48 cm. Sebab ada standar internasional dalam pembuatan trofi tersebut. Setelah rampung, tropi dikirim dua kali. “Beratnya bervariasi, ada yang 2 kilogram, 3 kilogram, tapi tidak lebih dari 5 kilogram,” ujarnya.
Handoko mengaku senang dan bangga bisa terlibat dalam ajang bergengsi tersebut. Sehingga besar harapan TSB dapat kembali terlibat dalam pembuatan tropi MotoGP.
Pencapaian yang dicapai TSB pun dengan cepat menyebar di media sosial setelah mendapatkan apresiasi dari Ketua MPR RI Bambang Soesatyo. Dalam unggahan di akun instagram miliknya, pejabat yang akrab disapa Bamsoet ini menuliskan jika tropi yang dibuat secara handmade di Tuksedo Studio Bali ini mampu meninggalkan kesan mendalam bagi para juara yang akan menerima. Tropi ini sekaligus menjadi bukti nyata betapa hebatnya talenta serta potensi warga Indonesia sebagai pekerja, partisipan aktif hingga penyelenggaran ajang olahraga otomotif di level internasional.*nvi
Komentar