nusabali

Istri Kawin Lagi, Pekak Netra Hidup Sendiri di Gubuk Reot

  • www.nusabali.com-istri-kawin-lagi-pekak-netra-hidup-sendiri-di-gubuk-reot

Malang benar nasib Gede Netra, 76, warga Banjar Dinas Melaka, Desa Kayuputih Melaka, Kecamatan Sukasada, Buleleng.

Penghasilan Jadi Tukang Kandik Tak Tentu, Bersyukur Jika Bisa Beli Beras  


SINGARAJA, NusaBali
Di usianya yang renta dia harus menanggung beban hidup yang sangat berat di tengah himpitan kemiskinan. Pekak Netra yang tidak memiliki garis penerus, kian merana lantaran ditinggal kawin istrinya sejak dua tahun terakhir.

Kini Pekak (Kakek) Netra yang ditemui, Sabtu (4/2), tinggal di gubuk reot berukuran 4 x 5 meter di tengah kebun miliknya. Sedangkan bangunan dapur yang hanya beratap seng sudah ambruk duluan, karena sudah lapuk dimakan usia. Meski di usinya yang sudah senja, Pekak Netra masih mampu menafkahi dirinya sendiri dengan pekerjaannya sebagai tukang kandik (pembelah kayu bakar, Red). Tetapi karena faktor usia, tenaganya tidak sekuat dulu, tidak memungkinkannya untuk mengambil pekerjaan secara maksimal. Terlebih pekerjaannya itu baru datang ketika ada orang yang memintanya untuk membelah kayu bakar.

“Tidak tentu, kadang ada, kadang tidak sama sekali. Satu kali membelah kayu bakar bisa diberi upah seratus ribu rupiah satu harinya, tapi jarang,” ujar Pekak Netra yang mulai mengalami gangguan pendengaran.

Pekak Netra dan mantan istrinya, Ketut Trena, 60, sebenarnya dikaruniai dua anak perempuan. Yakni Luh Budiartini dan Kadek Resini. Mereka dikatakan sudah menikah dan jarang mengunjunginya.

Sedangkan mantan istrinya Ketut Trena, sejak dua tahun lalu meninggalkannya untuk kawin lagi dengan lelaki lain yang konon dari desa tetangga. Pekak Netra mengatakan dirinya ditinggalkan sang istri, karena keadaan ekonominya yang sangat parah. Dengan penghasilan kadang ada kadang tidak, dia hanya bisa bersyukur bisa membeli beras untuk dimasak.

Bahkan setelah kesendiriannya melalui hari-hari yang berat, Pekak Netra masih tetap bertahan dan mengambil pekerjaan, jika ada pesanan dari tetangganya yang sebagian besar kasihan kepadanya. Upah sebagai tukang kandik itu hanya cukup dibelikan beras untuk persediaannya selama dua minggu. Sedangkan untuk lauk pauk, dia hanya mengandalkan sayur mayur yang ada di kebunnya.

“Hanya daun singkong saja direbus, diisi garam dan cabai sudah cukup. Saya masak nasi dua hari sekali. Kalau sore masih, saya kukus hangatkan lagi,” imbuh Pekak Netra.

Di cuaca buruk seperti saat ini, Pekak Netra tidak lagi diizinkan tidur di gubuknya. Untuk sementara Pekak Netra menumpang di rumah adiknya, Nyoman Sunaka, yang tinggal tidak jauh dari gubuknya.

Tetapi kedua bersaudara ini memiliki nasib yang sama, ditinggalkan istri dan sama-sama kurang mampu. Namun kondisi rumah Sunaka lebih permanen dan masih layak huni. Sehingga Pekak Netra masih bisa ditampung di sana.

Sementara itu, Kelian Banjar Dinas Melaka, Desa Kayuputih Melaka, Ketut Wenten, mengatakan bahwa masih banyak warganya yang dalam kondisi seperti Pekak Netra, tidak memiliki rumah layak huni dan sangat miskin. Menurutnya ada sebanyak 52 kepala keluarga (KK) yang memerlukan penanganan segera, karena rumah yang mereka tempati tidak layak huni. Sebagian di antaranya memang sudah memegang kartu jaminna kesehatan, namun tidak sedikit juga yang masih tercecer. “Masih banyak warga kami yang seperti ini. Kami harap pemerintah bisa membantu, sehingga mereka bisa hidup lebih layak,” katanya.

Dinas Sosial Kabupaten Buleleng pada Sabtu kemarin melakukan pemantauan langsung, dan memberikan bantuan bahan pangan untuk Pekak Netra. Kepala Dinas Sosial Buleleng Gede Komang menyatakan akan mengecek kelengkapan administrasi dan status tanah yang dimiliki Pekak Netra, sehingga lebih cepat dapat diusulkan untuk mendapatkan bantuan bedah rumah. * k23

Komentar