Korsel Buka Kantor Konsulat di Denpasar
Karantina 3 Hari Kurangi Minat Turis Korea ke Bali
Pemerintah Korea Selatan dan Pemprov Bali intensifkan penjajakan kejasama transportasi LRT di Bali
DENPASAR, NusaBali
Pemerintah Korea Selatan (Kosrel) membuka Kantor Konsulat Jenderal di Denpasar, ditandai dengan peresmian kantornya di Jalan Mohamad Yamin Niti Mandala Denpasar, Jumat (26/11) siang. Pasca resmi buka kantor, Konjen Korsel intensifkan penjajakan kerjasama transportasi dan sektor lainnya dengan Pemprov Bali.
Peresmian Kantor Konjen Korsel di Denpasar, Jumat kemarin, dilakukan oleh Gubernur Bali Wayan Koster, Duta Besar (Dubes) Kersel berkuasa penuh untuk Indonesia Park Tae-sung, Konsul Jenderal Korsel di Denpasar Moon Young Ju, dan Sekda Kota Denpasar IB Alit Wiradana. Dengan dibukanya Kantor Konjen Korsel di Denpasar, ke depan akan mudah koordinasi dalam mewujudkan kerjasama yang disepakati.
Gubernur Koster menyebutkan, Pemprov Bali dan pemerintah Korsel sedang menjajaki kerjasama di bidang transportasi kereta api listrik, dengan energi ramah lingkungan dan energi baru terbarukan. Bukan hanya di bidang transportasi, sektor lainnya seperti pariwisata juga menjadi potensi kerjasama dengan Korsel.
"Kami tengah membahas kerjasama di bidang transportasi kereta api dan kendaraan bermotor menggunakan listrik yang ramah lingkungan. Pemerintah Korsel sangat berharap kerjasama ini bisa terwujud dan didukung penuh secepatnya," jelas Gubernur Koster.
Menurut Gubernur Koster, Bali saat ini terus berupaya meningkatkan pemanfaatan energi baru terbarukan, dengan kampanyekan motor listrik berbasis baterai. Bahkan, rencananya kendaraan bermotor berbasis baterai ini akan menjadi showcase saat pelaksanaan Konferensi Tingkat Tinggi G-20 di Bali, Oktober 2022 mendatang.
“Investasi moda transportasi (kereta api listrik) dan kendaraan listrik ini sudah kita bicarakan sebelumnya. Mudah-mudahan bisa segera terealisasi," tandas Gubernur asal Desa Sembiran, Kecamatan Tejakula, Buleleng yang juga Ketua DPD PDIP Bali ini.
Sedangkan untuk bidang pariwisata, kata Gubernur Koster, Bali selama ini kebanjiran wisatawan Korea. Sebelum pandemi Covid-19, wisatawan Korea yang berkunjung ke Bali alam setahun berkisar 140.000 sampai 200.000 orang. Puncaknya terjadi tahun 2019 ketika tercatat 200.000 turis dari Korea datang ke Bali.
Sayangnya, karena pandemi Covid-19 sejak Maret 2020, kunjungan turis ke Bali anjlok. “Dengan kondisi pandemi Covid-19 di Bali yang saat ini mulai melandai, kita berharap aktivitas masyarakat bisa normal dan turis Korea datang lagi ke Bali. Kalau bisa, nanti jumlah turis Korea ke Bali naik sampai 300.000 orang," harap Koster.
Menurut Koster, kerjasama Bali dan Korsel akan lebih cepat diwujudkan, karena negeri Ginseng sangat maju dalam teknologi dan digital. Koster pun berharap segera bisa mewujudkan kerjasama yang sudah dijajaki dengan pemerintah Korsel.
Dalam kesempatan itu, Koster juga memaparkan bahwa ke depan Bali tidak akan lagi hanya mengandalkan pariwisata untuk pertumbuhan ekonomi. Bali tak mau lagi ketergantungan dengan Pariwisata. Pemrov Bali di bawah Gubernur Koster sudah rancang penyeimbangan struktur perekonomian, mulai dari UMKM, pertanian, perkebunan, hingga kelautan/perikanan.
"Tentu ekonomi Bali itu harus berbasis kearifan lokal yang harmonis terhadap alam, hijau, berkualitas, bernilai tambah, berdaya saing, dan berkelanjutan. Maka, ke depan pariwisata tidak lagi menjadi goncangan menakutkan ketika ada pandemi. Pariwisata tidak lagi jadi tumpuan utama, sehingga kita survive," tegas Gubernur yang sempat tigfa periode duduk di Komisi X DPR RI dari Fraksi PDIP Dapil Bali ini.
Sementara, Dubes Korsel untuk Indonesia, Park Tae-sung, menyatakan bersyukur bisa membuka Kantor Konjen di Denpasar. Menurut Park Tae-sung, pembukaan Kantor Konjen Korel dapat dilakukan sedcara langsung karena pandemi Covid-10 di Bali yang melandai. “Ini berkat kepemimpinan Gubernur Koster," ujar Park Tae-sung.
Park Tae-sung menegaskan pemerintah Korsel akan terus menguatkan kerjasama transportasi dan energi ramah lingkungan di Bali. Dia pun yakin ke depan Bali akan menjadi provinsi yang ramah lingkungan dan mengukuhkan diri makin kuat sebagai daerah tujuan pariwisata dunia. Bukan hanya itu, Park Tae-sung juga amat yakin Bali akan sukses men-jadi tuan rumah KTT G-20, Oktober 2022 mendatang.
Pemprov Bali dan pemerintah Korsel telah menjajaki kerjasama pembangunan infrastruktur. Salah satu yang dijajaki adalah pemba-ngunan Light Rail Transit (LRT) atau kereta api ringan. Hal itu terungkap dalam pertemuan bilateral antara Gubernur Koster dengan Wakil Menteri Pertanahan-Infrastruktur-Transportasi Korsel, Yoon Sung-Won, secara virtual dari Jaya Sabha Denpasar, Selasa (16/11) lalu.
Kala itu, Yoon Sung-Won mengatakan Korsel perlu melakukan induksi dan pengenalan kemajuan industri serta sistem transportasi di negaranya untuk dapat digunakan di Bali. “Kerjasama secara sporadis sudah dimulai dilakukan. Salah satunya, penjajakan peluang pembangunan Kereta Api Ringan (LRT) sebagai akses Bandara I Gusti Ngurah Rai di Bali,” papar Yoon.
Menurut Yoon, rencana pembangunan transportasi kereta api itu sudah diperkuat pula dengan pengiriman dua orang staf Dinas Perhubungan Provinsi Bali untuk meneruskan sekolah bidang perkeretaapian di Korsel. "LRT di Bali masih proses study kelayakan," katanya.
Sementara itu, aturan karantina selama 3 hari bagi wisatawan mancanegara ke Bali di masa pandemi Covid-19, membuat turis asing mengalihkan kunjungannya akhir tahun 2021 ini. Termasuk wisatawan Korsel, yang mengalihkan kunjungan ke negara lain, karena aturan karantina di Bali yang dirasa memberatkan.
Hal ini diungkapkan Konsul Jenderal Korsel di Denpasar, Moon Young Ju, kepada awak media di sela acara peresmian Kantor Konjen Korsel, Jumat kemarin. Moon menyebutkan, warga Korsel biasanya berwisata ke Bali dengan masa tinggal rata-rata 5 hari. Kalau dipotong masa karantina selama 3 hari, otomatis waktu mereka berwisata berkurang.
"Perjalanan dari Korea ke Bali memakan waktu 7 jam sampai 1 hari, kemudian harus karantina selama 3 hari. Nah, karena aturan karantina 3 hari, tidak mungkin warga Korea mungkin bisa berwisata dengan waktu yang pendek," jelas diplomat lulusan Universitas Indonesia (UI) Jakarta ini.
Moon berharap tahun 2022 nanti tidak ada lagi kebijakan karantina bagi wisatawan asing ke Bali, sehingga warga Korsel bisa berlibur di sini untuk menikmati keindahan Pulau Dewata. "Kami sangat cinta Bali. Mudah-mudahan tahun depan sudah tidak ada karantina di Bali," harap Moon.
Sedangkan Dubes Korsel untuk Indonesia, Park Tae-sung, mengatakan Bali menjadi tujuan wisata favorit bagi warganya sejak 15 tahun lalu. “Warga Korea yang pergi keluar negeri 50 persennya ke Bali. Mereka lebih memilih Bali ketimbang Jakarta," papar Park Tae-sung.
Park Tae-sung berharap warga Korsel yang ada di Bali saat ini sebagai diaspora, bisa menjaga hubungan dan kerukunan dengan masyarakat lokal. "Kami bertugas menjaga perlindungan orang Korea di Bali, termasuk diaspora. Saya berharap dengan dukungan masyarakat Bali, warga Korea selalu bisa hidup rukun dengan masyarakat Bali selama tinggal di sini," katanya. *nat
Peresmian Kantor Konjen Korsel di Denpasar, Jumat kemarin, dilakukan oleh Gubernur Bali Wayan Koster, Duta Besar (Dubes) Kersel berkuasa penuh untuk Indonesia Park Tae-sung, Konsul Jenderal Korsel di Denpasar Moon Young Ju, dan Sekda Kota Denpasar IB Alit Wiradana. Dengan dibukanya Kantor Konjen Korsel di Denpasar, ke depan akan mudah koordinasi dalam mewujudkan kerjasama yang disepakati.
Gubernur Koster menyebutkan, Pemprov Bali dan pemerintah Korsel sedang menjajaki kerjasama di bidang transportasi kereta api listrik, dengan energi ramah lingkungan dan energi baru terbarukan. Bukan hanya di bidang transportasi, sektor lainnya seperti pariwisata juga menjadi potensi kerjasama dengan Korsel.
"Kami tengah membahas kerjasama di bidang transportasi kereta api dan kendaraan bermotor menggunakan listrik yang ramah lingkungan. Pemerintah Korsel sangat berharap kerjasama ini bisa terwujud dan didukung penuh secepatnya," jelas Gubernur Koster.
Menurut Gubernur Koster, Bali saat ini terus berupaya meningkatkan pemanfaatan energi baru terbarukan, dengan kampanyekan motor listrik berbasis baterai. Bahkan, rencananya kendaraan bermotor berbasis baterai ini akan menjadi showcase saat pelaksanaan Konferensi Tingkat Tinggi G-20 di Bali, Oktober 2022 mendatang.
“Investasi moda transportasi (kereta api listrik) dan kendaraan listrik ini sudah kita bicarakan sebelumnya. Mudah-mudahan bisa segera terealisasi," tandas Gubernur asal Desa Sembiran, Kecamatan Tejakula, Buleleng yang juga Ketua DPD PDIP Bali ini.
Sedangkan untuk bidang pariwisata, kata Gubernur Koster, Bali selama ini kebanjiran wisatawan Korea. Sebelum pandemi Covid-19, wisatawan Korea yang berkunjung ke Bali alam setahun berkisar 140.000 sampai 200.000 orang. Puncaknya terjadi tahun 2019 ketika tercatat 200.000 turis dari Korea datang ke Bali.
Sayangnya, karena pandemi Covid-19 sejak Maret 2020, kunjungan turis ke Bali anjlok. “Dengan kondisi pandemi Covid-19 di Bali yang saat ini mulai melandai, kita berharap aktivitas masyarakat bisa normal dan turis Korea datang lagi ke Bali. Kalau bisa, nanti jumlah turis Korea ke Bali naik sampai 300.000 orang," harap Koster.
Menurut Koster, kerjasama Bali dan Korsel akan lebih cepat diwujudkan, karena negeri Ginseng sangat maju dalam teknologi dan digital. Koster pun berharap segera bisa mewujudkan kerjasama yang sudah dijajaki dengan pemerintah Korsel.
Dalam kesempatan itu, Koster juga memaparkan bahwa ke depan Bali tidak akan lagi hanya mengandalkan pariwisata untuk pertumbuhan ekonomi. Bali tak mau lagi ketergantungan dengan Pariwisata. Pemrov Bali di bawah Gubernur Koster sudah rancang penyeimbangan struktur perekonomian, mulai dari UMKM, pertanian, perkebunan, hingga kelautan/perikanan.
"Tentu ekonomi Bali itu harus berbasis kearifan lokal yang harmonis terhadap alam, hijau, berkualitas, bernilai tambah, berdaya saing, dan berkelanjutan. Maka, ke depan pariwisata tidak lagi menjadi goncangan menakutkan ketika ada pandemi. Pariwisata tidak lagi jadi tumpuan utama, sehingga kita survive," tegas Gubernur yang sempat tigfa periode duduk di Komisi X DPR RI dari Fraksi PDIP Dapil Bali ini.
Sementara, Dubes Korsel untuk Indonesia, Park Tae-sung, menyatakan bersyukur bisa membuka Kantor Konjen di Denpasar. Menurut Park Tae-sung, pembukaan Kantor Konjen Korel dapat dilakukan sedcara langsung karena pandemi Covid-10 di Bali yang melandai. “Ini berkat kepemimpinan Gubernur Koster," ujar Park Tae-sung.
Park Tae-sung menegaskan pemerintah Korsel akan terus menguatkan kerjasama transportasi dan energi ramah lingkungan di Bali. Dia pun yakin ke depan Bali akan menjadi provinsi yang ramah lingkungan dan mengukuhkan diri makin kuat sebagai daerah tujuan pariwisata dunia. Bukan hanya itu, Park Tae-sung juga amat yakin Bali akan sukses men-jadi tuan rumah KTT G-20, Oktober 2022 mendatang.
Pemprov Bali dan pemerintah Korsel telah menjajaki kerjasama pembangunan infrastruktur. Salah satu yang dijajaki adalah pemba-ngunan Light Rail Transit (LRT) atau kereta api ringan. Hal itu terungkap dalam pertemuan bilateral antara Gubernur Koster dengan Wakil Menteri Pertanahan-Infrastruktur-Transportasi Korsel, Yoon Sung-Won, secara virtual dari Jaya Sabha Denpasar, Selasa (16/11) lalu.
Kala itu, Yoon Sung-Won mengatakan Korsel perlu melakukan induksi dan pengenalan kemajuan industri serta sistem transportasi di negaranya untuk dapat digunakan di Bali. “Kerjasama secara sporadis sudah dimulai dilakukan. Salah satunya, penjajakan peluang pembangunan Kereta Api Ringan (LRT) sebagai akses Bandara I Gusti Ngurah Rai di Bali,” papar Yoon.
Menurut Yoon, rencana pembangunan transportasi kereta api itu sudah diperkuat pula dengan pengiriman dua orang staf Dinas Perhubungan Provinsi Bali untuk meneruskan sekolah bidang perkeretaapian di Korsel. "LRT di Bali masih proses study kelayakan," katanya.
Sementara itu, aturan karantina selama 3 hari bagi wisatawan mancanegara ke Bali di masa pandemi Covid-19, membuat turis asing mengalihkan kunjungannya akhir tahun 2021 ini. Termasuk wisatawan Korsel, yang mengalihkan kunjungan ke negara lain, karena aturan karantina di Bali yang dirasa memberatkan.
Hal ini diungkapkan Konsul Jenderal Korsel di Denpasar, Moon Young Ju, kepada awak media di sela acara peresmian Kantor Konjen Korsel, Jumat kemarin. Moon menyebutkan, warga Korsel biasanya berwisata ke Bali dengan masa tinggal rata-rata 5 hari. Kalau dipotong masa karantina selama 3 hari, otomatis waktu mereka berwisata berkurang.
"Perjalanan dari Korea ke Bali memakan waktu 7 jam sampai 1 hari, kemudian harus karantina selama 3 hari. Nah, karena aturan karantina 3 hari, tidak mungkin warga Korea mungkin bisa berwisata dengan waktu yang pendek," jelas diplomat lulusan Universitas Indonesia (UI) Jakarta ini.
Moon berharap tahun 2022 nanti tidak ada lagi kebijakan karantina bagi wisatawan asing ke Bali, sehingga warga Korsel bisa berlibur di sini untuk menikmati keindahan Pulau Dewata. "Kami sangat cinta Bali. Mudah-mudahan tahun depan sudah tidak ada karantina di Bali," harap Moon.
Sedangkan Dubes Korsel untuk Indonesia, Park Tae-sung, mengatakan Bali menjadi tujuan wisata favorit bagi warganya sejak 15 tahun lalu. “Warga Korea yang pergi keluar negeri 50 persennya ke Bali. Mereka lebih memilih Bali ketimbang Jakarta," papar Park Tae-sung.
Park Tae-sung berharap warga Korsel yang ada di Bali saat ini sebagai diaspora, bisa menjaga hubungan dan kerukunan dengan masyarakat lokal. "Kami bertugas menjaga perlindungan orang Korea di Bali, termasuk diaspora. Saya berharap dengan dukungan masyarakat Bali, warga Korea selalu bisa hidup rukun dengan masyarakat Bali selama tinggal di sini," katanya. *nat
Komentar