Hilang Dua Hari Nenek Ditemukan Tewas di Jurang Air Terjun
TABANAN, NusaBali
Dilaporkan hilang dua hari, Ni Nyoman Tambir, 66, ditemukan tewas di Air Terjun Singsing Tukad Mecatu, Banjar Dinas Pajahan, Desa Pajahan, Kecamatan Pupuan, Tabanan, Sabtu (27/11).
Korban ditemukan dalam kondisi mengenaskan tersangkut di bambu dengan posisi terbalik, yakni kaki kanan berada di atas dan kepala berada di bawah. Sebelum dilaporkan hilang, Kamis (25/11) korban Ni Nyoman Tambir warga dari Dinas Seleksek, Desa Bantiran, Kecamatan Pupuan ini sempat berpamitan kepada suaminya pergi ke sawah untuk mencari keong sawah. Namun sampai malam tak kunjung balik hingga korban dilaporkan hilang ke Polsek Pupuan pada, Jumat (26/11) oleh keluarganya.
Kapolsek Pupuan, AKP Wayan Suastika menerangkan setelah dilaporkan hilang keluarga bersama warga melanjutkan pencarian terhadap Ni Nyoman Tambir. Berjarak sekitar 2 kilometer dari rumah korban, warga menemukan handuk dan keong yang sempat dicari di pinggir sungai.
Keluarganya pun langsung melakukan penyusuran di sungai tersebut, tak jauh dari lokasi handuk dan keong akhirnya korban ditemukan di kawasan Air Terjun Singsing. “Korban ditemukan sudah dalam kondisi meninggal dunia, tersangkut di pohon bambu di Air Terjun Singsing,” ujar AKP Suastika.
Menurutnya, korban ditemukan, Sabtu kemarin sekitar pukul 08.30 Wita oleh keluarga korban I Made Purlimasada dan I Putu Gunarta di pertengahan air terjun. Korban ditemukan dalam kondisi menyangkut di pohon bambu dengan posisi terbalik kepala berada di bawah dan kaki kanan menyangkut di pohon bambu.
Selain itu dari hasil pemeriksaan luar tempurung kepala korban sudah dalam kondisi pecah, kulit mengelupas, selangkangan robek dan tubuh dalam kondisi sudah membengkak. “Diperkirakan korban saat di sungai itu terjatuh kemudian hanyut di aliran sungai dan ditemukan di air terjun,” ungkapnya.
Menurut keluarganya korban ini memang kerap kali hilang. Terhitung sudah pernah hilang sebanyak tujuh kali karena korban juga memiliki penyakit epilepsi.
“Korban ini sakit dia, punya riwayat epilepsi,” imbuh AKP Suastika. Proses evakuasi korban pun memerlukan waktu lama, sebab medan evakuasi cukup curam. Korban dievakuasi bersama dengan tim gabungan mulai dari Basarnas Bali, BPBD Tabanan, Tagana Tabanan, polisi hingga warga setempat.
Jenazah korban dievakuasi menggunakan tandu yang terbuat dari bamboo.
Terpisah Bendesa Adat Bantiran, I Made Sandi Putra mengatakan keseharian korban Ni Nyoman Tambir hanya mencari kayu bakar ataupun pergi ke sawah selayaknya kegiatan sehari-hari orang tua. Namun korban ini memiliki riwayat penyakit epilepsi. "Saat dikabarkan tak pulang setelah pamit cari kakul, keluarga langsung mencari ke sawah," tegasnya.
Dari hasil pencarian keluarga ini, keluarga menemukan handuk dan kakul korban di pinggir sungai setelah melewati jembatan dari bambu. Sudah lewat dari jembatan bambu diperkirakan korban jatuh ke kali, karena di lokasi kejadian ditemukan bekas tanah yang terpeleset ke sungai. Kebetulan juga Kamis pagi itu Desa Bantiran hujan yang menyebabkan aliran sungai deras. "Jadi korban hanyut, kemudian di Air Terjun Singsing tersangkut di potongan bambu," beber Sandi Putra.
Proses evakuasi jenazah korban pun memerlukan waktu lama. Mengingat medan sangat ekstrem dan harus dilakukan evakuasi secepatnya untuk menghindari terjadinya hujan turun kembali. "Proses evakuasi 2 jam baru selesai, karena dari ditemukan jenazah korban, untuk membawa ke desa harus diikat gunakan bambu, kemudian digotong menggunakan bambu. Kami juga dibantu Basarnas Bali, hingga tim siaga bencana dari desa," bebernya.
Setelah dilakukan evakuasi, jenazah korban yang telah membengkak ini pun langsung dibawa ke Setra Adat Bantiran tanpa dibawa ke rumah korban di Banjar Seleksek, Desa Bantiran. Sesuai tradisi di Desa Adat Bantiran memang kalau ada warga yang meninggal salah pati, ulah pati tersebut pantang mayatnya dibawa pulang melainkan langsung dikubur. "Upacara resminya lagi 3 hari, tadi dikubur tanpa upakara lengkap," tandas Sandi Putra. *des
1
Komentar