Hujan Gerimis, Puluhan Krama Kerauhan Saat Ritual Ngerebong
Dihadiri Gubernur Bali Wayan Koster dan Wawali Arya Wibawa
DENPASAR, NusaBali
Ritual ngerebong di Pura Agung Petilan (Pura Ngrebong) Desa Adat Kesiman, Denpasar Timur yang digelar pada Redite Pon Medangsia, Minggu (28/11) sempat diguyur hujan sebelum ritual berlangsung.
Kendati hujan, ritual ngerebong tetap berjalan secara lengkap. Ritual Ngerebong yang digelar 6 bulan sekali ini dihadiri Gubernur Bali Wayan Koster, Wakil Walikota Denpasar I Kadek Agus Arya Wibawa dan ratusan warga yang ikut menyaksikan ritual tersebut.
Dari pantauan di lokasi, menjelang prosesi dilaksanakan belasan warga yang hadir di Pura Agung Petilan mengalami kerauhan. Ngerebong yang dimulai pukul 16.00 Wita tersebut diawali prosesi ngider Bhuana tiga kali, ngurek hingga kerauhan. Bendesa Adat Kesiman, I Ketut Wisna saat diwawancarai di sela pelaksanaan ritual ngerebong mengatakan prosesi ngerebong saat ini tidak lagi seperti tahun sebelumnya yang dilaksanakam secara ngubeng.
Kali ini prosesi lengkap seperti biasanya dilaksanakan sesuai dengan tuntunan yang sudah ada. Mulai dari Ngider Bhuana, kerauhan, hingga ngurek tetap terlaksana seperti biasanya. Sebab, jika tidak maka akan seperti sebelumnya banyak pamangku yang kerauhan ketika Ngerebong dilaksanakan secara ngubeng sebagai dampak Pandemi Covid-19 melanda Bali.
Akan tetapi menurut dia, dalam pelaksanaan Ngrebong kali ini dilakukan dengan penerapan protokol kesehatan (Prokes). “Kami dari prajuru desa, bagi yang belum vaksin 2 kali sangat dilarang ikut prosesi ini. Dan untuk pemedek yang tangkil ke pura juga dibagi-bagi untuk menghindari adanya kerumunan,” kata Wisna.
Menurut Wisna, Tradisi Ngerebong ini diyakini sudah ada sejak tahun 1937. Tradisi ini harus rutin dilaksanakan setiap enam bulan sekali. Krama yang menonton ritual ngerebong di Wantilan Pura Agung Petilan jumlahnya juga sudah dibatasi 50 persen dari kapasitas. Dalam prosesi Ngerebong ini juga menurutnya sudah disiapkan tim medis dari Puskesmas dan Satgas Covid-19 untuk bertugas di sekitar pura di Jalan WR Supratman Denpasar Timur.
Sedangkan pecalang yang dilibatkan bertugas berasal dari semua banjar pangempon. “Kalau dulu sebelum pandemi Covid-19, yang ditugaskan hanya 60 orang pecalang Desa Adat Kesiman. Nah, sekarang kita minta bantuan ke semua banjar yang ikut ngempon agar menerjunkan pecalangnya, biar personel lebih banyak dan bisa mengurai krama yang berkerumun,” tandasnya. *mis
1
Komentar