Fokus Bentuk PHDI Desa/Kelurahan
Pesamuan Alit PHDI Kecamatan Buleleng
Nyoman Suardika terpilih menjadi Ketua PHDI Kecamatan Buleleng periode 2021-2026.
SINGARAJA, NusaBali
Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kecamatan Buleleng menyelenggarakan pesamuan alit, pada Redite Pon Medangsia, Minggu (28/11) pagi kemarin di wantilan Pura Agung Jagatnatha Buleleng. Pesamuan alit menelurkan dua program kerja prioritas PHDI Kecamatan Buleleng yakni pembentukan PHDI desa/kelurahan dan menyamakan prosesi Sudi Wadani.
Ketua PHDI Kecamatan Buleleng terpilih periode 2021-2026, Nyoman Suardika usai pesamuan mengatakan, ada tiga hal penting yang dibahas dalam pesamuan alit yang pertama kali dilakukan di Buleleng. Hal pertama pembahasan pertanggungjawaban pengurus lama yang saat ini telah berakhir masa tugasnya. Selanjutnya pemilihan ketua baru. Dari lima formatur, Nyoman Suardika yang juga Ketua Panitia terpilih menjadi ketua baru. Hal terakhir yang dibahas yakni program kerja pengurus PHDI Kecamatan Buleleng selama enam tahun ke depan.
Suardika mengatakan, program prioritas pertama yang akan dilakukan adalah membentuk PHDI di tingkat desa/kelurahan. Di Kecamatan Buleleng saja ada 29 desa/kelurahan, namun belum semuanya memiliki pengurus PHDI desa/kelurahan. “Ada sekitar 14 desa/kelurahan yang belum terbentuk PHDI-nya, kami akan dorong itu ke depan, sehingga semua desa/kelurahan memiliki PHDI,” jelas Suardika yang juga dosen di STAHN Mpu Kuturan Singaraja.
Pengurus di tingkat desa/kelurahan menurutnya sangat penting. Terutama untuk memberikan pendampingan dan pembinaan kepada umat di lingkup paling bawah. Salah satunya membina dan memberikan pemahaman kepada umat yang baru menjalani prosesi Sudi Wadani. “Sudi Wadani ini kebanyakan terjadi karena pernikahan. PHDI desa/kelurahan inilah yang sebenarnya bertugas menindaklanjuti umat kita ini. Mereka yang belum paham ajaran agama Hindu diberi pemahaman, agar tidak menjadi kacau lagi,” jelas dia.
Tak hanya itu, PHDI Kecamatan Buleleng dalam waktu dekat ini akan menggelar workshop terkait prosesi Sudi Wadani. Program ini menjadi daftar prioritas, karena menurut Suardika selama ini di lapangan banyak ditemukan ketidakpahaman dalam proses ini.
Seorang yang akan memeluk Hindu, seharusnya akan diambil sumpahnya dahulu untuk menjadi penganut Hindu, setelah dinyatakan sah, baru dapat diupacarai secara adat. Namun kenyataannya di lapangan sering kali ditemukan terbalik. “Ini yang harus diluruskan bersama untuk satu kesatuan paham. Sebagai akademisi saya juga memiliki tanggung jawab itu,” tegasnya.
Sementara itu paruman alit juga dihadiri Camat Buleleng Nyoman Riang Pustaka dan Ketua PHDI Buleleng Gde Made Metera. Dalam sambutannya Metera mengatakan, kepengurusan PHDI Kecamatan sangatlah penting untuk mendukung program PHDI Kabupaten. Begitu pula dengan PHDI di tingkat desa/kelurahan, sebagai pengurus yang paling dekat dengan umat. *k23
Ketua PHDI Kecamatan Buleleng terpilih periode 2021-2026, Nyoman Suardika usai pesamuan mengatakan, ada tiga hal penting yang dibahas dalam pesamuan alit yang pertama kali dilakukan di Buleleng. Hal pertama pembahasan pertanggungjawaban pengurus lama yang saat ini telah berakhir masa tugasnya. Selanjutnya pemilihan ketua baru. Dari lima formatur, Nyoman Suardika yang juga Ketua Panitia terpilih menjadi ketua baru. Hal terakhir yang dibahas yakni program kerja pengurus PHDI Kecamatan Buleleng selama enam tahun ke depan.
Suardika mengatakan, program prioritas pertama yang akan dilakukan adalah membentuk PHDI di tingkat desa/kelurahan. Di Kecamatan Buleleng saja ada 29 desa/kelurahan, namun belum semuanya memiliki pengurus PHDI desa/kelurahan. “Ada sekitar 14 desa/kelurahan yang belum terbentuk PHDI-nya, kami akan dorong itu ke depan, sehingga semua desa/kelurahan memiliki PHDI,” jelas Suardika yang juga dosen di STAHN Mpu Kuturan Singaraja.
Pengurus di tingkat desa/kelurahan menurutnya sangat penting. Terutama untuk memberikan pendampingan dan pembinaan kepada umat di lingkup paling bawah. Salah satunya membina dan memberikan pemahaman kepada umat yang baru menjalani prosesi Sudi Wadani. “Sudi Wadani ini kebanyakan terjadi karena pernikahan. PHDI desa/kelurahan inilah yang sebenarnya bertugas menindaklanjuti umat kita ini. Mereka yang belum paham ajaran agama Hindu diberi pemahaman, agar tidak menjadi kacau lagi,” jelas dia.
Tak hanya itu, PHDI Kecamatan Buleleng dalam waktu dekat ini akan menggelar workshop terkait prosesi Sudi Wadani. Program ini menjadi daftar prioritas, karena menurut Suardika selama ini di lapangan banyak ditemukan ketidakpahaman dalam proses ini.
Seorang yang akan memeluk Hindu, seharusnya akan diambil sumpahnya dahulu untuk menjadi penganut Hindu, setelah dinyatakan sah, baru dapat diupacarai secara adat. Namun kenyataannya di lapangan sering kali ditemukan terbalik. “Ini yang harus diluruskan bersama untuk satu kesatuan paham. Sebagai akademisi saya juga memiliki tanggung jawab itu,” tegasnya.
Sementara itu paruman alit juga dihadiri Camat Buleleng Nyoman Riang Pustaka dan Ketua PHDI Buleleng Gde Made Metera. Dalam sambutannya Metera mengatakan, kepengurusan PHDI Kecamatan sangatlah penting untuk mendukung program PHDI Kabupaten. Begitu pula dengan PHDI di tingkat desa/kelurahan, sebagai pengurus yang paling dekat dengan umat. *k23
Komentar