Biaya Operasional RTH Capai Rp 2,1 M/Tahun
Biaya listrik paling besar, karena di RTH Bung Karno total ada 200 titik lampu. Selain itu juga pemakaian listrik untuk mesin pemotong rumput, pompa air, dan sebagainya.
SINGARAJA, NusaBali
Bangunan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Bung Karno (BK) di wilayah Kelurahan/Kecamatan Sukasada, Buleleng, yang telah tuntas dikerjakan seratus persen menunggu waktu peresmian. Dinas Lingkungan Hidup (LH) Buleleng mulai mengkalkulasi biaya operasional yang akan muncul setelah RTH ini dibuka untuk umum. Hasil hitungan sementara Dinas LH, RTH Bung Karno memerlukan anggaran Rp 2,1 miliar per tahun untuk biaya operasional.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Buleleng I Gede Melanderat, Senin (29/11), mengatakan perhitungan biaya operasional RTH dalam setahun sudah mencakup seluruh pembiayaan. Mulai dari biaya listrik, air, personel sampai operasional pertamanan. Menurutnya beban biaya yang paling besar dari listrik dan operasional taman.
“Biaya listrik memang yang paling besar, karena di RTH total ada 200 titik lampu. Selain itu juga pemakaian listrik akan bertambah dari penggunaan mesin seperti pemotong rumput, pompa air, karena menyangkut kebersihan yang harus tetap dijaga,” ungkap mantan Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan (KPP) Buleleng ini.
Menurut Melanderat, hitung-hitungan biaya operasional RTH sudah sesuai dengan real cost mengacu pada Peraturan Bupati (Perbup) tentang Standar Biaya. Anggaran yang tidak sedikit itu menurutnya sudah diusulkan kepada Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) Buleleng melalui Rencana Anggaran Belanja (RAB) Dinas Lingkungan Hidup Buleleng. Seluruh biaya operasional akan dibebankan pada APBD Buleleng.
Sementara itu meski dari struktur bangunan fisik sudah tuntas seratus persen, Melanderat mengatakan masih memiliki tugas dalam penataan taman. Saat ini vegetasi dan taman itu baru dilakukan 25 persen dan akan dilanjutkan di tahun 2022 mendatang.
“Untuk penataan taman, rencananya kami akan rancang sebagai taman musiman. Jadi bisa diganti-ganti jenis tumbuhan. Nanti akan kami kelola secara maksimal, sehingga ada variasi dan tidak membuat jenuh,” jelas Melanderat.
Sementara itu hingga Senin (29/11), rekanan PT Sanur Jaya Utama masih tampak membersihkan puing-puing dan alat konstruksi. Rencananya rekanan akan melakukan serah terima pengerjaan proyek kepada Dinas LH Buleleng pada Senin (6/12) mendatang. Rekanan yang sudah mengerjakan proyek selesai H-9 deadline kontrak, masih bertanggungjawab enam bulan ke depan dalam masa pemeliharaan. Sedangkan Dinas LH Buleleng juga masih mencari hari baik untuk pelaksanaan upacara macaru dan melaspas RTH, sebelum akhirnya diresmikan. *k23
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Buleleng I Gede Melanderat, Senin (29/11), mengatakan perhitungan biaya operasional RTH dalam setahun sudah mencakup seluruh pembiayaan. Mulai dari biaya listrik, air, personel sampai operasional pertamanan. Menurutnya beban biaya yang paling besar dari listrik dan operasional taman.
“Biaya listrik memang yang paling besar, karena di RTH total ada 200 titik lampu. Selain itu juga pemakaian listrik akan bertambah dari penggunaan mesin seperti pemotong rumput, pompa air, karena menyangkut kebersihan yang harus tetap dijaga,” ungkap mantan Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan (KPP) Buleleng ini.
Menurut Melanderat, hitung-hitungan biaya operasional RTH sudah sesuai dengan real cost mengacu pada Peraturan Bupati (Perbup) tentang Standar Biaya. Anggaran yang tidak sedikit itu menurutnya sudah diusulkan kepada Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) Buleleng melalui Rencana Anggaran Belanja (RAB) Dinas Lingkungan Hidup Buleleng. Seluruh biaya operasional akan dibebankan pada APBD Buleleng.
Sementara itu meski dari struktur bangunan fisik sudah tuntas seratus persen, Melanderat mengatakan masih memiliki tugas dalam penataan taman. Saat ini vegetasi dan taman itu baru dilakukan 25 persen dan akan dilanjutkan di tahun 2022 mendatang.
“Untuk penataan taman, rencananya kami akan rancang sebagai taman musiman. Jadi bisa diganti-ganti jenis tumbuhan. Nanti akan kami kelola secara maksimal, sehingga ada variasi dan tidak membuat jenuh,” jelas Melanderat.
Sementara itu hingga Senin (29/11), rekanan PT Sanur Jaya Utama masih tampak membersihkan puing-puing dan alat konstruksi. Rencananya rekanan akan melakukan serah terima pengerjaan proyek kepada Dinas LH Buleleng pada Senin (6/12) mendatang. Rekanan yang sudah mengerjakan proyek selesai H-9 deadline kontrak, masih bertanggungjawab enam bulan ke depan dalam masa pemeliharaan. Sedangkan Dinas LH Buleleng juga masih mencari hari baik untuk pelaksanaan upacara macaru dan melaspas RTH, sebelum akhirnya diresmikan. *k23
Komentar