Pakis Bali Gelontor 2,5 Ton Beras Korban Bencana
Saat Aksi Sosial, Putri Koster Minta Kesadaran Lindungi Tarian Sakral
AMLAPURA, NusaBali
Pasikian Paiketan Krama Istri (Pakis) Desa Adat Provinsi Bali melaksanakan aksi sosial untuk meringankan beban masyarakat korban bencana gempa dan longsor di Karangasem dan Bangli, Selasa (30/11).
Dalam aksi sosial kali ini, Pakis Bali dengan manggala utama istri Gubernur Bali Wayan Koster, Ni Putu Putri Suastini, menyerahkan ba-ntuan berupa 2,5 ton beras. Khusus untuk aksi sosial di wilayah Kabupaten Karangasem, Selasa kemarin, penyerahan bantuan beras secara simbolis dilakukan oleh Manggala Utama Pakis Bali, Ny Putri Suastini Koster, kepada Plt Kepala Pelaksana BPDB Karangasem I Nyoman Siki Ngurah. Penyerahan batuan dilaksanakan di Kantor Desa Ban, Kecamatan Kubu, kawasan di lereng Gunung Agung yang menjadi lokasi terparah diterjang longsor akibat gempa, 16 Oktober 2021 dinihari.
Sedangkan untuk wilayah Kabupaten Bangli, bantuan beras diterima secara simbolis oleh Kaepala Pelaksana BPBD Bangli I Ketut Gede Wiredana. Penyerahan bantuan disaksikan Manggala Utama Pakis Bangli, Ny Sariasih Sedana Arta, di Ruang Rapat Setda Kabupaten Bangli. Kegiatan soasial untuk korban gempa dan longsor di wilayah Bangli juga mendapat support 2 ton beras dari BPBD Provinsi Bali, yang merupakan bantuan para donator.
Putri Suastini Koster mengatakan kegiatan sosial yang dilaksanakan menjelang akhir tahun 2021 ini merupakan bentuk kepedulian Pakis Bali terhadap krama yang tertimpa musibah. Dalam program kerjanya, Pakis Bali tidak semata hanya fokus pada penguatan adat dan budaya, namun juga turut serta berperan aktif mendukung program pemerintah di bidang sosial.
Menurut Putri Koster, bencana gempa yang disusul terjadinya longsor di Karangasem (Desa Ban, Kecamatan Kubu) dan Bangli (Desa Trunyan, Kecamatan Kintamani) memang sudah lama berlalu, hampir 2 bulan. Namun, bukan berarti masyarakat yang menjadi korban gempa dan longsor sudah pulih sepenuhnya dan tidak lagi membutuhkan bantuan. “Bantuan masih sangat dibutuhkan korban bencana, khususnya mereka yang kehilangan tempat tinggal,” jelas Putri Koster.
Putri Koster berharap bantuan sosial yang digalang dari para donator mampu meringankan beban masyarakat terdampak bencana, terlebih di tengah situasi pandemi Covid-19. "Kami turun untuk mengetahui kondisi masyarakat. Dengan rasa saling memiliki tanggung jawab meringankan beban mereka, maka setiap ujian yang menerpa akan dapat kita lalui," papar Putri Koster, yang kemarin didampingi Kepala Dinas Pemajuan Masyarakat Adat (PMA) Provinsi Bali, I GAK Kartika Jaya Seputra.
Dari laporan yang diperoleh dari BPBD Karangasem dan BPBD Bangli, krama yang kehilangan tempat tinggal akibat bencana hingga saat ini masih membutuhkan uluran tangan. Organisasi Perangkat daerah (OPD) terkait memang telah memohonkan bantuan untuk pembangunan kembali rumah mereka, tapi itu membutuhkan waktu dan biaya cukup besar. Karena itu, Putri Koster mengetuk hati para dermawan untuk mengulurkan tangan agar rumah para korban gempa dan longsor bisa segera dibangun.
Sementara, saat aksi sosial kemarin, Putri Koster juga menginformasikan sejumlah program dari Pakis Bali, lembaga yang dipimpinnya. Menurut Putri Koster, Pakis Bali resmi terbentuk pada September 2020 lalu. Di awal pembentukannya, Pakis Bali masih fokus pada program sosialisasi untuk menginformasikan keberadaan sayap organisasi Majelis Desa Adat (MDA) ini.
Selain sosialisasi, Pakis Bali juga mulai melaksanakan sejumlah kegiatan yang berkaitan dengan upaya penguatan adat dan budaya Bali. Program yang telah berjalan, kata Putri Koster, antara lain, ‘pelatihan etika berbusana dan tata rambut pakem Bali’. Pakis Bali juga mengambil peran dalam upaya pelestarian tari sakral, seperti Tari Rejang.
Putri Koster menegaskan, dewasa ini terjadi euforia di tengah masyarakat yang menampilkan tarian sakral tidak sesuai dengan tempat dan fungsinya. Padahal, tarian sakral (tarian wali) hanya dapat dipentaskan di tempat terpilih.
Belakangan, kata Putri Koster, Tari Rejang yang sakral itu kerap ditarikan untuk kepentingan di luar upacara keagamaan. Padahal, Tari Rejang adalah salah satu tarian sakral yang dipentaskan di tempat dan acara tertentu saja.
"Tari Rejang tidak bisa dipentaskan untuk tujuan selain berhubungan dengan upacara keagamaan. Untuk itu, kita harus bangun kesadaran bersama, kita kembalikan tarian sakral ini ke pakemnya masing-masing," pinta tokoh perempuan yang juga menjabat Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Bali dan Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Provinsi Bali ini.
Sosialisasi terkait keberadaan tarian sakral, kata Putri Koster, harus terus dilakukan. Dengan begitu, masyarakat menjadi paham, mana yang masuk dalam tarian wali, tarian bebali, dan mana pula masuk tarian balih-balihan (tontonan).
"Pakis Bali memegang peran yang sangat strategis dalam sosialisasi keberadaan tarian sakral ini. Jika ada tarian sakral yang hampir punah, kita gandeng stakeholder terkait untuk merekonstruksi kembali tarian tersebut. Mari kita perkuat, lindungi, dan lestarikan tarian sakral yang ada di masing-masing desa adat," ajak tokoh perempuan yang dikenal sebagai seniwati multitalenta ini. *
1
Komentar