Dua Patung Besar Berdiri di Jembatan Jalan Gajah Mada
DENPASAR, NusaBali
Dua patung berukuran besar sudah dipasang di Jembatan Jalan Gajah Mada, Denpasar, Selasa (30/11) malam.
Dua patung karya seniman Denpasar, I Nyoman Gede Sentana Putra atau yang akrab dengan nama Kedux Garage ini berdiri dengan gagah di kiri dan kanan jembatan.
Pemasangan Patung Sang Kala Tri Semaya ini dilakukan, Selasa malam mulai pukul 22.30 Wita hingga rampung terpasang Rabu (1/12) dinihari. Dalam proses pemasangannya, untuk satu patung membutuhkan waktu kurang lebih dua jam hingga patung bisa berdiri dengan sempurna.
Seniman pembuat patung, I Nyoman Gede Sentana Putra alias Kedux Garage menuturkan pembuatan patung ini bermula dari permintaan pembuat desain Pasar Kumbasari, yakni Ketut Siandana. Kedux diminta untuk merespon jembatan Gajah Mada dengan patung. “Jembatan ini kemudian saya anggap lalu lintas manusia, dan saya berpikir raksasa atau boma apa yang cocok,” ungkapnya, Rabu kemarin.
Setelah itu, dia pun memutuskan untuk membuat Patung Sang Kala Tri Semaya. Jumlah kala ini sebenarnya 108, dan diambil dua dari 108 bentuk tersebut dan direalisasikan menjadi patung. “Saya ambil yang bentuk fisik raksasanya mendekati anatomi manusia. Aksesorisnya juga tidak pakai gelungan karena sesuai penempatannya. Beda dengan di pura kan ada gelungan,” tutur Kedux.
Kedux menambahkan, Sang Kala Tri Semaya ini merupakan kala yang turun ke dunia pada zaman Kaliyuga untuk menjaga manusia. Dalam pembuatan dua patung ini, Kedux membutuhkan waktu selama tiga bulan. Dia mengaku dibantu oleh beberapa rekannya untuk mengukir detail aksesoris patung dan dibuat di Kediri, Singapadu, Gianyar. “Saya yang membuat bentuknya dan proporsi patung, sementara teman-teman membantu untuk membuat ukiran aksesorisnya. Waktunya cukup mepet tiga bulan, kalau tidak dibantu tidak bisa cepat,” ungkapnya.
Pembuatan patung ini pun mengalami beberapa kendala terkait pencarian bentuk boma atau raksasa. Apalagi ini merupakan patung pertama yang dibuat oleh Kedux. “Awalnya saya berpikir boma itu sederhana, tapi setelah saya buat, banyak hal yang harus dipelajari. Misal tangan kanan bawa senjata, kaki kiri yang naik,” katanya.
Selain itu, dirinya juga harus mencari tahu perbedaan style boma Denpasar atau Bebadungan, Gianyar, tahun 1970-an hingga tahun 1940-an. Pengerjaan patung ini baru selesai Senin, 29 November 2021 malam dan paginya langsung dibawa ke Denpasar.
Bagi Kedux, karakter Denpasar khususnya Bebadungan harus tetap dipertahankan dan diangkat agar tidak hilang. Oleh karena itu, dalam pembuatan patung ini dia berusaha menggunakan acuan style bebadungan. “Bagaimana kita mempertahankan karakter dari karya nenek moyang kita. Jangan sampai semua bangunan menggunakan karakter luar,” imbuhnya. *mis
1
Komentar