Festival Bali Jani sebagai Wadah Publikasi Komunitas Seni Modern Bali
Festival Bali Jani merupakan ajang seni tahunan yang diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan Provinsi Bali untuk mewadahi kreativitas seniman-seniman dalam menggali, melestarikan , dan mengembangkan seni modern Bali.
Penulis : Ni Wayan Ria Andayani
Mahasiswa Magister Tata Kelola Seni 2021 ISI Yogyakarta
Berbeda hal yang dengan festival bergengsi Bali lainnya, Festival Bali Jani ini fokus terhadap seni-seni modern atau yang bisa disebut dengan seni kontemporer. Dalam festival ini terdapat berbagai cabang acara yaitu pawimba (lomba), adilango (pergelaran), megarupa (pameran), timbang rasa (serasehan), beranda pustaka (bursa buku), dan penghargaan Bali Jani Nugraha.
Pengagas Festival Bali Jani adalah Putri Suastini Koster, istri dari Gubernur Bali Wayan Koster. Menurut Putri Suastini Koster dalam beberapa wawancaranya bersama awak media mengatakan alasan menggagas Festival Bali Jani karena menurutnya Bali sudah sangat terkenal dan kental akan seni tradisinya, jadi mari beri peluang bagi anak-anak muda yang bertalenta untuk mengembangkan bakat dan cara pandangnya terhadap seni tradisi melalui cara yang berbeda yaitu seni modern atau kontemporer.
Gagasan tersebut kemudian disampaikan kepada Gubernur Bali dan mendapat respons positif dari dinas kebudayaan, sehingga sampai saat ini Festival Bali Jani sudah berlangsung untuk ketiga kalinya.
Kerjasama Dinas Kebudayaan Provinsi Bali dengan komunitas-komunitas seni seluruh Bali menjadikan Festival Seni Bali Jani pada setiap tahunnya berlangsung meriah. Komunitas-komunitas menjadikan Festival Bali Jani sebagai ajang publikasi diri dan karya agar branding komunitas dikenal oleh masyarakat maupun pemerintah.
Selain itu, peran seniman-seniman sepuh, dosen-dosen kampus seni di Bali, salah satunya Institut Seni Indonesia Denpasar juga menjadi penambah bobot kualitas di Festival Bali Jani ini. Keterlibatkan para akademisi seni sebagai kurator dan liputan media-media Bali menjadikan kerjasama terjalin sangat baik.
Festival Bali Jani diadakan di antara bulan Oktober dan November dimulai dari tahun 2019 hingga sekarang. Dilaksanakan di beberapa ruang publik seperti Taman Budaya Art Centre Denpasar, Arma Museum Ubud, Museum Lukisan Ubud, Kampus Institut Seni Indonesia Denpasar, dan lain-lainnya.
Tempat acara dipilih sesuai dengan tema dan kebutuhan acara, seperti pameran-pameran lukisan, penyelenggara memilih Arma Museum Ubud sebagai tempat pameran, kemudian untuk pementasan pertunjukan dipilih Taman Budaya Art Centre dan Kampus Institut Seni Indonesia Denpasar sebagai panggung pertunjukan.
Diselenggarakan Festival Bali Jani diharapkan untuk menyeimbangkan seni tradisi, seni modern, dan kontemporer di Bali. Bali sudah memiliki Pesta Kesenian Bali yang fokus terhadap seni-seni tradisi Bali dan sudah terselenggara dengan baik hingga ke-42 kalinya.
Tentunya sebagai penyeimbang kreativitas di seni modern Festival Bali Jani menjadi salah satu solusi. Dampaknya setiap lapisan masyarakat dapat berpartisipasi dalam Festival Bali Jani yang menonjolkan seni modern. Hal tersebut dimaksud karena seni modern atau kontemporer bersifat bebas dan kreatif menjadikan ajang ini sanat terbuka bagi setiap kalangan.
Salah satu contoh pada tahun 2019 di Festival Bali Jani I adanya kolaborasi antara bartender dan pemain musik dalam satu pementasan, ini jelas terlihat bahwa Festival Bali Jani membuka peluang luas bagi masyarakat tidak hanya seniman untuk mempublikasikan diri, memasarkan skill dan kualitas dirinya.
Seluruh penampil Festival Bali Jani merupakan komunitas-komunitas seni modern dan kontemporer yang diakui keaktifan dan produktivitasnya dalam berkesenian. Komunitas ini dipilih dari beberapa kabupaten yang ada di Provinsi Bali, contohnya: Komunitas Wayang Ental dari Kabupaten Badung, Komunitas Bumi Bajra Kota Denpasar, Komunitas Tapak Tuju dari Ubud Gianyar, dll. Komunitas-komunitas yang terbentuk dari kampus-kampus yang ada di Bali juga turut andil dalam festival ini contohnya: Komunitas Usadi Langu ISI Denpasar.
Penampilan Teater Limas dalam Festival Bali Jani III (30/10/2021) - Instagram disbudprovbali
Sebagai Wadah Publikasi
Setiap acara seni yang diselenggarakan pemerintah di bawah dinas terkait tentunya menjadi salah satu cara bagi komunitas-komunitas seni maupun seniman secara individu untuk mempromosikan atau mempublikasi diri dalam kaitan peningkatan eksistensinya.
Sudah jelas terlihat Dinas Kebudayaan Provinsi Bali sebagai penyelenggara Festival Bali Jani mengadakan kerjasama dengan banyak pihak dalam publikasinya. Dilihat dari banyaknya media yang mengulas tentang acara festival ini, ditambah dengan akun media sosial Dinas Kebudayaan Provinsi Bali yang membagikan berita terkait acara festival ini.
Strategi-strategi yang dilakukan dinas terkait dalam publikasi acara sangat membantu komunitas untuk lebih populer di masyarakat. Kenaikan popularitas ini sangat menguntungkan bagi setiap komunitas, karena membuka peluang bagi pihak yang melihat publikasi ini untuk menonton dan tertarik melakukan kolaborasi di ajang lainnya.
Sebagai contoh kecil dari manfaat publikasi festival ini adalah meningkatnya minat penonton untuk mempelajari seni. Melihat salah satu penampil adalah komunitas yang melibatkan anak-anak sekolah dasar dalam pementasan membuat beberapa orang tua menghubungi pihak komunitas tersebut untuk mendaftarkan anaknya bergabung latihan rutin di komunitas tersebut. Hal ini sudah barang tentu menjadikan perkembangan, pelestarian seni dan meningkatkan eksistensi komunitas seni di Bali.
Membaca peluang-peluang sederhana seperti hal di atas menjadi hal yang harus dilakukan bagi komunitas-komunitas yang belum pernah tampil dalam ajang-ajang bergengsi seperti Festival Bali Jani ini. Festival seni modern yang baru di kalangan masyarakat pasti meningkatkan minat masyarakat untuk mengapresiasi acara ini. Hal tersebut sangat menguntungkan bagi komunitas- komunitas seni di Bali.*
1
Komentar