nusabali

Hidup Sendirian Tanpa Suami-Anak, Rumah Porakporanda

  • www.nusabali.com-hidup-sendirian-tanpa-suami-anak-rumah-porakporanda

Untuk bertahan hidup, Gusti Ayu Sember selama ini mengandalkan uluran tangan kerabat dan tetangga, selain juga berupaya membuat bantal tape untuk dijual

TABANAN, NusaBali

Derita yang dialami Ni Gusti Ayu Made Sember, 70, warga miskin dari Banjar Biaung Kelod, Desa Biaung, Kecamatan Penebel, Tabanan, seakan tidak berkesudahan. Setelah lama hidup menyendiri pasca ditinggal mati suaminya, I Gusti Made Lodog, janda tanopa dikaruniai keturunan ini malah kehilangan rumah gubuknya yang porakporanda diterjang angin kencang, 22 Desember 2016 lalu.

Bangunan rumah gubuk berikut dapur milik Ni Gusti Ayu Made Sember yang porakporanda diterjang angin itu merupakan satu-satunya peninggalan almarhum suaminya, I Gusti Made Logog. Rumah gubuk yang roboh diterjang angin tersebut berukuran hanya 4 meter x 2,5 meter. Rumah gubuk itu dijadikan tempat tidur dan sekaligus dapur.

Karena rumah gubuknya hancur, Gusti Ayu Sember pun praktis tak punya tempat tinggal lagi. Beruntung, dia diizinkan menempati satu bangunan milik kerabatnya, Ni Gusti Ayu Warsiki, yang masih satu natah (halaman rumah). Rumah tersebut telah bertahun-tahun ditinggalkan pemiliknya tinggal di Denpasar. Rumah tersebut juga sudah dalam kondisi rusak, di mana kacanya pecah dan genting banyak yang bocor.

Pemilik rumah, Gusti Ayu Warsiki, merupakan menantu Gusti Ayu Sember dari iparnya. “Ya, saya sekarang hidup menumpang, menempati rumah milik menantu dari ipar,” terang janda tanpa keturunan ini saat ditemui NusaBali di rumah milik Gusti Ayu Warsiki di Banjar Biaung Kelod, Desa Biaung, Kecamatan Penebel, Minggu (5/2) lalu.

Hidup menyendiri tanpa suami dan anak, membuat Gusti Ayu Sember tak berdaya melawan kemiskinan. Untungnya, masih ada sanak saudara maupun tetangga yang peduli terhadap Gusti Ayu Sember. Merekalah yang kerap membantu perempuan sebatangkara berusia 70 tahun ini.

Selama ini, Gusti Ayu Sember praktis hanya mengandalkan uluran tangan kerabat dan tetangga untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari. Namun, dia tetap bersyukur, karena setiap musim panen ada saja orang yang memberinya beras.

Kendati sebagai keluarga miskin, Gusti Ayu Sember mengaku tidak mendapat bantuan beras miskin (raskin) dari pemerintah. Dia mengaku telah diperjuangkan oleh kelian banjar dan kepala desa untuk mendapatkan bantuan raskin. Namun, hingga kini raskin belum turun. “Saya sudah tua, hanya mengandalkan hidup dari bantuan sanak keluarga dan tetangga,” tutur Gusti Ayu Sember.

Jika jatuh sakit, biasanya Gusti Ayu Sember selalu mencari kelian banjar I Gusti Putu Pinda untuk mengantarnya berobat. Jika kelian banjar tidak bisa mengantar, ada saja warga yang membantu perempuan miskin yang sejak lama menderita reumatik ini.

Untuk bertahan hidup, Gusti Ayu Sember tidak mau hanya mengandalkan uluran kerabat dan tetangga. Setiap harinya, dia membuat bantal tape yakni sarana banten yang wajib ada dalam upacara keagamaan. Bahan bantal tape yang terbuat dari daun kelapa tersebut dia dapatkan dari meminta kepada krama yang cari kelapa. “Ada saja yang kasi. Tiga tusuk bantal tape saya jual seribu rupiah,” cerita Gusti Ayu Sember.

Menurut Gusti Ayu Sember, setiap harinya ada saja warga yang beli bantal tape buatannya untuk keperluan banten. Pesanan bantal tape semakin ramai jelang perayaan hari-hari suci Hindu maupun piodalan di pura.

Sementara itu, Kelian Dinas Banjar Biaung Kelod, Desa Biaung, I Gusti Putu Pinda, mengakui Gusti Ayu Sember merupakan warga miskin yang sulit bisa memenuhi kebutuhan pangan untuk makan tiga kali sehari. “Kadang, dia (Gusti Ayu Sember) makan hanya sekali dalam sehari,” ungkap I Gusti Putu Pinda saat dikonfirmasi NusaBali secara terpisah.

Gusti Puti Pinda menyebutkan, pihaknya telah melaporkan hancurnya rumah gubuk milik Gusti Ayu Sember ke Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Tabanan, 23 Desember 2016 lalu. Sehari kemudian, 27 Desember 2016, petugas BPBD Tabanan turun ke lokasi untuk melakukan pengecekan.

“Seminggu kemudian, kembali didatangi petugas untuk verifikasi. Tapi, sampai sekarang tidak ada bantuan apa pun,” keluh Gusti Putu Pinda. Bahkan, lanjut dia, pihaknya telah berkali-kali mendatangi Kantor BPBD Tabanan untuk menanyakan apakah warganya ini dapat bantuan atau tidak?

Selaku kelian banjar, Gusti Putu Pinda menyayangkan Gusti Ayu Sember yang benar-benar miskin, tidak mendapat bantuan raskin. “Nini (nenek) ini tinggal seorang diri tanpa suami dan tak punya anak. Rumah pun tak punya,” kata Gusti Putu Pinda.

Menurut dia, Gusti Ayu Sember sangat layak mendapat bantuan raskin maupun bantuan lainnya karena tidak mampu. Pihaknya bersama pihak desa mengaku sudah mengusulkan agar Gusti Ayu Sember mendapat bantuan raskin. Sebab,  yang bersangkutan benar-benar mengharapkan bantuan  untuk bertahan hidup. Dalam sehari, Gusti Ayu Sember bisa tidak makan jika tak ada warga yang membantunya.

Gusti Putu Pinda memaparkan, pihaknya bersama warga di Banjar Biaung Kelod kerap membantu Gusti Ayu Sember jika sakit. Dulunya, suami Gusti Ayu Sember, yakni Gusti Made Lodog, sangat dihormati warga setemppat, karena sempat selama 30 tahun menjadi Bendesa Adat Biuang. Di samping itu, almarhum juga kerap dimintai bantuan karena terampil dan pintar tentang banten. “Keluarga almarhum Gusti Lodog sangat dihormati warga sehingga warga kerap membantu Gusti Ayu Sember,” paparnya. * k21        

Komentar