Koster Yakinkan Bali Siap Jadi Tuan Rumah World Water Forum 2024
DENPASAR, NusaBali
Gubernur Wayan Koster yakinkan Bali sangat siap untuk menjadi tuan rumah pertemuan internasional World Water Forum (WWF) X 2024 mendatang.
Apalagi, sudah ada fasilitas dan infrastruktur pendukung di Bali, yang sering sukses menggelar perhelatan tingkat dunia. Kesiapan Bali menjadi tuan rumah event WWF 2024 ini diungkapkan Gubernur Koster di hadapan Governor of World Water Council, Dale Jacobson, di Rumah Jabatan Gubernur Bali, Komplek Jaya Sabha Denpasar, Rabu (8/12) siang. Kedatangan Panitia Seleksi Tuan Rumah WWF 2024 ke Bali kemarin, didampingi pula Staf Ahli Menteri Bidang Teknologi, Industri, dan Lingkungan Kementerian PUPR, Endra S Atmawidjaja. Pakar Tata Air yang sekaligus Pendiri Indonesia Water Institute (IWI), Firdaus Ali, juga hadir.
Ikut mendampingi Gubernur Koster dalam pertemuan kemarin adalah Kepala BPBD Provinsi Bali I Made Rentin dan Plt Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali, Tjokorda Bagus Pemayun. Gubernur Koster pastikan akan mendukung penuh dan memfasilitasi kegiatan WWF 2024 di Bali.
Menurut Gubernur Koster, kesiapan itu diperkuat oleh fasilitas dan infrastruktur pendukung di Bali, yang sudah sering menggelar dengan sukses perhelatan tingkat dunia, termasuk IMF Summit dan Pertemuan APEC. “Belum lagi persiapan untuk KTT G-20, Oktober 2022 mendatang, hingga menjadikan Bali semakin punya kesiapan untuk menjadi tuan rumah pertemuan akbar yang menghadirkan delegasi ba-nyak negara," tegas Gubernur Koster.
Gubernur Koster menyatakan gelaran internasional seperti WWF 2024 ini diharapkan mampu menjadi upaya pemulihan perekonomian Bali yang terpuruk pasca pandemi Covid-19. "Jadi, selain menghasilkan hal-hal essensial, dari pertemuan tersebut juga bisa bermanfaat bagi masyarakat lokal," papar Gubernur yang juga Ketua DPD PDIP Bali ini.
Dalam pertemuan di Jaya Sabha kemarin, Gubernur Koster juga menceritakan masyarakat Bali yang dikenal dengan keunikan adat dan budaya-nya, sangat menghormati air. Disebutkan, air tidak saja sebagai sumber kehidupan, namun juga punya makna-makna spiritual dan filosofis.
"Kami punya tradisi secara kearifan lokal dan spiritual untuk melestarikan air dan sumber-sumbernya, dengan upakara yang sangat sakral. Jadi, itu adalah cara masyarakat Bali untuk memuliakan air (yang ada di danau, laut, sungai, air terjun, dan lainnya, Red)," terang politisi senior PDIP asal Desa Sembiran, Kecamatan Tejakula, Buleleng ini.
Untuk memuliakan air yang tersebar di Pulau Dewata, Koster menyam-paikan di era kepemimpinannya sebagai Gubernur Bali, pemuliaan terhadap air dituangkan dalam visi ‘Nangun Sat Kerthi Loka Bali’, yang mengandung makna menjaga kesucian dan keharmonisan alam Bali beserta isinya, untuk mewujudkan kehidupan krama Bali yang sejahtera dan bahagia, sekala-niskala menuju kehidupan krama dan gumi Bali sesuai dengan prinsip Tri Sakti Bung Karno.
Menurut Koster, untuk mewujudkan visi tersebut, ditempuh melalui misi pembangunan Bali, yang salah satunya mengembangkan tata kehidupan krama Bali secara sekala dan niskala berdasarkan nilai-nilai filsafat Sad Kertih: Atma Kertih, Danu Kertih, Wana Kertih, Segara Kertih, Jana Kertih, dan Jagat Kertih. "Jadi, yang berkaitan dengan air, terdapat poin Danu Kerthi, yaitu upaya untuk menjaga dan menyucikan sumber-sumber air tawar seperti danau, sungai, dan sumber-sumber mata air lainnya," katanya.
Visi dan misi tersebut, kata Koster, tertuang secara jelas dalam kebijakan yang telah dikeluarkan melalui Peraturan Gubernur (Pergub) Bali Nomor 24 Tahun 2020 tentang Pelindungan Danau, Mata Air, Sungai, dan Laut. Pelindungan danau, mata air, sungai, dan laut ini dilakukan secara sekala dan niskala, yang bersumber dari kearifan lokal Sad Kerthi. Itu dilaksanakan oleh perangkat daerah yang menyeleng-garakan urusan pelindungan danau, mata air, sungai, dan laut bersama Pemkab/Pemkot dan desa adat.
"Kemudian, dalam strategi aksi-nya, kita melaksanakan kegiatan penghijauan di sekitar sumber-sumber air, dengan tujuan debit air yang dihasilkan agar tetap terjaga. Penanaman pohon dilaksanakan di sekitar sumber air, agar sumber air itu tidak kering dan mati," jelas Gubernur yang sempat tiga kali periode duduk di Komisi X DPR RI dari Fraksi PDIP Dapil Bali (2004-2009, 2009-2014, 2014-2018) ini.
Kemudian, untuk menjaga kualitas sumber air, diperlukan upaya dengan mengoptimalkan pertanian organik dalam radius tertentu dari sumber air dimaksud. Menurut Koster, wilayah tersebut dijaga agar tidak terkena polusi dan zat kimia. "Kami sudah punya Pergub dan Perda yang mengaturnya. Jadi, selain secara upacara dan adat budaya, juga diatur lewat kebijakan. Inilah cara-cara kami untuk memuliakan air secara bijak," beber Koster.
Gubernur bergelar Doktor Ilmu Matematika jebolan ITB Bandung ini menegaskan bahwa air adalah penentu kehidupan manusia. "Air yang ada di Bali tidak hanya untuk minum, mandi atau memasak, tetapi juga sebagai sarana penyucian dalam upacara keagamaan. Setiap ritual keagamaan pasti ada penggunaan air."
Sementara itu, Governor of World Water Council, Dale Jacobson, menyatakan sangat terkesan dengan paparan dan penjelasan Gubernur Koster, yang secara nyata memperlihatkan bagaimana air jadi elemen penting dalam kehidupan dan juga pola pembangunan di Bali. "Saya terkesan, terutama melihat air jadi bagian penting sebagai sumber kesejahteraan bagi masyarakat Bali. Saya juga apresiasi bahwa air jadi elemen penting dalam program pembangunan," puji Dale Jacobson.
Dale Jacobson menjelaskan, beberapa hari ke depan dirinya dan tim yang terdiri dari 4 orang akan meninjau langsung kesiapan fasilitas serta pendukung, yang nantinya bakal digunakan untuk mendukung terselenggaranya WWF X 202. "Tapi, seperti yang saya jelaskan tadi, saya sejujurnya sangat terkesan bagaimana air bisa jadi bagian kehidupan dan pembangunan berkelanjutan di Bali. Ini kata kunci pen-ting harus disampaikan dalam WWF nanti. Jadi, sustainability adalah yang utama," tegas Dale Jacobson yang memimpin langsung Election Committee WWF X 2024 mendatang.
WWF atau Forum Air Sedunia merupakan kegiatan rutin tiga tahunan, yang memamerkan aneka ruang kreatifitas dan inovasi terkait ke-air-an. Forum ini merupakan wadah khusus multi-stakeholder dari seluruh dunia, yang mempunyai perhatian di bidang sumber daya air.
Lewat forum WWF ini, sejumlah pihak mencari solusi tantangan di bidang sumber daya air di masa depan. Masalah tentang air ini menjadi isu politis di beberapa negara. Pada saat bersamaan, stakeholder terkait mulai mencari solusinya, yang didasari dengan kegiatan World Water Council (WWC) 1996. *nat
Komentar