Pikat Wisatawan, Objek Pantai Melasti Ditambah Panggung Tari Kecak
MANGUPURA, NusaBali
Pandemi Covid-19 yang melanda dunia hampir 2 tahun belakangan ini, membuat kunjungan wisatawan di sejumlah objek wisata di Badung, khususnya Badung Selatan mati suri.
Tak terkecuali objek wisata Pantai Melasti, Desa Ungasan, Kecamatan Kuta Selatan. Meski kunjungan turun drastis, objek wisata yang memiliki ciri khas tebing tinggi dan pasir putih ini terus berbenah dengan sejumlah terobosan.
Salah satunya dengan membuka spot baru berupa pangung budaya untuk pertunjukan Tari Kecak. Pembukaan spot baru itu diharapkan bisa menarik minat wisatawan ketika gerbang pariwisata Internasional kembali dibuka.
Asisten Manager Pengelola Objek Wisata Pantai Melasti I Made Wijana menerangkan kunjungan wisatawan ke Pantai Melasti menurun karena Covid-19. Namun pihaknya tetap menata dan menambah sejumlah spot dan akomodasi lainnya di area Pantai Melasti yang memiliki luas 4 hektar itu.
Penataan anara lain di area restoran, penambahan fasilitas beach club dan stage Tarik Kecak. “Kalau beach club itu sudah ada empat unit. Terbaru adalah stage kecak yang baru dibuka pada 20 November 2021 lalu,” ungkapnya saat ditemui di Pantai Melasti, Jumat (3/12).
Dijelaskannya, penambahan akomodasi dan juga fasilitas di Pantai Melasti bagian dari upaya menata kawasan tetap terjaga. Ketika gerbang pariwisata Internasional benar-benar dibuka di Bali, Pantai Melasti sudah siap menerima kunjungan, baik wisatawan mancanegara maupun domestik.
Wijana mengakui, penambahan stage Tarik Kecak yang dinamai Panggung Budaya Praharscitta di Pantai Melasti, merupakan spot baru. Dengan stage ini, diharapkan bisa membuat wisatawan datang menyaksikan pertunjukan seni budaya Bali. “Untuk stage kecak di Pantai Melasti ini berkapasitas 1.000 penonton. Keberadaan stage ini memang berbeda dengan yang lain. Kami menyuguhkan pemandangan pantai, tebing dan juga sunsetnya,” imbuh Wijana. Stage ini mulai dibangun sejak awal tahun 2021 dan rampung pada Agustus dan baru dibuka 20 November 2021.
Karena masih baru, stage ini belum banyak dikenal orang. Wijana berencana mengandeng sejumlah travel agent dan hotel untuk memromosikan stage tersebut. Timnya juga berpromosi kepada pengunjung di kawasan wisata setempat. Untuk jam operasi, pihaknya masih menerapkan 3 kali dalam sepekan, yakni Jumat, Sabtu, dan Minggu. “Karena masih baru, kita lakukan penyesuaian dulu. Sehari tampil sekali, selama sejam dari pukul 18.00 Wita hingga pukul 19.00 Wita,” urainya.
Stage ini akan diramaikan penari kecak dari 15 Banjar di Desa Ungasan. Mereka dibagi dalam tiga sekaa. Masing-masing sekaa beranggotakan 70 orang. Dalam meningkatkan keahlian para penari ini, Desa Ada Ungasan memberi perhatian khusus kepada penari dengan mengandeng pengajar tari dari Sanggar Eka Bakti. “Selama dua bulan penuh, tiga tim yang masing-masing beranggotakan 70 orang ini dilatih menari khususnya untuk pertunjukan kecak. Hasilnya, sejauh ini sudah sangat baik dan kami sudah siap tampil,” urainya.
Penyarikan Desa Adat Ungasan I Wayan Suarta menerangkan pembukaan pangung budaya untuk pertunjukan Tari Kecak ini atas inisiatif warga. Di mana, lantaran pandemi Covid-19, penghasilan tidak menentu, sehingga warga yang kehilangan pekerjaan bisa mencari penghasilan lewat pentas Kecak. Dia mengaku saat ini belum bisa mengakomodir semua warga untuk tampil menari, karena keterbatasan anggaran dan juga jam tampil. Untuk latihan menari Kecak, pihaknya menguncurkan dana cukup tinggi, terutama untuk mendatangkan pelatih khusus. “Kalau persiapan kami untuk pentas ini tentu dari berbagai aspek, termasuk latihan. Total 100an juta rupiah kami kuncurkan untuk pelatihan selama dua bulan lebih ini,” ungkapnya.
Dari tiga sekaa yang sudah diasah kemampuannya selama kurang lebih dua bulan, baru ada satu tim yang bisa dikategorikan siap tampil. Sementara, dua tim lainnya masih terus berlatih. Dia berharap, dua tim yang belum itu sudah bisa tampil maksimal saat pergantian tahun nanti dan saat gerbang pariwisata dibuka. Setelah dilaunching pada 20 November lalu, stage Kecak itu baru lima kali digunakan, karena kembali ada pengetatan berwisata.
Namun, dia berharap setelah pergantian tahun, aturan kembali dilonggarkan dan wisatawan kembali berkunjung ke Pantai Melasti untuk menyaksikan Tari Kecak. “Saat ini memang pertunjukan kecak belum maksimal. Salah satu faktornya soal aturan terbaru itu. Makanya, saat ini penari masih fokus latihan dan diselingi penampilan langsung di lokasi,” bebernya.
Disingung soal target wisatawan, Wayan Suarta mengaku pentas Kecak ini menyasar semua wisatawan, baik mancanegara maupun domestik. Hal itu juga terlihat dalam 5 pertunjukan sejak dibuka. Wisatawan yang datang, baik itu dari mancanegara dan domestik yang jumlahnya mencapai 50 an orang.
Sejak awal hingga selesai pertunjukan, pihaknya tetap mengutamakan prokes sesuai anjuran pemerintah. “Saat ini masih ada wisman yang nonton secara langsung. Jumlahnya cukup banyak juga, tentunya wisman itu sudah ada dan masih stay di Bali sebelum pandemi,” paparnya. Dia berharap ke depannya pertunjukan Tari Kecak di Pantai Melasti ini bisa memberikan warna dan nuansa baru di kawasan wisata ini.7dar
1
Komentar