Buruh Tebang Tewas Tertimpa Pohon Sandat yang Baru Ditebangnya
Petaka di Banjar Pengawan, Desa Sibetan
AMLAPURA, NusaBali
Petaka pohon tumbang menimpa buruh yang menebangnya hingga tewas terjadi di tegalan kawasan Banjar Pengawan, Desa Sibetan, Kecamatan Bebandem, Karangasem, Senin (13/12) siang pukul 12.30 Wita.
Korbannya adalah I Wayan Budiarna, 51, buruh tebang pohon yang tewas mengenaskan akibat tertimpa dahan pohon seusai istirahat makan siang.
Informasi di lapangan, sebelum musibah maut terjadi, korban Wayan Budiarna, buruh tebang pohon asal Banjar Perangsari Tengah, Desa Duda Utara, Kecamatan Selat, Karangasem menebang pohon sandat di lokasi TKP. Korban menerima order tebang pohon langsung dari pemilik pohon sandat di tegalan tersebut, yakni I Wayan Kaler.
Saat itu, korban Wayan Budiarna maburuh tebang pohon bersama tiga rekan seprofesinya. Mereka masing-masing I Putu Kusuma Negara, 47 (buruh asal Banjar Karanganyar, Desa Sibetan, Kecamatan Bebandem, Karangasem), I Made Suda, 37 (asal Banjar Perangsari Tengah, Desa Duda Utara, Kecamatan Selat, Karangasem), dan I Ketut Darsa, 56, (asal Banjar Abiantihing Kelod, Desa Jungutan, Kecamatan Bebandem, Karangasem).
Empat sekawan ini mulai menebang pohon sandat sedtinggi 25 meter dengan diameter sekitar 50 cm, Senin pagi sekitar pukul 08.00 Wita. Di sebelah pohon sandat yang ditebang tersebut terdapat pohon wani ukuran besar. Posisi kedua pohon ini berda-mpingan dalam jarak hanya 3 meter.
Nah, pohon sandat yang ditebang korban kemudian toboh menindih dahan pohon wani. Selanjutnya, dahan dan batang pohon sandat dipotong-potong, hingga menjadi beberapa bagian sesuai pesanan. Setelah pohon sandat terpotong-potong, korban dan tiga rekannya mengevakuasi batang dan dahan yang sudah terpotong itu dari tempat penebangan ke lokasi yang ditentukan oleh pemiliknya. Selama proses penebang pohon sandat dan evakuasi batang serta dahannya yang telah terpotong, tidak ada kendala.
Sekitar pukul 12.00 Wita, korban bersama tiga rekannya memilih istirahat makan di sekitar tempat tebang pohon sandat tersebut. Usai makan siang sekitar pukul 12.30 Wita, keempat buruh tebang pohon ini sempat ngobrol. Saat itu, posisi duduk korban Wayan Budiarna persis di bawah pohon wani yang sempat tertindih pohon sandat, sementara tiga rekannya agak berjauhan.
Tanpa disangka, dahan pohon wani yang sebelumnya sempat tertindih pohon sandat roboh, tiba-tiba jatuh menimpa korban Wayan Budiarna. Buruh berusia 51 tahun ini pun terkapar bersimbah darah dalam kondisi luka berat di bagian kepala belakang. Korban yang tertimpa dahan pohon di bagian kepala, mengeluarkan darah segar dari hidung, telinga, dan mulut, hingga langsung tewas di tempat.
Atas musibah ini, ketiga rekan korban: I Putu Kusuma Negara, I Made Suda, dan I Ketut Darsa langsung bergegas memberikan pertolongan. Mereka mengangkat tubuh korban yang bersimbah darah. Selanjutnya, ada seorang warga Banjar Pengawan, Desa Sibetan yang melaporkan musibah maut ini ke Polsek Bebandem.
Begitu mendapat laporan, petugas Polsek Bebandem langsung berkoordinasi dengan petugas medis Puskesmas Bebandem. Mereka kemudian bersama-sama terjun ke lokasi TKP dengan dikoordinasikan Kapolsek Bebandem, AKP I Wayan Gede Wirya.
Saat petugas tiba di lokasi TKP, korban Wayan Budiarna sudah dalam kondisi tak bernyawa. Berdasarkan hasil olah TKP dan keterangan saksi-skasi, disimpulkan korban murni tewas akibat tertimpa dahan pohon wani jatuh. Jenazah korban kemudian diantar ke RSUD Karangasem di Amlapura.
Hingga kemarin sore, jenazah korban tertimpa pohon ini masih dititip di Instalasi Pemulasaran Jenazah RSUD Karangasem. Pihak keluarga masih berkoordinasi dan berembuk soal dewasa ayu (hari baik) untuk upacara jenazah korban.
Korban Wayan Budiarna berpulang buat selamanya dengan meninggalkan seorang istri dan dua orang anak laki-laki. Kedua anak korban, I Kadek Sunarta dan I Ketut Budiarta, kemarin siang ikut mengantar jenazah ayahnya ke IRD RSUD Karangasem hingga Instalasi Pemulasaraan Jenazah.
Salah satu menantu korban, Ni Komang Kasih, juga ikut ke RSUD Karangasem. Menurut Komang Kasih, mnertuanya selama ini memang mengandalkan nafkah sebagai buruh tebang pohon menggunakan chainsaw, selain juga jadi buruh tani. “Iku sudah pekerjaannya sehari-hari. Tapi, kami tidak menyangka ada kejadian seperti ini,” tutur Komang Kasih. *k16
1
Komentar