Gianyar Terapkan Pengelolaan Sampah Plastik Berbasis Digital, Ubah Sampah Jadi Berkah
GIANYAR, NusaBali.com – Dengan memilah sampah, warga Kabupaten Gianyar bisa mendapatkan berkah jika menjadi nasabah Bank Sampah Induk Parahita Padma Negara.
Pengelolaan sampah plastik berbasis digital ini akan diterapkan awal tahun 2022. Sampah rumah tangga yang sudah dipilah ini bukan hanya dijemput petugas di depan rumah, namun ada potensi cuan jika sampah plastik yang dipilah mencapai jumlah tertentu.
Untuk setiap satu kilogram sampah plastik yang dikumpulkan warga di wilayah Kabupaten Gianyar dihargai Rp 3.000, yang nantinya akan dimasukkan dalam sistem poin pada aplikasi Mulung Parahita saat melakukan penyetoran sampah.
"Poinnya bernama Mulung Point yang dapat ditransfer tunai melalui fitur tukar poin yang tersedia. Nanti nilai sampah non organik seperti kotak susu kemasan, botol kaca, kertas, bahkan plastik sachet akan bernilai dan data akan diperbarui per 25 Desember 2021," kata Ketua Bank Sampah Induk Parahita Padma Negara, Agung Jezy, Jumat (17/12/2021).
Bank Sampah Induk Parahita Padma Negara diresmikan sebagai bank sampah induk oleh Bupati Gianyar Made Agus Mahayastra pada Minggu (11/12/2021) berdasarkan Surat Keputusan Bupati Gianyar Nomor 1159/E-06/HK/2021 tentang Pengukuhan dan Penetapan Pengurus Bank Sampah Induk Parahita Padma Negara di Kabupaten Gianyar.
Hadirnya bank sampah berlokasi di di Jalan Kresna nomor 29 Desa Bona, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar ini masih dalam tahap sosialisasi di 68 dusun yang ada di Kabupaten Gianyar dan menargetkan 18.500 KK menggunakan aplikasi pengelolaan sampah berbasis digital bernama Mulung Parahita yang dapat diunduh melalui Google Playstore.
"Saat ini sekitar 1.000 lebih warga yang telah mengunduh aplikasi. Mengingat kami baru sosialisasi selama delapan hari, dan program ini akan diresmikan awal tahun di bulan Januari 2022 oleh Bupati Gianyar karena merupakan program wajib bupati. Adapun beberapa wilayahnya seperti Kelurahan Gianyar, Desa Bona, Desa Medahan, Desa Sukawati, Desa Ketewel, Desa Celuk, Desa Singapadu, Desa Tampaksiring dan desa lainnya," ujar Agung Jezy.
Lalu apakah nasabah harus bayar biaya pendaftaran atau biaya pengambilan sampah? “Nasabah tidak ada bayar apa-apa ke kami,” tegas Agung Jezy.
Program yang ditujukan kepada ibu-ibu PKK (Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga) ini selain menarik minat masyarakat untuk secara mandiri memilah sampah skala keluarga, program tersebut juga bertujuan untuk mengedukasi masyarakat tentang pentingnya menjaga lingkungan dan ekosistem.
"Dengan harapan tidak ada lagi sampah plastik yang bermuara di laut," ucap Agung Jezy yang juga Ketua Yayasan Mulung Parahita ini.
Lebih lanjut program penukaran sampah plastik berbasis digital ini disambut baik oleh Lurah Gianyar I Made Setiawan. Ia mengatakan bahwa program yang dimotori oleh Bupati Gianyar tersebut dengan menggandeng Yayasan Mulung Parahita menjadi kabar baik mengingat di wilayah Kelurahan Gianyar tidak memiliki TPS3R (Tempat Pengolahan Sampah Reuse, Reduce Recycle) dikarenakan tidak adanya lahan yang digunakan untuk membangun.
"Bisa dibilang menjadi angin segar untuk kami di Kelurahan Gianyar, karena jika sampah organik kami sudah angkut ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir) Temesi, dan untuk sampah plastik dengan adanya Bank Sampah Induk tersebut kami bisa manfaatkan program dan layanan yang ada," ungkapnya.
Made Setiawan menambahkan bahwa terdapat beberapa kendala dalam menjalankan program pengelolaan sampah berbasis digital tersebut, seperti pembuatan akun yang memerlukan pemahaman lebih untuk dijelaskan kembali kepada masyarakat dalam hal ini ke ibu-ibu PKK.
"Kami juga ikut dalam sosialisasi itu karena ini perdana mungkin memerlukan waktu untuk penyesuaian penggunaan aplikasi. Namun saya berharap pada saat awal tahun nanti setelah diresmikannya program tersebut masyarakat telah bisa menggunakan aplikasinya dengan baik," katanya.
Lebih jauh Made Setiawan berharap dengan adanya program tersebut masyarakat semakin termotivasi untuk menjaga kebersihan lingkungan, dan masalah sampah yang ada di Kelurahan Gianyar dapat teratasi secara perlahan. "Apalagi bisa menghasilkan uang dari sampah, masyarakat sangat antusias," tutupnya.
Perlu diketahui Bupati Gianyar Made Agus Mahayastra telah menggandeng Yayasan Mulung Parahita dalam mewujudkan program Bupati Gianyar mengenai pengelolaan sampah plastik yang direncanakan diresmikan pada bulan Januari 2022 mendatang. Sebagai wujud dukungan terhadap Pergub (Peraturan Gubernur) Bali Nomor 47 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Sampah Berbasis Sumber.
Yayasan Mulung Parahita merupakan yayasan yang berdiri pada bulan April 2021 dengan mendedikasikan diri terhadap isu-isu lingkungan terutama keberadaan sampah plastik. Dari awal berdiri Yayasan Mulung Parahita telah berhasil mengumpulkan sampah sebanyak 70425 kilogram melalui berbagai kegiatan seperti kegiatan lari marathon keliling yang bertajuk The Last Hope selama 13 hari dari 27 September-9 Oktober 2021, yang berisi sosialisasi pentingnya menjaga lingkungan bebas dari sampah plastik dan pemungutan sampah plastik.
Selanjutnya Yayasan Mulung Parahita akan mengadakan kegiatan berskala internasional dengan berlari sejauh 1.179 km dari Bali menuju Jakarta, tidak hanya berlari kegiatan tersebut akan menyeberangi selat Bali dengan berenang sejauh 5 km pada bulan Juli 2022 dengan tajuk The Rising Tide.
Komentar