Pedagang Khawatir Harga Sewa Mahal
Jelang Pengisian Pasar Rakyat Gianyar
Untuk ke lantai IV kayaknya pembeli masih mikir. Kalau naik tangga capek, naik lift nggak berani.
GIANYAR, NusaBali
Pasar Rakyat Gianyar pasca diresmikan Gubernur Bali Wayan Koster, Sabtu (18/12), tidak langsung bisa ditempati oleh para pedagang. Pemkab Gianyar masih menyiapkan pengundian nomor urut tempat berjualan. Sejumlah pedagang khawatir harga sewa tempat berjualan ini mahal, jika dibandingkan harag sewa sebelumnya.
Para pedagang secara bergilir sudah diajak keliling area pasar oleh petugas yang ditunjuk Pemkab Gianyar. Termasuk menunjukkan zonasi tempat berjualan. Salah satu pedagang kain, Ni Komang Sukmayanti,37, sambut gembira peresmian pasar rakyat yang megah menelan anggaran Rp 250 miliar ini. Hanya saja, dia khawatir harga sewa lapak pedagang nantinya akan kemahalan. Dirinya juga berharap, pedagang liar di luar pasar agar ditertibkan. "Dulu hak guna pakai, administrasi pertama saja. Habis itu bisa dipakai 20 tahun. Sekarang katanya bayar kontrakan per tahun, tapi belum tahu mulai kapan dan berapa nilainya. Mudah-mudahan tidak mahal," ujar pedagang yang mendapat zonasi lantai IV ini.
Sukmayanti mengaku belum mendapatkan informasi kapan akan dilakukan pengundian. Sebelum resmi pindah, saat ini pedagang kain dan kebaya ini berjualan di relokasi Pasar Samplangan dan sewa toko di tempat strategis. Melihat bangunan pasar yang mewah, Sukmayanti masih ragu dengan aktivitas jual beli. "Ya, kalau pemerintah serius pasar ini ramai, pedagang liar supaya ditertibkan. Juga di Pasar Relokasi Samplangan itu supaya ditutup juga. Biar pembeli fokus belanja ke sini saja (Pasar Rakyat Gianyar,Red)," ujar pedagang asal Banajr Lebih Beten Kelod, Desa Lebih, Kecamatan Gianyar ini.
Keraguan lain yang dipikirkan yakni akses pedagang dan pengunjung pasar. "Untuk ke lantai IV kayaknya pembeli masih mikir. Kalau naik tangga capek, naik lift nggak berani. Jangankan orang tua, yang muda-muda agak takut naik lift, belum terbiasa," ujarnya.
Hal senada diungkapkan pedagang lain, Ni Wayan Asih. Jangan sampai setelah pindah di pasar megah, nasib pedagang tidak lebih baik. Selama pandemi ini, dapat jualan meskipun sedikit. Sehari sekitar Rp 500.000 sampai Rp 1 juta. "Tapi untungnya gak banyak, paling cuma Rp 10.000. Mudah-mudahan di sini ramai, biar gak percuma duduk di lantai IV pasar ini," ujarnya. Wayan Asih juga mengkritisi soal luas lapak pedagang. Tidak seluas di Pasar Gianyar dulu. "Dulu kios 2 meter x 2 meter. Sekarang cuma dapat 1 meter x 1,5 meter, menurut saya ini kecil," ujarnya.
Di sisi lain, bangunan Pasar Rakyat Gianyar mendapat apresiasi dari Gubernur Bali Wayan Koster. "Saya melihat konsepnya bagus. Sekarang tinggal bagaimana pasar dapat berfungsi meningkatkan ekonomi masyarakat Gianyar. Agar betul dikelola untuk memberdayakan produk lokal pertanian perikanan industri sesuai Pergub 99/2019 tentang Pemasaran Produk Lokal Bali," jelasnya usai peresmian.
Koster juga berpesan agar pasar ini ramah lingkungan dan membatasi timbulan sampah plastik sekali pakai.
Terkait harga sewa tempat berjualan itu, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Gianyar Luh Gede Eka Suary, saat dikonfirmasi Minggu (19/12), mengatakan masih mengkaji. "Masalah sewa, ada aturan yang memayungi. Terkait retribusi, kami sudah data kemarin, memakai e-retribusi," jelasnya.
Eka Suary memastikan pemerintah tidak akan memberatkan pedagang, apalagi di masa sulit pandemi Covid-19. "Kami masih mengkaji dan menunggu petunjuk pimpinan," ujar Eka Suary.
Terkait ukuran lapak, memang tidak memungkinkan sama persis dengan luas terdahulu. Kalau ukurannya seperti dulu, tidak bisa menampung semua pedagang yang sudah terverifikasi. Ukuran ini sesuai standar SNI sehingga bisa menampung pedagang sesuai jumlah pedagang yang ada. ‘’Sekarang tidak ada lagi pedagang di pelataran atau bermobil. Ini ukuran standar Kemendag, kami sudah penuhi," tegasnya. *nvi
Para pedagang secara bergilir sudah diajak keliling area pasar oleh petugas yang ditunjuk Pemkab Gianyar. Termasuk menunjukkan zonasi tempat berjualan. Salah satu pedagang kain, Ni Komang Sukmayanti,37, sambut gembira peresmian pasar rakyat yang megah menelan anggaran Rp 250 miliar ini. Hanya saja, dia khawatir harga sewa lapak pedagang nantinya akan kemahalan. Dirinya juga berharap, pedagang liar di luar pasar agar ditertibkan. "Dulu hak guna pakai, administrasi pertama saja. Habis itu bisa dipakai 20 tahun. Sekarang katanya bayar kontrakan per tahun, tapi belum tahu mulai kapan dan berapa nilainya. Mudah-mudahan tidak mahal," ujar pedagang yang mendapat zonasi lantai IV ini.
Sukmayanti mengaku belum mendapatkan informasi kapan akan dilakukan pengundian. Sebelum resmi pindah, saat ini pedagang kain dan kebaya ini berjualan di relokasi Pasar Samplangan dan sewa toko di tempat strategis. Melihat bangunan pasar yang mewah, Sukmayanti masih ragu dengan aktivitas jual beli. "Ya, kalau pemerintah serius pasar ini ramai, pedagang liar supaya ditertibkan. Juga di Pasar Relokasi Samplangan itu supaya ditutup juga. Biar pembeli fokus belanja ke sini saja (Pasar Rakyat Gianyar,Red)," ujar pedagang asal Banajr Lebih Beten Kelod, Desa Lebih, Kecamatan Gianyar ini.
Keraguan lain yang dipikirkan yakni akses pedagang dan pengunjung pasar. "Untuk ke lantai IV kayaknya pembeli masih mikir. Kalau naik tangga capek, naik lift nggak berani. Jangankan orang tua, yang muda-muda agak takut naik lift, belum terbiasa," ujarnya.
Hal senada diungkapkan pedagang lain, Ni Wayan Asih. Jangan sampai setelah pindah di pasar megah, nasib pedagang tidak lebih baik. Selama pandemi ini, dapat jualan meskipun sedikit. Sehari sekitar Rp 500.000 sampai Rp 1 juta. "Tapi untungnya gak banyak, paling cuma Rp 10.000. Mudah-mudahan di sini ramai, biar gak percuma duduk di lantai IV pasar ini," ujarnya. Wayan Asih juga mengkritisi soal luas lapak pedagang. Tidak seluas di Pasar Gianyar dulu. "Dulu kios 2 meter x 2 meter. Sekarang cuma dapat 1 meter x 1,5 meter, menurut saya ini kecil," ujarnya.
Di sisi lain, bangunan Pasar Rakyat Gianyar mendapat apresiasi dari Gubernur Bali Wayan Koster. "Saya melihat konsepnya bagus. Sekarang tinggal bagaimana pasar dapat berfungsi meningkatkan ekonomi masyarakat Gianyar. Agar betul dikelola untuk memberdayakan produk lokal pertanian perikanan industri sesuai Pergub 99/2019 tentang Pemasaran Produk Lokal Bali," jelasnya usai peresmian.
Koster juga berpesan agar pasar ini ramah lingkungan dan membatasi timbulan sampah plastik sekali pakai.
Terkait harga sewa tempat berjualan itu, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Gianyar Luh Gede Eka Suary, saat dikonfirmasi Minggu (19/12), mengatakan masih mengkaji. "Masalah sewa, ada aturan yang memayungi. Terkait retribusi, kami sudah data kemarin, memakai e-retribusi," jelasnya.
Eka Suary memastikan pemerintah tidak akan memberatkan pedagang, apalagi di masa sulit pandemi Covid-19. "Kami masih mengkaji dan menunggu petunjuk pimpinan," ujar Eka Suary.
Terkait ukuran lapak, memang tidak memungkinkan sama persis dengan luas terdahulu. Kalau ukurannya seperti dulu, tidak bisa menampung semua pedagang yang sudah terverifikasi. Ukuran ini sesuai standar SNI sehingga bisa menampung pedagang sesuai jumlah pedagang yang ada. ‘’Sekarang tidak ada lagi pedagang di pelataran atau bermobil. Ini ukuran standar Kemendag, kami sudah penuhi," tegasnya. *nvi
1
Komentar