40 Ha Sawah di Samblong Terendam Banjir
Banjir yang merendam hektaran padi serta puluhan rumah ini dipastikan akibat kerusakan tanggul sungai Samblong dan sungai Yehkuning.
NEGARA, NusaBali
Bencana banjir di Lingkungan Samblong, Kelurahan Sangkaragung, Kecamatan Jembrana, selain merendam puluhan rumah juga merendam sawah seluas 40 hektare. Lahan sawah terendam banjir ada di kawasan Subak Bayu, saat ini ditanami padi. Akibat sawah terendam banjir, petani setempat terancam gagal panen.
Selain di Subak Bayu, lahan sawah seluas 25 hektare di Subak Yehkuning, Lingkungan Samblong juga terendam banjir. Di lahan seluas 25 hektare itu, petani setempat tanam padi, cabai, dan tomat. Namun air di Subak Yehkuning cepat surut, tak seperti di Subak Bayu yang airnya masih tergenang. Tanaman padi di Subak Yehkuning diduga masih bisa diselamatkan. Hanya saja tananam cabai dan tomat yang bertumbangan kemungkinan besar gagal panen. “Tanaman padi di Subak Yehkuning masih selamat. Tetapi padi kami di Subak Bayu sudah pasti tak terselamatkan dan gagal panen,” ungkap Kelian Subak Bayu, I Wayan Weren, 60, Minggu (12/2).
Waren mengatakan, dari luas lahan keseluruhan di Subak Bayu yang mencapai 60 hektare, sekitar 40 hektare terendam banjir. “Kalau sehari airnya sudah surut, padi masih bisa selemat. Namun sampai sekarang airnya hampir setinggi paha, pasti mati,” tambah Weren. Petani yang terancam gagal panen mengalami kerugian cukup besar. Hitung-hitungan awal untuk lahan 1 hektare telah menghabiskan modal Rp 1.360.000. Rinciannya pembelian bibit Rp 500.000, pupuk Rp 860.000. Jika dikalikan 40 hektare, diperkirakan kerugian mencapai Rp 54.400.000. “Itu baru hitung-hitungan bibit dan pupuk. Belum biaya operasiol untuk traktor dan lain-lain,” papar Weren.
Selaku Kelian Subak Bayu, Weren mengaku sudah melaporkan ke Dinas Pertanian dan Pangan Jembrana. Petani tak mengharapkan ganti rugi akibat gagal panen. Melainkan bertujuan menanggulangi banjir. Banjir yang merendam hektaran padi termasuk puluhan warga ini dipastikan karena kerusakan tanggul sungai Samblong dan sungai Yehkuning yang tidak kunjung diperbaiki. “Kami sudah mengusulkan perbaikan berkali-kali ke provinsi, tetapi belum ada respon,” ungkap Weren. * ode
Bencana banjir di Lingkungan Samblong, Kelurahan Sangkaragung, Kecamatan Jembrana, selain merendam puluhan rumah juga merendam sawah seluas 40 hektare. Lahan sawah terendam banjir ada di kawasan Subak Bayu, saat ini ditanami padi. Akibat sawah terendam banjir, petani setempat terancam gagal panen.
Selain di Subak Bayu, lahan sawah seluas 25 hektare di Subak Yehkuning, Lingkungan Samblong juga terendam banjir. Di lahan seluas 25 hektare itu, petani setempat tanam padi, cabai, dan tomat. Namun air di Subak Yehkuning cepat surut, tak seperti di Subak Bayu yang airnya masih tergenang. Tanaman padi di Subak Yehkuning diduga masih bisa diselamatkan. Hanya saja tananam cabai dan tomat yang bertumbangan kemungkinan besar gagal panen. “Tanaman padi di Subak Yehkuning masih selamat. Tetapi padi kami di Subak Bayu sudah pasti tak terselamatkan dan gagal panen,” ungkap Kelian Subak Bayu, I Wayan Weren, 60, Minggu (12/2).
Waren mengatakan, dari luas lahan keseluruhan di Subak Bayu yang mencapai 60 hektare, sekitar 40 hektare terendam banjir. “Kalau sehari airnya sudah surut, padi masih bisa selemat. Namun sampai sekarang airnya hampir setinggi paha, pasti mati,” tambah Weren. Petani yang terancam gagal panen mengalami kerugian cukup besar. Hitung-hitungan awal untuk lahan 1 hektare telah menghabiskan modal Rp 1.360.000. Rinciannya pembelian bibit Rp 500.000, pupuk Rp 860.000. Jika dikalikan 40 hektare, diperkirakan kerugian mencapai Rp 54.400.000. “Itu baru hitung-hitungan bibit dan pupuk. Belum biaya operasiol untuk traktor dan lain-lain,” papar Weren.
Selaku Kelian Subak Bayu, Weren mengaku sudah melaporkan ke Dinas Pertanian dan Pangan Jembrana. Petani tak mengharapkan ganti rugi akibat gagal panen. Melainkan bertujuan menanggulangi banjir. Banjir yang merendam hektaran padi termasuk puluhan warga ini dipastikan karena kerusakan tanggul sungai Samblong dan sungai Yehkuning yang tidak kunjung diperbaiki. “Kami sudah mengusulkan perbaikan berkali-kali ke provinsi, tetapi belum ada respon,” ungkap Weren. * ode
1
Komentar