Permainan Tradisional Bisa Jadi Obat Kecanduan Gadget pada Anak
DENPASAR, NusaBali.com - Maestro permainan tradisional I Made Taro, 82, atau yang lebih dikenal dengan nama Pekak (kakek) Taro membagikan pengalamannya mengarungi dunia permainan tradisional hingga peranan permainan tradisional dapat menjadi suatu obat 'penyakit gadget' yang melanda anak-anak di era digitalisasi saat ini,
Dalam workshop permainan tradisional serangkaian Denpasar Festival ke-14 di Muntig Siokan, Selasa (21/12/12021), Pekak Taro membagi ilmu yang dimiliki, demi kelestarian serta eksistensi dari permainan tradisional yang ada di Bali.
Pekak kelahiran 1939 ini mengaku pernah didatangi oleh seorang ibu yang membawa banten (sesajen). Si ibu memohon agar Pekak Taro mengadakan permainan tradisional di rumahnya.
"Karena anak dari Ibu tersebut yang masih duduk dibkelas 3 SD mengalami 'penyakit gadget', seperti menurunnya kepekaan terhadap dunia sekitar, dan minimnya sosialisasi," ujar pegiat permainan tradisional sejak tahun 1973 ini.
Setelah memberikan permainan tradisional , berangsur-angsur sang anak yang mengalami kecanduan terhadap gadget perlahan mulai dapat terlepas dari gadget.
"Pada awalnya memang sulit sang anak pada saat itu berontak menangis meminta gadgetnya, namun setelah dilatih secara konsisten diajak bermain perminan tradisional sang anak mulai melupakan keberadaan gadget tersebut," ungkap Pekak Taro yang juga pemilik dari Sanggar Kukuruyuk.
Pekak Taro mengatakan bahwa keberadaan permainan tradisional erat kaitannya dengan gending rare (lagu anak-anak) dan juga dongeng. Dan ia menuturkan bahwa perlu diketahui peminat permainan tradisional tidak hanya dari kalangan anak-anak saja, namun dari berbagai kalangan usia dari anak hingga lansia.
"Berdasarkan pengalaman, saya menemukan 200 jenis permainan tradisional, 250 gending rare, dan 150 dongeng yang ada di Bali. Contohnya seperti permainan Tul Tal Til, gending rare Meong-Meong dan Juru Pencar," jelasnya.
Lebih lanjut Pekak Taro mengungkapkan bahwa suatu dongeng, permainan tradisional dan gending rare tidak hanya berfungsi pada saat karya tersebut tercipta. Namun akan memiliki fungsi lebih di berbagai zaman.
"Contohnya seperti saat ini banyak fenomena yang menunjukkan bahwa adanya krisis pendidikan karakter. Jadi peranan dongeng, permainan tradisonal maupun gending rare apabila dimaknai dengan seksama di sana banyak terdapat pesan-pesan tentang kehidupan," tuturnya.
Di tengah berjalannya workshop dengan semangat Pekak Taro mengajarkan kepada masyarakat yang hadir salah satu permainan tradisional yaitu Tul Tal Til atau permainan sut (undian) yang dimainkan oleh dua orang.
Dengan simbol gunting, batu, kertas diiringi musik cungklik (instrumen musik tradisional dari bilah bambu) dan nyanyian tradisional yang berbunyi 'tul tal til tul tal til demen demen ngubuh bebek, cacah cacah i sagu cacah cacah i sagu..' yang dinyanyikan oleh peserta workshop yang ada. "Nanti yang kalah sut dapat hukuman," paparnya.
Pekak Taro pun berharap agar eksistensi permainan tradisional Bali tetap terjaga meskipun diterpa berbagai macam era seperti era digital saat ini.
"Saya senang karena belakangan ini saya amati banyak anak-anak yang menjadikan permainan tradisional sebagai sebuah penelitian ilmiah seperti skripsi," tutupnya.
Dedikasi Pekak Taro dalam menekuni dunia dongeng dan permainan tradisional tidak perlu diragukan lagi, berbagai karya tentang permainan tradisional telah berhasil diciptakannya seperti karya buku yang berjudul Bawang dan Kesuna di tahun 1997, Traditional Balinese Game di tahun 2000, Randu dan Sahabatnya di tahun 2002, dan Balingkang di tahun 2004 sebagai wujud pelestarian terhadap keberadaan budaya dan warisan leluhur yang ada di Bali.
Komentar