Desa Adat Batuan Gelar Batuart Festival
Menuju Seribu Tahun Prasasti Baturan
GIANYAR, NusaBali
Desa Adat Batuan, Desa Batuan, Kecamatan Sukawati, Gianuyar, menggelar Batuart Festival.
Festival ini serngkaian ‘Menuju 1.000 tahun Prasasti Baturan’ berangka tahun 944 Caka (1022 Masehi),
Rangkaian festival dimulai dengan Lomba Topeng Melampahan di Wantilan Pura Desa Adat Batuan, Rabu (22/12). Saat bersamaan ada Lomba Melukis Gaya Batuan diikuti anak-anak binaan Komunitas Pelukis Baturulangun Batuan. Ada juga Pameran Lukisan, Pameran Topeng Komunitas Citrakara dan Pameran Bonsai di area Gedung Kesenian Desa Adat.
Ketua Panitia I Ketut Wirtawan menjelaskan, peringatan menuju 1.000 tahun ini menjadi sebuah persiapan untuk gelaran yang lebih meriah akhir Tahun 2022 nanti. Bahwasanya, Krama desa selama ini terus konsisten dan komitmen menjaga eksistensi seni pertunjukan dan seni rupa.
Dijelaskan, Batuan yang awalnya bernama Baturan tersurat dalam prasasti Baturan 944 Saka (1022 M). Menyuratkan tonggak vibrasi sakral dalam berbagai ritual seni yang terkait dengan jalannya upacara keagamaan. Kini, di tangan generasi muda sebagai pewaris seni budaya adiluhung tiada henti menggali, berkreasi, berinovasi dengan tetap menjaga adat tradisi seni budaya sebagai bagian dari kearifan lokal. Dalam balutan tema Angemit Taksuning Baturan, diharapkan ragam seni di Batuan tetap ajeg lestari. "Jadi mulai sekarang kita sudah persiapan menuju Seribu tahun Prasasti Baturan," jelas Wirtawan.
Terpenting gelaran festival ini diharapkan bisa menjadi estafet keberlangsungan seni pertunjukan dan seni rupa kepada generasi penerus. Hal ini tampak dari kriteria lomba topeng dengan lampahan Sri Aji Mahasirikan, yang tak lain menceritakan sejarah Desa Batuan itu sendiri. "Tahun depan, astungkara semua ragam seni bisa dipamerkan. Bisa ditampilkan. Seperti kerajinan keris, tongkat dan kerajinan lain yang tumbuh berkembang di Batuan," harapnya.
Ketua Komunitas Pelukis Baturulangun I Ketut Sadia menjelaskan ada sebanyak 35 pelukis lintas usia yang memeriahkan pameran. "Tema lukisan bebas, yang penting mengerucut ke teknik Batuan. Besok rencananya dibuka oleh Bupati Gianyar Pukul 17.00 Wita, sekalian penyerahan hadiah lomba topeng dan lomba melukis," jelas Ketut Sadia.
Terkait lomba melukis, kata Ketut Sadia sengaja mengambil lokasi di Pura Desa Adat Batuan. Tempat anak-anak lomba pun menyebar. "Lomba melukis bebas lokasi, sengaja karena banyak objek, agar anak bisa eksplorasi bebas. Ini juga menjadi bagian dari pelestarian kami," imbuhnya. *nvi
Ketua Panitia I Ketut Wirtawan menjelaskan, peringatan menuju 1.000 tahun ini menjadi sebuah persiapan untuk gelaran yang lebih meriah akhir Tahun 2022 nanti. Bahwasanya, Krama desa selama ini terus konsisten dan komitmen menjaga eksistensi seni pertunjukan dan seni rupa.
Dijelaskan, Batuan yang awalnya bernama Baturan tersurat dalam prasasti Baturan 944 Saka (1022 M). Menyuratkan tonggak vibrasi sakral dalam berbagai ritual seni yang terkait dengan jalannya upacara keagamaan. Kini, di tangan generasi muda sebagai pewaris seni budaya adiluhung tiada henti menggali, berkreasi, berinovasi dengan tetap menjaga adat tradisi seni budaya sebagai bagian dari kearifan lokal. Dalam balutan tema Angemit Taksuning Baturan, diharapkan ragam seni di Batuan tetap ajeg lestari. "Jadi mulai sekarang kita sudah persiapan menuju Seribu tahun Prasasti Baturan," jelas Wirtawan.
Terpenting gelaran festival ini diharapkan bisa menjadi estafet keberlangsungan seni pertunjukan dan seni rupa kepada generasi penerus. Hal ini tampak dari kriteria lomba topeng dengan lampahan Sri Aji Mahasirikan, yang tak lain menceritakan sejarah Desa Batuan itu sendiri. "Tahun depan, astungkara semua ragam seni bisa dipamerkan. Bisa ditampilkan. Seperti kerajinan keris, tongkat dan kerajinan lain yang tumbuh berkembang di Batuan," harapnya.
Ketua Komunitas Pelukis Baturulangun I Ketut Sadia menjelaskan ada sebanyak 35 pelukis lintas usia yang memeriahkan pameran. "Tema lukisan bebas, yang penting mengerucut ke teknik Batuan. Besok rencananya dibuka oleh Bupati Gianyar Pukul 17.00 Wita, sekalian penyerahan hadiah lomba topeng dan lomba melukis," jelas Ketut Sadia.
Terkait lomba melukis, kata Ketut Sadia sengaja mengambil lokasi di Pura Desa Adat Batuan. Tempat anak-anak lomba pun menyebar. "Lomba melukis bebas lokasi, sengaja karena banyak objek, agar anak bisa eksplorasi bebas. Ini juga menjadi bagian dari pelestarian kami," imbuhnya. *nvi
Komentar