Warga Samblong Tinggalkan Tempat Pengungsian
Sebanyak 53 kepala keluarga (KK) di Lingkungan Samblong, Kelurahan Sangkaragung, Kecamatan Jembrana, yang rumahnya sempat terendam banjir setinggi 1,5 meter sudah meninggalkan tempat pengungsian di balai banjar pakraman setempat, Senin (13/2) pagi.
NEGARA, NusaBali
Mereka memutuskan kembali ke rumah masing-masing setelah air berangsur-angsur surut dengan membuat pembuangan air.
Pada Minggu (12/2) malam masih tersisa 3 KK yang tidur di Balai Banjar Samblong. Sementara krama lainnya memutuskan mengungsi ke beberapa tempat kerabatnya. Baru memasuki Senin pagi kemarin, semuanya kembali mengecek keadaan rumah masing-masing. “Tadi baru semua balik untuk bersih-bersih. Ada yang sudah jemur kasur karena kebetulan cuaca cerah. Kemungkinan sudah bisa dipakai tidur malam ini,” ujar Lurah Sangkaragung, Gede Nyoman Suardana.
Menurutnya, genangan air bisa cepat surut dari prediksi karena warga bergotong royong membuatkan pembuangan air. Pembuangan saluran air juga dibuat di areal sawah Subak Bayu sehingga sisa genangan air tidak terlalu tinggi. “Memang belum surut total, tapi sudah masuk aman. Genangan air masih setinggi 5 centimeter. Tanaman padi juga sudah mulai kelihatan ujungnya,” terang Suardana.
Sesuai pendataan ketika warga balik ke rumah masing-masing, banyak mesin sumur bor rusak karena sempat terendam air. Belasan sepeda motor tidak dapat hidup mesinnya sehingga masuk bengkel. Ternak warga dipastikan semua aman. Diperkirakan, kerugian akibat bencana banjir mencapai Rp 87 juta. “Kerugian paling banyak karena mesin sumur bor rusak. Ada sekitar 15 motor yang mati,” imbuh Suardana.
Setelah memastikan semua warga yang mengungsi kembali ke rumah, Lurah Sangkaragung menjadwalkan bekerjsama dengan Pemkab Jembrana mengecek kondisi kesehatan lingkungan setempat. Terutama mengenai potensi sisa genangan air yang berpotensi jadi sarang jentik nyamuk. Termasuk kondisi kesehatan warga secara umum, kendati belum ada laporan warga terserang sakit pasca dilanda banjir.
Wakil Bupati Jembrana I Made Kembang Hartawan sempat pantau langsung kondisi banjir di enam titik. Masing-masing Lingkungan Samblong di Kelurahan Sangkaragung, Banjar Anyar di Desa Air Kuning, Banjar Munduk di Desa Pohsanten, serta Banjar Sebual di Desa Dangintukadaya.
Dalam kunjungannya itu, Wabup Kembang Hartawan salurkan bantuan berupa paket sembako, perlengkapan dapur, serta pakaian sekolah kepada 66 KK. “Bantuan ini sifatnya jangka pendek guna meringankan beban mereka sehari-hari. Kita juga berharap anak-anak bisa tetap sekolah, mengingat akibat luapan air pasang, pakaian mereka menjadi basah dan kotor,” ujar Wabup Kembang.
Di samping berikan bantuan, Wabup Kembang didampingi sejumlah OPD sempat mengecek aliran Sungai Samblong serta Sungai Yehkuning yang menjadi penyebab banjir terparah di Lingkungan Samblong. Pasalnya, kontur sungai sangat rendah tanpa dilengkapi senderan, sehingga mudah meluap ke permukiman termasuk areal perasawahan. Wabup Kembang Hartawan segera berkoodinasi dengan Balai Wilayah Sungai (BWS) Bali-Penida. Warga diingatkan melakukan langkah antisipasi dengan menjaga lingkungan sekitar, aktif bergotong royong membersihkan saluran air. * ode
Mereka memutuskan kembali ke rumah masing-masing setelah air berangsur-angsur surut dengan membuat pembuangan air.
Pada Minggu (12/2) malam masih tersisa 3 KK yang tidur di Balai Banjar Samblong. Sementara krama lainnya memutuskan mengungsi ke beberapa tempat kerabatnya. Baru memasuki Senin pagi kemarin, semuanya kembali mengecek keadaan rumah masing-masing. “Tadi baru semua balik untuk bersih-bersih. Ada yang sudah jemur kasur karena kebetulan cuaca cerah. Kemungkinan sudah bisa dipakai tidur malam ini,” ujar Lurah Sangkaragung, Gede Nyoman Suardana.
Menurutnya, genangan air bisa cepat surut dari prediksi karena warga bergotong royong membuatkan pembuangan air. Pembuangan saluran air juga dibuat di areal sawah Subak Bayu sehingga sisa genangan air tidak terlalu tinggi. “Memang belum surut total, tapi sudah masuk aman. Genangan air masih setinggi 5 centimeter. Tanaman padi juga sudah mulai kelihatan ujungnya,” terang Suardana.
Sesuai pendataan ketika warga balik ke rumah masing-masing, banyak mesin sumur bor rusak karena sempat terendam air. Belasan sepeda motor tidak dapat hidup mesinnya sehingga masuk bengkel. Ternak warga dipastikan semua aman. Diperkirakan, kerugian akibat bencana banjir mencapai Rp 87 juta. “Kerugian paling banyak karena mesin sumur bor rusak. Ada sekitar 15 motor yang mati,” imbuh Suardana.
Setelah memastikan semua warga yang mengungsi kembali ke rumah, Lurah Sangkaragung menjadwalkan bekerjsama dengan Pemkab Jembrana mengecek kondisi kesehatan lingkungan setempat. Terutama mengenai potensi sisa genangan air yang berpotensi jadi sarang jentik nyamuk. Termasuk kondisi kesehatan warga secara umum, kendati belum ada laporan warga terserang sakit pasca dilanda banjir.
Wakil Bupati Jembrana I Made Kembang Hartawan sempat pantau langsung kondisi banjir di enam titik. Masing-masing Lingkungan Samblong di Kelurahan Sangkaragung, Banjar Anyar di Desa Air Kuning, Banjar Munduk di Desa Pohsanten, serta Banjar Sebual di Desa Dangintukadaya.
Dalam kunjungannya itu, Wabup Kembang Hartawan salurkan bantuan berupa paket sembako, perlengkapan dapur, serta pakaian sekolah kepada 66 KK. “Bantuan ini sifatnya jangka pendek guna meringankan beban mereka sehari-hari. Kita juga berharap anak-anak bisa tetap sekolah, mengingat akibat luapan air pasang, pakaian mereka menjadi basah dan kotor,” ujar Wabup Kembang.
Di samping berikan bantuan, Wabup Kembang didampingi sejumlah OPD sempat mengecek aliran Sungai Samblong serta Sungai Yehkuning yang menjadi penyebab banjir terparah di Lingkungan Samblong. Pasalnya, kontur sungai sangat rendah tanpa dilengkapi senderan, sehingga mudah meluap ke permukiman termasuk areal perasawahan. Wabup Kembang Hartawan segera berkoodinasi dengan Balai Wilayah Sungai (BWS) Bali-Penida. Warga diingatkan melakukan langkah antisipasi dengan menjaga lingkungan sekitar, aktif bergotong royong membersihkan saluran air. * ode
Komentar