Palebon Puri Ubud Berlangsung Khidmat
Ribuan wisatawan tampak sangat tercengang menyaksikan palebon agung yang langka itu.
GIANYAR, NusaBali
Sameton Puri Agung Ubud, Ubud, Gianyar, menggelar palebon untuk jenazah Nelly Sukawati,98, istri (alm) Tjokorda Ngurah Wim Sukawati alias Cok Wim. Prosesi palebon berlangsung khidmat di Setra, Jaba Pura Dalem Puri, Banjar Tebesaya, Desa Peliatan, Ubud, Soma Pahing Warigadean, Selasa (13/2) pukul 14.30 Wita.
Prosesi diawali dengan menaikkan jenazah ke Bade Tumpang Sia (tingkat 9), tinggi sekitar 18 meter, pukul 12.27 Wita. Palebon ini menggunakan Lembu Cemeng (hitam) panjang sekitar 5,5 meter dan tinggi sekitar 5 meter. Prosesi menaikkan jenazah ke Bade lanjut mengarak Lembu dan Bade menuju setra, menyedot perhatian ribuan pasang mata, terutama kalangan wisatawan asing dan domestik yang melancong ke Ubud.
Setelah jenazah di posisi ceraken (kotak) Bade, Lembu dan Bade diarak menuju Setra Dalem Puri, Banjar Tebesaya, Desa Peliatan, pukul 12.43 Wita. Prosesi pengarakan disemangati gempita suara gambelan dua barung (kelompok) Baleganjur serta sorak sorai para pengarak. Para pengarak ini dari sejumlah banjar di kawasan Ubud. Ribuan wisatawan tampak sangat tercengang menyaksikan palebon agung yang langka itu.
Pengarakan Bade disemangati pula oleh sejumlah tokoh Puri Agung Ubud dari atas Bade, antara lain Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati alias Cok Ace. Mantan Bupati Gianyar (2008-2013) ini mengomandoi ratusan pengarak Bade dengan suara tawa-tawa atau kempuk. Di cerakan Bade terlihat adik kandung Cok Ace, Tjokorda Gde Raka Sukawati alias Cok De menjaga jenazah. Pada Bade juga terlihat tokoh Puri Ubud lainnya, Tjokorda Raka Kerthyasa alias Cok Ibah, ikut mengomandoi pengarakan. Namun Cok Ibah turun dan pindah ke Lembu.
Bade tiba di Setra Dalem Puri dan posisi ceraken (kotak) Bade nyanggem (berkatup) dengan tragtag (tangga bade) pukul 13.33 Wita. Jenazah alm Nelly Sukawati diturunkan dari Bade dan dinaikkan ke tubuh Lembu untuk pembasmian (pembakaran). Rangkaian prosesi Palebon dipuput Ida Pedanda Gde dari Griya Peling Baleran, Desa Pakraman Padangtegal, Ubud. Abu jenazah almarhum dihanyut (dilarung) ke Segara/Pantai Matahari Terbit, Sanur, Denpasar. Seluruh rangkaian prosesi diakhiri dengan upacara Mamegat di Jaba Puri Kantor, Ubud.
Salah seorang Manggala Karya Palebon, Tjokorda Gde Asmara Putra Sukawati alias Cok Anom mengatakan, kelancaran prosesi palebon ini tidak terlepas dari semangat gotong royong para krama banjar di kawasan Ubud dan sekitarnya serta sameton Puri Agung Ubud. ‘’Kami atas nama keluarga besar Puri Agung Ubud menyampaikan suksma banget (banyak terima kasih) kepada seluruh krama banjar hingga karya ini sukses,’’ jelasnya.
Cok Anom yang salah seorang cucu Presiden NIT Tjokorda Raka Sukawati ini, juga tak luput menghaturkan parama suksma kepada Ida Batara-batari. Kerena berkat anugerahnya upacara ini lancar, terutama dengan cuaca yang terang sejak pagi hingga sore.
Cok Anom menjelaskan, sameton Puri Agung Ubud menilai almarhum pantas mendapatkan penghormatan melalui palebon ini. Hal ini berkat kesetiaan (alm) Nelly Sukawati mendampingi suaminya, (alm) Cok Wim Sukawati dalam menjalani tugas baik di dalam dan luar negeri.
Nelly Luchsinger alias Nelly Sukawati, lahir 6 Agustus 1918 di Kota Velsen, Belanda. Pada 25 Desember 2016, setelah beberapa hari dirawat di rumah sakit di Jakarta, disaksikan putrinya Tjokorde Istri Vera Partini Sukawati, dan cucunya, Tjokorda Istri Amber Guinever Sukawati, Nelly Sukawati menghembuskan nafas terakhirnya dengan tenang. Ia menikah dengan Cok Wim Sukawati, putra Presiden NIT Tjokorda Raka Sukwati, di Puri Kantor Ubud, 19 Desember 1949.
Almarhum sempat mendampingi suaminya, Cok Wim, tahun 1948, sebagai Komisaris Polisi di Makassar, sempat jadi pejabat Kedutaan Besar Republik Indonesia di Swedia dan Den Haag, Belanda, tahun 1950-1953, di Perancis 1955-1959. Nelly Sukawati sekeluarga menetap di Jakarta sejak 1967. Tanggal 21 Februari 2013, Cok Wim meninggal di Jakarta. * lsa
Prosesi diawali dengan menaikkan jenazah ke Bade Tumpang Sia (tingkat 9), tinggi sekitar 18 meter, pukul 12.27 Wita. Palebon ini menggunakan Lembu Cemeng (hitam) panjang sekitar 5,5 meter dan tinggi sekitar 5 meter. Prosesi menaikkan jenazah ke Bade lanjut mengarak Lembu dan Bade menuju setra, menyedot perhatian ribuan pasang mata, terutama kalangan wisatawan asing dan domestik yang melancong ke Ubud.
Setelah jenazah di posisi ceraken (kotak) Bade, Lembu dan Bade diarak menuju Setra Dalem Puri, Banjar Tebesaya, Desa Peliatan, pukul 12.43 Wita. Prosesi pengarakan disemangati gempita suara gambelan dua barung (kelompok) Baleganjur serta sorak sorai para pengarak. Para pengarak ini dari sejumlah banjar di kawasan Ubud. Ribuan wisatawan tampak sangat tercengang menyaksikan palebon agung yang langka itu.
Pengarakan Bade disemangati pula oleh sejumlah tokoh Puri Agung Ubud dari atas Bade, antara lain Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati alias Cok Ace. Mantan Bupati Gianyar (2008-2013) ini mengomandoi ratusan pengarak Bade dengan suara tawa-tawa atau kempuk. Di cerakan Bade terlihat adik kandung Cok Ace, Tjokorda Gde Raka Sukawati alias Cok De menjaga jenazah. Pada Bade juga terlihat tokoh Puri Ubud lainnya, Tjokorda Raka Kerthyasa alias Cok Ibah, ikut mengomandoi pengarakan. Namun Cok Ibah turun dan pindah ke Lembu.
Bade tiba di Setra Dalem Puri dan posisi ceraken (kotak) Bade nyanggem (berkatup) dengan tragtag (tangga bade) pukul 13.33 Wita. Jenazah alm Nelly Sukawati diturunkan dari Bade dan dinaikkan ke tubuh Lembu untuk pembasmian (pembakaran). Rangkaian prosesi Palebon dipuput Ida Pedanda Gde dari Griya Peling Baleran, Desa Pakraman Padangtegal, Ubud. Abu jenazah almarhum dihanyut (dilarung) ke Segara/Pantai Matahari Terbit, Sanur, Denpasar. Seluruh rangkaian prosesi diakhiri dengan upacara Mamegat di Jaba Puri Kantor, Ubud.
Salah seorang Manggala Karya Palebon, Tjokorda Gde Asmara Putra Sukawati alias Cok Anom mengatakan, kelancaran prosesi palebon ini tidak terlepas dari semangat gotong royong para krama banjar di kawasan Ubud dan sekitarnya serta sameton Puri Agung Ubud. ‘’Kami atas nama keluarga besar Puri Agung Ubud menyampaikan suksma banget (banyak terima kasih) kepada seluruh krama banjar hingga karya ini sukses,’’ jelasnya.
Cok Anom yang salah seorang cucu Presiden NIT Tjokorda Raka Sukawati ini, juga tak luput menghaturkan parama suksma kepada Ida Batara-batari. Kerena berkat anugerahnya upacara ini lancar, terutama dengan cuaca yang terang sejak pagi hingga sore.
Cok Anom menjelaskan, sameton Puri Agung Ubud menilai almarhum pantas mendapatkan penghormatan melalui palebon ini. Hal ini berkat kesetiaan (alm) Nelly Sukawati mendampingi suaminya, (alm) Cok Wim Sukawati dalam menjalani tugas baik di dalam dan luar negeri.
Nelly Luchsinger alias Nelly Sukawati, lahir 6 Agustus 1918 di Kota Velsen, Belanda. Pada 25 Desember 2016, setelah beberapa hari dirawat di rumah sakit di Jakarta, disaksikan putrinya Tjokorde Istri Vera Partini Sukawati, dan cucunya, Tjokorda Istri Amber Guinever Sukawati, Nelly Sukawati menghembuskan nafas terakhirnya dengan tenang. Ia menikah dengan Cok Wim Sukawati, putra Presiden NIT Tjokorda Raka Sukwati, di Puri Kantor Ubud, 19 Desember 1949.
Almarhum sempat mendampingi suaminya, Cok Wim, tahun 1948, sebagai Komisaris Polisi di Makassar, sempat jadi pejabat Kedutaan Besar Republik Indonesia di Swedia dan Den Haag, Belanda, tahun 1950-1953, di Perancis 1955-1959. Nelly Sukawati sekeluarga menetap di Jakarta sejak 1967. Tanggal 21 Februari 2013, Cok Wim meninggal di Jakarta. * lsa
Komentar