Dijuluki Perempuan Penakluk ODGJ, Sempat Nyaris Dipukuli Saat Tugas
Driana Rika Rona, Kepala Bidang Pelayanan dan Rehabilitasi Dinas Sosial P3A KabupatenTabanan
Driana Rika Rona pernah diserang saat amankan pria ODGJ bersenjata tajam di Desa Abiantuwung, Kecamatan Kediri, Tabanan tahun 2017. Selain nyaris dipukuli, ban mobilnya juga ditusuk ODGJ hingga pecah.
TABANAN, NusaBali
Banyak perempuan yang menjalankan pekerjaan menantang dan berisiko, demi kebaikan bersama. Salah satunya, Driana Rika Rona, 56, yang kini menjabat Kepala Bidang Pelayanan dan Rehabilitasi Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (P3A) Kabupaten Tabanan. Dikenal sebagai perempuan penakluk orang dengan gangguan jiwa (ODGJ), Driana Rika Rona pernah nyaris di-pukuli saat bertugas amankan ODGJ.
Driana Rika Rona sudah selama 11 tahun pegang jabatan sebagai Kabid Pelayanan dan Rehabilitasi Dinas Sosial P3A Tabanan. Namun, mengurus ODGJ sudah dilakoni Perempuan kelahiran Singaraja, Buleleng, 23 Januari 1965 yang tinggal di Banjar Jatiluwih Kangin, Desa Jatiluwih, Kecamatan Penebel, Tabanan ini sejak 16 tahun silam ketika masih menjabat sebagai Kasi Tuna Sosial di Dinas Sosial P3A Tabanan.
Ditakdirkan menjadi Kabid Pelayanan dan Rehabilitasi Dinas Sosial P3A Tabanan, Driana Rika Rona selalu lakoni tugasnya dengan tulus dan penuh tanggung jawab. Sebenarnya, tugas yang diemban perempuan berusia 56 tahun ini tidak hanya mengurusi ODGJ, tetapi juga mengurus kaum lanjut usia (Lansia), penyandang disabiltas, dan tuna sosial yang membuat onar di wilayah Tabanan.
Namun, yang paling berkesan dan menantang bagi Driana Rika adalah mengurus ODGJ. Dengan penampilannya yang agak tomboy dan memiliki ciri khas rambut ikal terurai, Driana Rika mampu membius para ODGJ menjadi santai.
Driana Rika dikenal sebagai ibu penakluk orang gila (ODGJ) di Tabanan. Begitu bertemu dengan Driana Rika, ODGJ yang awalnya mengamuk biasanya bisa langsung tenang. Karena saking terkenalnya di kalangan ODGJ, Driana Rika pun kerap dipangil ‘Burona’ maksudnya Bu Rona.
Bagi Driana Rika, berhadapan dengan ODGJ memang terkadang sulit. Apalagi, saat sakit mental yang dialami ODGJ kambuh, jika tidak ditangani dengan baik, bisa berakibat fatal. Namun, Driana Rika memiliki trik tersendiri agar para ODGJ mau tenang. Pertama, dia harus berkoordinasi dengan keluarga untuk mencari tahu apa penyebab ODGJ tersebut. Kedua, ketika sudah tahu penyebabnya, barulah ODGJ diajak Driana Rika berbicara sesuai dengan kendala yang dihadapi.
Driana Rika mencontohkan, kalau ada ODGJ yang menderita gangguan kejiwaan akibat putus cinta, maka harus diajak bicara soal cinta. Begitu pula kalau ada yang sakit mental karena pekerjaan, kharus diajak bicara soal pekerjaan. “Yang terpenting, kita harus menyamar ‘gila’. Kalau dia (ODGJ) menari saat diamankan, kita ikut menari, harus seperti bunglon. Jadi, harus berusaha memahami mereka,” tutur Driana Rika kepada NusaBali di Tabanan, Rabu (22/12) lalu.
Tokoh perempuan yang juga menjabat Wakil Sekretaris Badan Pengeloa DTW Jatiluwih, Desa Jatiluwih, Kecamatan Penebel ini mengaku selalu waspada saat ikut mengamankan ODGJ, utamanya yang mengamuk. Driana Rika tak ingin disebut jadi pahlawan kesiangan. Sebab, jika tak hati-hati menghadapai ODGJ ngamuk, kalau lagi apes, bisa saja kena pukulan. “Lebih apes lagi, kalau ada dari ODGJ itu ngamuk sambil membawa senjata tajam,” jelas ibu tiga anak dari pernikahannya dengan I Ketut Darmadi SH ini.
Diana Rika sudah pernah punya pengalaman pahit, yakni nyaris dipukuli oleh seorang ODGJ yang diamankan di kawasan Desa Abiantuwung, Kecamatan Kediri, Tabanan, tahun 2017 lalu. Kala itu, Driana Rika dihubungi oleh Sat Pol PP Tabanan untuk ikut mengamankan ODGJ. Setelah Driana Rina tiba di lokasi TKP, ODGJ laki-laki ditemukan sedang marah-marah sembari membawa senjata tajam. Itu sebabnya, tak ada satu pun pengendara berani lewat di lokasi.
Nah, ketika akan diajak berkomunikasi, ODGJ itu marah hingga nyaris memukuli Driana Rika. Apesnya lagi, ban mobil yang dikemudikan Driana Rika ditusuk oleh ODGJ tersebut menggunakan senjata tajam hingga pecah. Beruntung, setelah dilakukan upaya selama setengah jam, ODGJ bersenjata tajam itu akhirnya berhasil diamankan Driana Rika bersama Sat Pol PP Tabanan.
“Memang susah mengamankan ODGJ yang ngamuk, apalagi bawa senjata tajam. Namanya saja lagi sakit mental, kadang baik, kadang tidak baik. Tetapi, selama bertugas, astungkara saya tidak pernah takut. Intinya harus waspada saja,” tegas ‘Perepmuan Penakhluk ODGJ’ yang menempun pendidikan terakhir di IKIP Unud Singaraja tahun 1989 ini.
Kendati demikian, Driana Rika berpesan kepada masyarakat untuk tidak mengucilkan para ODGJ. Pasalnya, para ODGJ sejatinya tak ingin dilahirkan sakit, sehingga yang sehat-lah yang harus sadar memperhatikan mereka. “ODGJ tidak harus dikasihani, tetapi mesti dipahami,” papar anak ketiga dari lima bersaudara pasangan Rona Hebi dan Luh Madri ini.
Perempuan yang juga jadi Wakil Ketua PKK Banjar Sanggulan, Desa Banjar Anyar, Kecamatan Kediri, Tananan ini mengakui kendala terberat yang dihadapi selama melakukan pelayanan terhadap ODGJ adalah ketika ada ODGJ yang dipasung (kakinya diurantai dan dikurung dalam kamar). Dalam kondisi ini, masih ada keluarga yang menutupi keberadaan ODGJ, karena merasa malu.
Sekitar tahun 2017 lalu, Driana Rika pernah memberikan pemahaman terhadap keluarga di wilayah Kerambitan, Tabanan yang tidak memberikan pasien ODGJ untuk dirawat. Keluarga ini lebih memilih untuk memasung ODGJ di dalam rumahnya.
Akhirnya, melalui komunikasi yang sangat alot dengan pihak keluarga, dibantu sejumlah prajuru adat setempat, ODGJ tersebut akhirnya bisa dibebaskan dari pasungan. “Penyebab keluarga masih melakukan pasung terhadap ODGJ, karena kurang pemahaman dan informasi saja. Namun, sekarang hal itu sudah tidak ada lagi di Tananan. Banyak keluarga yang sudah paham akan perawatan ODGJ. Apalagi, sudah diberikan fasilitas untuk membuat KTP dan memiliki KIS (Kartu Indonesia Sehat),” terang Driana Rika.
Drian Rika Rona sendiri merupakan aparatur sipil negara (ASN) yang pernah lama bertugas di Provinsi eks Timor Timur. Dia bertugas di Timor Timur (Timtim) sejak 1994 ketika ikut suaminya, I Ketut Darmadi, yang ditugaskan di Dinas Badan Keluarga Berencana Kabupaten Ermera, Timtim.
Kala itu, Driana Rika Rona bertugas sebagai Pembantu Gubernur Wilayah II Timtim selama 2 tahun. Kemudian, dipindah tugas menjadi Kabag Pengembangan Korpri Pemkab Ermera tahun 1996. Setelah Timtim lepas dari Indonesia dan berdiri sebagai negara Timor Leste, Driana Rika bersama sang suami pulang ke Bali tahun 1998.
Sepulang ke Bali tahun 1998, Driana Rika langsung ditugaskan menjadi staf di Kantor Camat Penebel, Tabanan. Kurang lebih 2 tahun kemudian, dia dipindah menjadi staf di Kantor Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Tabanan. Setelah selama 2 tahun di DKP Tabanan, akhirnya Driana Rika dipindah tugas ke Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Tabanan pada 2002.
Kemudian, Driana Rika dipindahkan ke Dinas Sosial P3A Tabanan tahun 2006, sebagai Kasi Tuna Sosial. Pada tahun 2000, Driana Rika dipromosikan menjadi Kabid Pelayanan dan Rehabilitasi Dinas Sosial P3A Tabanan, jabatan yang dipegangnya sampai sekarang.
Dalam momentum peringatan Hari Ibu, 22 Desember 2021, Driana Rika berpesan kepada seluruh kaum perempuan untuk selalu sabar dan bersyukur dalam menjalani kehidupan. Apa pun yang terjadi dan dihadapi, itu adalah rencana Tuhan. “Yang pasti, rencana Tuhan sudah rencana yang terbaik,” katanya.
Sementara itu, menjelang masa pensiun yang tinggal 1,5 tahun ini, Driana Rika berjanji akan menjalankan tugas dengan baik, terutama dalam penanganan ODGJ agar mendapat pelayanan tuntas. Artinya, program ataupun fasilitas yang harus didapatkan para ODGJ mesti diupayakan dengan baik. “Saat ini, ODGJ yang terdata dan rutin berobat di masing-masing Puskemas se-Tabanan mencapai 797 orang,” tandas Driana Rika. *des
Driana Rika Rona sudah selama 11 tahun pegang jabatan sebagai Kabid Pelayanan dan Rehabilitasi Dinas Sosial P3A Tabanan. Namun, mengurus ODGJ sudah dilakoni Perempuan kelahiran Singaraja, Buleleng, 23 Januari 1965 yang tinggal di Banjar Jatiluwih Kangin, Desa Jatiluwih, Kecamatan Penebel, Tabanan ini sejak 16 tahun silam ketika masih menjabat sebagai Kasi Tuna Sosial di Dinas Sosial P3A Tabanan.
Ditakdirkan menjadi Kabid Pelayanan dan Rehabilitasi Dinas Sosial P3A Tabanan, Driana Rika Rona selalu lakoni tugasnya dengan tulus dan penuh tanggung jawab. Sebenarnya, tugas yang diemban perempuan berusia 56 tahun ini tidak hanya mengurusi ODGJ, tetapi juga mengurus kaum lanjut usia (Lansia), penyandang disabiltas, dan tuna sosial yang membuat onar di wilayah Tabanan.
Namun, yang paling berkesan dan menantang bagi Driana Rika adalah mengurus ODGJ. Dengan penampilannya yang agak tomboy dan memiliki ciri khas rambut ikal terurai, Driana Rika mampu membius para ODGJ menjadi santai.
Driana Rika dikenal sebagai ibu penakluk orang gila (ODGJ) di Tabanan. Begitu bertemu dengan Driana Rika, ODGJ yang awalnya mengamuk biasanya bisa langsung tenang. Karena saking terkenalnya di kalangan ODGJ, Driana Rika pun kerap dipangil ‘Burona’ maksudnya Bu Rona.
Bagi Driana Rika, berhadapan dengan ODGJ memang terkadang sulit. Apalagi, saat sakit mental yang dialami ODGJ kambuh, jika tidak ditangani dengan baik, bisa berakibat fatal. Namun, Driana Rika memiliki trik tersendiri agar para ODGJ mau tenang. Pertama, dia harus berkoordinasi dengan keluarga untuk mencari tahu apa penyebab ODGJ tersebut. Kedua, ketika sudah tahu penyebabnya, barulah ODGJ diajak Driana Rika berbicara sesuai dengan kendala yang dihadapi.
Driana Rika mencontohkan, kalau ada ODGJ yang menderita gangguan kejiwaan akibat putus cinta, maka harus diajak bicara soal cinta. Begitu pula kalau ada yang sakit mental karena pekerjaan, kharus diajak bicara soal pekerjaan. “Yang terpenting, kita harus menyamar ‘gila’. Kalau dia (ODGJ) menari saat diamankan, kita ikut menari, harus seperti bunglon. Jadi, harus berusaha memahami mereka,” tutur Driana Rika kepada NusaBali di Tabanan, Rabu (22/12) lalu.
Tokoh perempuan yang juga menjabat Wakil Sekretaris Badan Pengeloa DTW Jatiluwih, Desa Jatiluwih, Kecamatan Penebel ini mengaku selalu waspada saat ikut mengamankan ODGJ, utamanya yang mengamuk. Driana Rika tak ingin disebut jadi pahlawan kesiangan. Sebab, jika tak hati-hati menghadapai ODGJ ngamuk, kalau lagi apes, bisa saja kena pukulan. “Lebih apes lagi, kalau ada dari ODGJ itu ngamuk sambil membawa senjata tajam,” jelas ibu tiga anak dari pernikahannya dengan I Ketut Darmadi SH ini.
Diana Rika sudah pernah punya pengalaman pahit, yakni nyaris dipukuli oleh seorang ODGJ yang diamankan di kawasan Desa Abiantuwung, Kecamatan Kediri, Tabanan, tahun 2017 lalu. Kala itu, Driana Rika dihubungi oleh Sat Pol PP Tabanan untuk ikut mengamankan ODGJ. Setelah Driana Rina tiba di lokasi TKP, ODGJ laki-laki ditemukan sedang marah-marah sembari membawa senjata tajam. Itu sebabnya, tak ada satu pun pengendara berani lewat di lokasi.
Nah, ketika akan diajak berkomunikasi, ODGJ itu marah hingga nyaris memukuli Driana Rika. Apesnya lagi, ban mobil yang dikemudikan Driana Rika ditusuk oleh ODGJ tersebut menggunakan senjata tajam hingga pecah. Beruntung, setelah dilakukan upaya selama setengah jam, ODGJ bersenjata tajam itu akhirnya berhasil diamankan Driana Rika bersama Sat Pol PP Tabanan.
“Memang susah mengamankan ODGJ yang ngamuk, apalagi bawa senjata tajam. Namanya saja lagi sakit mental, kadang baik, kadang tidak baik. Tetapi, selama bertugas, astungkara saya tidak pernah takut. Intinya harus waspada saja,” tegas ‘Perepmuan Penakhluk ODGJ’ yang menempun pendidikan terakhir di IKIP Unud Singaraja tahun 1989 ini.
Kendati demikian, Driana Rika berpesan kepada masyarakat untuk tidak mengucilkan para ODGJ. Pasalnya, para ODGJ sejatinya tak ingin dilahirkan sakit, sehingga yang sehat-lah yang harus sadar memperhatikan mereka. “ODGJ tidak harus dikasihani, tetapi mesti dipahami,” papar anak ketiga dari lima bersaudara pasangan Rona Hebi dan Luh Madri ini.
Perempuan yang juga jadi Wakil Ketua PKK Banjar Sanggulan, Desa Banjar Anyar, Kecamatan Kediri, Tananan ini mengakui kendala terberat yang dihadapi selama melakukan pelayanan terhadap ODGJ adalah ketika ada ODGJ yang dipasung (kakinya diurantai dan dikurung dalam kamar). Dalam kondisi ini, masih ada keluarga yang menutupi keberadaan ODGJ, karena merasa malu.
Sekitar tahun 2017 lalu, Driana Rika pernah memberikan pemahaman terhadap keluarga di wilayah Kerambitan, Tabanan yang tidak memberikan pasien ODGJ untuk dirawat. Keluarga ini lebih memilih untuk memasung ODGJ di dalam rumahnya.
Akhirnya, melalui komunikasi yang sangat alot dengan pihak keluarga, dibantu sejumlah prajuru adat setempat, ODGJ tersebut akhirnya bisa dibebaskan dari pasungan. “Penyebab keluarga masih melakukan pasung terhadap ODGJ, karena kurang pemahaman dan informasi saja. Namun, sekarang hal itu sudah tidak ada lagi di Tananan. Banyak keluarga yang sudah paham akan perawatan ODGJ. Apalagi, sudah diberikan fasilitas untuk membuat KTP dan memiliki KIS (Kartu Indonesia Sehat),” terang Driana Rika.
Drian Rika Rona sendiri merupakan aparatur sipil negara (ASN) yang pernah lama bertugas di Provinsi eks Timor Timur. Dia bertugas di Timor Timur (Timtim) sejak 1994 ketika ikut suaminya, I Ketut Darmadi, yang ditugaskan di Dinas Badan Keluarga Berencana Kabupaten Ermera, Timtim.
Kala itu, Driana Rika Rona bertugas sebagai Pembantu Gubernur Wilayah II Timtim selama 2 tahun. Kemudian, dipindah tugas menjadi Kabag Pengembangan Korpri Pemkab Ermera tahun 1996. Setelah Timtim lepas dari Indonesia dan berdiri sebagai negara Timor Leste, Driana Rika bersama sang suami pulang ke Bali tahun 1998.
Sepulang ke Bali tahun 1998, Driana Rika langsung ditugaskan menjadi staf di Kantor Camat Penebel, Tabanan. Kurang lebih 2 tahun kemudian, dia dipindah menjadi staf di Kantor Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Tabanan. Setelah selama 2 tahun di DKP Tabanan, akhirnya Driana Rika dipindah tugas ke Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Tabanan pada 2002.
Kemudian, Driana Rika dipindahkan ke Dinas Sosial P3A Tabanan tahun 2006, sebagai Kasi Tuna Sosial. Pada tahun 2000, Driana Rika dipromosikan menjadi Kabid Pelayanan dan Rehabilitasi Dinas Sosial P3A Tabanan, jabatan yang dipegangnya sampai sekarang.
Dalam momentum peringatan Hari Ibu, 22 Desember 2021, Driana Rika berpesan kepada seluruh kaum perempuan untuk selalu sabar dan bersyukur dalam menjalani kehidupan. Apa pun yang terjadi dan dihadapi, itu adalah rencana Tuhan. “Yang pasti, rencana Tuhan sudah rencana yang terbaik,” katanya.
Sementara itu, menjelang masa pensiun yang tinggal 1,5 tahun ini, Driana Rika berjanji akan menjalankan tugas dengan baik, terutama dalam penanganan ODGJ agar mendapat pelayanan tuntas. Artinya, program ataupun fasilitas yang harus didapatkan para ODGJ mesti diupayakan dengan baik. “Saat ini, ODGJ yang terdata dan rutin berobat di masing-masing Puskemas se-Tabanan mencapai 797 orang,” tandas Driana Rika. *des
1
Komentar