Cegah Stunting, Pemerintah Bentuk Tim Pendamping
SINGARAJA, NusaBali
Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak (P2KBP3A) akan membentuk Tim Pendamping Keluarga untuk menekan angka stunting di kabupaten Buleleng.
Nantinya tim ini akan diterjunkan ke masing desa/kelurahan yang ada di Buleleng pada tahun 2022. Kepala Dinas P2KBP3A Buleleng, Made Arya Sukerta mengatakan, total yang disiapkan pemerintah sebanyak 610 orang. Dalam satu tim akan diisi tiga orang terdiri dari nakes yang ada di desa, unsur PKK dan kader KB. Tim ini, sebelum melakukan tugasnya akan melakukan pendataan mana saja keluarga yang berpotensi stunting.
Tim tersebut juga akan ditugaskan melakukan pendampingan dan edukasi calon pengantin yang ada di desa. Para calon pengantin akan di cek Hemoglobin (Hb) darah untuk direkomendasi untuk tahap memiliki keturunan. Jika tidak sesuai dengan HB akan diberikan asupan gizi yang memadai, sehingga ketika hamil akan menghasilkan anak yang sehat.
Selain terhadap calon pengantin, tim juga akan melakukan pendampingan terhadap ibu hamil yang ada di desa untuk mengetahui pertumbuhan janin pada ibu hamil dengan melakukan kontrol asupan gizi terhadap tumbuh kembang bayi di dalam janin.
Yang terakhir, tim juga melakukan pendampingan terhadap bayi yang masih menyusui hingga berumur 24 bulan. Dalam masa itu, anak akan dipantau perkembangan dan asupan gizinya. Ketika bayi lewat umur 24 bulan, bayi tidak akan bisa diperbaiki gizinya, sehingga dalam kurun waktu 24 bulan asupan gizi yang diberikan bayi harus optimal.
"Setelah umur 24 bulan bayi akan mengalami ubun-ubun tertutup. Jadi ketika lewat umur tersebut, anak tidak lagi bisa diintervensi lagi untuk gizinya," ujar Arya Sukerta, dikonfirmasi Selasa (28/12) siang.
Untuk lebih memaksimalkan dalam menangani stunting pihaknya juga akan merancang aplikasi untuk mendata ibu-ibu hamil yang ada di Buleleng. Dengan data tersebut pihaknya akan memudahkan dalam mengontrol perkembangan ibu hamil dan anak yang di bawah umur 24 bulan.
"Tentu hal ini bisa berjalan kalau semua pihak ikut terlibat. Misalnya kita perlu data di desa, ini harus dibantu masyarakat juga. Jangan sampai ada 10 ibu hamil, yang dilaporkan hanya ada 5, jadi ini bisa menjadi penghambat juga," imbuh Arya Sukerta.
Arya Sukerta menambahkan, saat ini masalah stunting merupakan masalah yang terjadi secara nasional. Untuk itu masalah stunting harus menjadi perhatian khusus. Untuk saat ini, di Buleleng sendiri angka prevalensi stunting mencapai angka 20 persen. Artinya dari 5 bayi, 1 bayi mengalami stunting.
Dengan upaya yang dilakukan selama ini, termasuk dengan membentuk tim pendamping keluarga. Diharapkan di tahun 2024 angka prevalensi stunting menjadi 14 persen di Buleleng sesuai target yang telah ditentukan oleh pemerintah pusat.
"Targetnya belum begitu bagus sih, tapi karena masalah stunting bukan tugas yang mudah. Tapi kalau bisa nol persen. Tapi itu upaya yang sulit. Mudah-mudahan dengan rencana aksi dengan seluruh stakeholder, angka stunting bisa turun sampai nol peresen," harap Arya Sukerta. *mz
1
Komentar