Musim Hujan, Waspada Serangan DB
Pada pertengahan Januari 2017, seorang penderita demam berdarah meninggal dunia. Jumlah kasus pada bulan tersebut tercatat sebanyak 192 kasus.
MANGUPURA, NusaBali
Kasus demam berdarah (DB) di Kabupaten Badung kembali merebak. Intensitas hujan yang tinggi menyebabkan penyakit yang ditularkan nyamuk Aedes Aegypti ini menelan satu korban jiwa. Warga asal Banjar Telaga, Desa Darmasaba, Kecamatan Abiansemal NMA meninggal dunia pada 17 Januari 2017.
Data dari Dinas Kesehatan (Diskes), selama Januari 2017 apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2016 dan tahun 2015, terjadi peningkatan drastis. Pada Januari 2015 kasus DB di Gumi Keris tercatat 135 kasus, paling dominan di wilayah Kecamatan Kuta Selatan dan Mengwi. Pada Januari 2016, kasus DB mengalami penurunan yakni 99 kasus, paling dominan yakni di Kecamatan Kuta Selatan disusul Mengwi. Tetapi pada Januari 2016 tidak ada korban jiwa. Sementara untuk Januari 2017, tercatat ada peningkatan kasus secara drastis yakni mencapai 192 kasus, dengan satu orang meninggal dunia. (lihat di tabal)
Merebaknya kasus DB ini masih mengancam masyarakat selama musim penghujan belum berlalu. Sebab air hujan yang menggenang memungkinkan nyamuk Aedes Aegypti berkembangbiak dengan cepat.
Kepala Diskes Kabupaten Badung dr I Gede Putra Suteja, Selasa (14/2), mengakui terjadi peningkatan drastis kasus DB di Badung tahun ini. Peningkatan kasus DB tak lepas dari perubahan cuaca ekstrem yang terjadi dalam beberapa pekan terakhir. “Iya dari data memang ada peningkatan, tapi ini normal terjadi apalagi sekarang intensitas hujan semakin tinggi. Jadi selama hujan masih berlangsung, maka akan mudah warga terserang DB,” ujarnya. Tapi dari pengalaman tahun lalu, kasus DB akan berkurang dengan sendirinya saat memasuki musim kemarau.
“Jadi siklusnya memang begitu. Sebab saat musim hujan air dapat menggenang di sekitar lingkungan kita. Air yang menggenang itu yang menyebabkan nyamuk cepat berkembangbiak,” imbuhnya.
Dalam upaya penanganan, lanjut birokrat asal Mengwitani, itu peran serta masyarakat sangat penting. Paling tidak turut menjaga kebersihan di lingkungan masing-masing. “Sering saya sampaikan kepada masyarakat untuk melakukan kegiatan pemberantasan sarang nyamuk (PSN). Caranya dengan langkah 3 M (menguras, menutup, dan mengubur). Ini cara paling efektif mengantisipasi kasus DB merebak. Makanya harus dilakukan dari sekarang,” pesannya.
Antisipasi yang lain yakni melaksanakan kegiatan fogging. “Ini (fogging) juga sudah rutin kami laksanakan di desa-desa,” tandas dr Suteja.
Disinggung apakah Pemkab Badung akan melakukan terobosan dalam upaya memberantas sarang nyamuk, seperti yang dilakukan pemerintah Thailand, yakni meletakkan alat fogging di knalpot sepeda motor, dr Suteja menyatakan, “Kajian ke sana memang belum. Tapi yang jelas kami tetap berupaya melakukan langkah-langkah inovatif.” * asa
Kasus demam berdarah (DB) di Kabupaten Badung kembali merebak. Intensitas hujan yang tinggi menyebabkan penyakit yang ditularkan nyamuk Aedes Aegypti ini menelan satu korban jiwa. Warga asal Banjar Telaga, Desa Darmasaba, Kecamatan Abiansemal NMA meninggal dunia pada 17 Januari 2017.
Data dari Dinas Kesehatan (Diskes), selama Januari 2017 apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2016 dan tahun 2015, terjadi peningkatan drastis. Pada Januari 2015 kasus DB di Gumi Keris tercatat 135 kasus, paling dominan di wilayah Kecamatan Kuta Selatan dan Mengwi. Pada Januari 2016, kasus DB mengalami penurunan yakni 99 kasus, paling dominan yakni di Kecamatan Kuta Selatan disusul Mengwi. Tetapi pada Januari 2016 tidak ada korban jiwa. Sementara untuk Januari 2017, tercatat ada peningkatan kasus secara drastis yakni mencapai 192 kasus, dengan satu orang meninggal dunia. (lihat di tabal)
Merebaknya kasus DB ini masih mengancam masyarakat selama musim penghujan belum berlalu. Sebab air hujan yang menggenang memungkinkan nyamuk Aedes Aegypti berkembangbiak dengan cepat.
Kepala Diskes Kabupaten Badung dr I Gede Putra Suteja, Selasa (14/2), mengakui terjadi peningkatan drastis kasus DB di Badung tahun ini. Peningkatan kasus DB tak lepas dari perubahan cuaca ekstrem yang terjadi dalam beberapa pekan terakhir. “Iya dari data memang ada peningkatan, tapi ini normal terjadi apalagi sekarang intensitas hujan semakin tinggi. Jadi selama hujan masih berlangsung, maka akan mudah warga terserang DB,” ujarnya. Tapi dari pengalaman tahun lalu, kasus DB akan berkurang dengan sendirinya saat memasuki musim kemarau.
“Jadi siklusnya memang begitu. Sebab saat musim hujan air dapat menggenang di sekitar lingkungan kita. Air yang menggenang itu yang menyebabkan nyamuk cepat berkembangbiak,” imbuhnya.
Dalam upaya penanganan, lanjut birokrat asal Mengwitani, itu peran serta masyarakat sangat penting. Paling tidak turut menjaga kebersihan di lingkungan masing-masing. “Sering saya sampaikan kepada masyarakat untuk melakukan kegiatan pemberantasan sarang nyamuk (PSN). Caranya dengan langkah 3 M (menguras, menutup, dan mengubur). Ini cara paling efektif mengantisipasi kasus DB merebak. Makanya harus dilakukan dari sekarang,” pesannya.
Antisipasi yang lain yakni melaksanakan kegiatan fogging. “Ini (fogging) juga sudah rutin kami laksanakan di desa-desa,” tandas dr Suteja.
Disinggung apakah Pemkab Badung akan melakukan terobosan dalam upaya memberantas sarang nyamuk, seperti yang dilakukan pemerintah Thailand, yakni meletakkan alat fogging di knalpot sepeda motor, dr Suteja menyatakan, “Kajian ke sana memang belum. Tapi yang jelas kami tetap berupaya melakukan langkah-langkah inovatif.” * asa
Komentar