Warga Mampu Diimbau Tak Beli LPG Subsidi
Agar stok tabung elpiji subsidi di pasaran tetap stabil
JAKARTA, NusaBali
PT Pertamina (Persero) mengimbau pelanggan elpiji non subsidi tak mengambil hak pelanggan subsidi. Tujuannya, agar stok elpiji subsidi di pasaran tetap stabil.
"Kami harap pelanggan non subsidi tidak mengambil yang menjadi hak pelanggan subsidi," ucap Pejabat Sementara Sekretaris Perusahaan Pertamina Patra Niaga Irto Ginting, dikutip dari Antara, Rabu (29/12).
Irto mengatakan pihaknya telah menaikkan harga elpiji non subsidi untuk merespons tren peningkatan harga kontrak internasional elpiji sesuai contract price (CP) Aramco sepanjang 2021.
Hal itu membuat pola konsumsi berubah dari sebelumnya non subsidi menjadi elpiji yang disubsidi pemerintah.
Untuk itu, perusahaan terus melakukan edukasi penggunaan elpiji tepat sasaran dan menjalankan program royalti, seperti tukar tabung serta harga hemat bright gas.
Jumlah pelanggan elpiji non subsidi tercatat mencapai 7,5 persen dari total pelanggan elpiji saat ini. Sementara, harga elpiji mencapai US$847 per metrik ton pada November 2021. Kenaikan harga elpiji non subsidi berkisar antara Rp1.600 sampai Rp2.600 per kg
Perseroan sendiri menaikkan harga elpiji non subsidi setelah tiga tahun tak ada penyesuaian. Terakhir, perusahaan melakukan penyesuaian harga elpiji pada 2017.
Pada November 2021, harga CP Aramco tercatat 74 persen lebih tinggi dibandingkan penyesuaian harga empat tahun lalu.
Meski harga elpiji naik, Irto mengklaim masih kompetitif dibandingkan dengan Vietnam, Filipina, dan Singapura. Harga elpiji Pertamina sebesar Rp11.500 per kg pada 3 November 2021. Sementara, Vietnam mencapai Rp23 ribu per kg, Filipina Rp26 ribu per kg, dan Singapura Rp31 ribu per kg.
"Pertamina akan memastikan stok dan distribusi elpiji berjalan dengan maksimal serta melanjutkan edukasi penggunaan elpiji yang tepat sasaran," tutup Irto.
Kebijakan PT Pertamina (Persero) menaikkan harga LPG non subsidi secara bertahap sebesar Rp1.600-Rp2.600 per kilogram (kg) sejak Sabtu (25/12) lalu membuat masyarakat menjerit.
Sri Hartati (53) misalnya. Ibu rumah tangga asal Bogor mengatakan kebijakan itu berpotensi menekan kehidupannya. Pasalnya, ia merupakan salah satu konsumen tabung gas LPG 12 kg.
Sebelum kenaikan, ia mengaku harus mengeluarkan Rp160 ribu untuk membeli gas untuk kebutuhan satu hingga dua bulan. Dengan asumsi kenaikan harga Rp2.600 per kg yang diberlakukan Pertamina sekarang, pengeluaran itu bisa membengkak jadi Rp191.200.
"Jangan kemahalan lah, itu menindas masyarakat, ini kita lagi usaha. Lagi terpuruk gini keadaan," ujarnya kepada CNNIndonesia.com, Senin (27/12). *
Komentar