Terkubur 1,5 Meter, Diyakini Bekas Pura Taman Beji Bagendra
Tak jauh dari Pancoran Naga setinggi 50 cm, juga ditemukan dua kolam yang disebut Telaga Kembar. Antara Patung Naga dan Telaga Kembar diketahui terhubung
Pancoran Naga Ditemukan di Tepi Sungai Kawasan Banjar Mekar Sari, Desa Carangsari, Petang
MANGUPURA, NusaBali
Temuan Pancoran Naga bikin heboh warga Banjar Mekar Sari, Desa Carangsari, Kecamatan Petang, Badung. Pancoran Naga ini ditemukan terkubur pada kedalaman 1,5 meter di tepi sungai belakang pekarangan rumah milik keluarga I Wayan Dapet, 50. Selain Pancoran Naga, juga ditemukan dua Telaga Kembar, hingga memperkuat keyakinan lokasi temuan adakah bekas Pura Taman Beji---
Pancoran Naga yang bikin heboh warga tersebut sejatinya sudah ditemukan 24 Januari 2017, tapi baru diketahui publik secara luas, Senin (13/2). Temuan Pancoran Naga ini menjadi buah bibir setelah putra sulung I Wayan Dapet, yakni Wayan Yuliana, 30, menggugahnya ke madia sosial Facebook (FB) atas nama Nanoe Bme, 13 Februari 2017.
Sehari setelah diunggah di FB, temuan Pancoran Naga tersebut mengundang perhatian warga Desa Carangsari dan sekitarnya, Selasa (14/2). Seharian kemarin, warga silih berganti berdatangan ke lokasi temuan Pancoran Naga di tepi sungai belakang rumah keluarga Wayan Dapet. Bahkan, ada pula polisi yang terjun ke lokasi untuk mengambil gambar.
Ditemui di lokasi TKP di halaman belakang rumahnya, Selasa kemarin, Wayan Dapet mengatakan Pancoran Naga ditemukan tanpa sengaja. Ketika itu, pihaknya sengaja melakukan penggalian di areal seluas 20 meter persegi tersebut karena keluarganya kerap dirundung berbagai masalah.
Setelah meminta petunjuk kepada orang pintar, menurut Wayan Dapet, pihaknya diminta merawat tempat tersebut. “Anak saya sering kena masalah. Setelah menemui orang pintar, kami diminta untuk melakukan pembersihan di sini (lokasi temuan Pancoran Naga). Begitu dibersihkan, ditemukan-lah Pancoran Naga ini,” kenang Wayan Dapet.
Pancoran Naga tersebut ditemukan terkubur pada kedalaman 1,5 meter. Disebut Pancoran Naga, karena bentuknya memang berupa Patung Naga. Ukuran Pancoran Naga ini tingginya mencapai 50 cm. Tak jauh dari Pancoran Naga, juga ditemukan dua kolam yang disebut Telaga Kembar. Antara Patung Naga dan Tekaga Kembar diduga saling berkaitan. Pasalnya, saat Telaga Kembar berisi air, dari mulut Patung Naga juga keluar air seperti pancoran.
Wayan Dapet sendiri mengaku tak tahu pasti keberadaan Pancoran Naga yang berlokasi di tepi sungai halaman belakang rumahnya tersebut. Yang dia tahu, semasa kecilnya dulu ada tiga pancoran di sana. Salah satu pancoran itu berada di pekarangan rumahnya.
Menurut Wayan Dapet, kakek buyutnya adalah seorang balian yang konon sering memanfaatkan tempat di mana Pancoran Naga ditemukan tersebut untuk pengobatan. Hanya saja, setelah kakek buyutnya meninggal, tempat tersebut tidak terurus lagi. Keberadaan tiga pancoran, termasuk Pancoran Naga, juga hilang bak ditelan bumi. Sampai kemudian putra sulungnya, Wayan Yuliana, melakukan penggalian dan menemukannya kembali Pancoran Naga terkubur di kedalaman 1,5 meter.
Karena ada temuan seperti itu, Wayan Dapet dan putra sulungnya terus melakukan penggalian dan membersihkan areal yang dipercaya keramat di tepi sungai belakang rumahnya tersebut. Hal ini dilakukan karena kakek buyutnya dulu sempat bercerita bahwa di tebing belakang rumahnya ada sebuah Beji (pemandian suci) yang disebut Pura Taman Beji Bagendra. “Entah kenapa, Pura Taman Beji Bagendra ini terkubur. Dulu leluhur kami yang menjadi pamangku di Pura Taman Beji Bagendra ini,” papar Wayan Dapet.
Sebetunya, kata Wayan Dapet, keyakinan banha tempat tersebut merupakan areal keamat dan suci, bukanlah hal baru. Pasalnya, di atas tanah seluas 20 meter persegi tersebut, banyak berserakan puing-puing palinggih berbahan batu paras dan bata merah. Salah satunya diduga puing bangunan suci Bale Paruman yang ukurannya 1 meter x 1 meter. Bahkan, hingga saat ini masih ada satu palinggih yang berdiri kokoh, Di palinggih itulah keluarga Wayan Dapet biasa menghaturkan sesajen.
Sementara itu, Wayan Yuliana mengaku dia dan keluarganya kerap dirundung masalah, sehingga pilih membersihkan areal keramat sampai ditemukan Pancoran Naga. Bahkan, seiingat Yuliana, sudah empat kali keluarganya mengalami kecelakaan, meski tidak terlalu parah.
Karena merasa ada yang aneh, Yuliana yang kesehariannya bekerja di Kota Denpasar pilih nunas baos (petunjuk) kepada orang pintar demi memecahkan keganjilan yang berulangkali menimpa keluarganya. Setelah menemui orang pintar, Yuliana memperoleh petunjuk bahwa ada tempat yang tidak terurus di lingkungan rumah keluarganya.
“Saya bertanya kepada bapak, tapi bapak juga tidak banyak tahu,” cerita Yuliana kepada NusaBali di lokasi Pancoran Naga, Selasa kemarin. Setelah menggali ke sana ke sini dan mengukur batas-batas pekarangan rumahnya, Yuliana yakin bahwa posisi Pancoran Naga yang ditemukannya itulah yang disebut orang pintar tidak terurus.
Yuliana kemudian melakukan penggalian dan pembersihan selama berhari-hari, dengan dibantu keluarga dan rekan-rekannyai. Sampai kemudian ditemukan Pancoran Naga sehari sebelum Hari Raya Pagerwesi, 24 Januari 2017.
“Sesuai feeling, saya menggali di titik yang tepat dan menemukan Pancoran Naga ini,” kenang Yuliana. Setelah menemukan Pancoran Naga tersebut, Yuliana berencana melanjutkan pencarian dua pancoran lainnya. Selain itu, pihaknya juga ingin mencari dasar kolam. “Saya intinya ingin mencari bukti,” tandas Yuliana.
Yuliana sendiri kini merasa percaya dengan keberadaan peninggalan leluhurnya di bekas Pura Taman Beji Bagendra tersebut. Meski dirinya tidak begitu tahu hal-hal magis atau niskala, namun Yuliana berjanji akan merawat tempat temuan Pancoran Naga tersebut, dengan harapan rentetan musibah yang kerap menimpa keluarganya tidak terjadi lagi. “Saya ingin mengembalikannya seperti semula dan merawatnya. Tapi, tentunya ini cukup berat,” kata Yuliana. * asa
MANGUPURA, NusaBali
Temuan Pancoran Naga bikin heboh warga Banjar Mekar Sari, Desa Carangsari, Kecamatan Petang, Badung. Pancoran Naga ini ditemukan terkubur pada kedalaman 1,5 meter di tepi sungai belakang pekarangan rumah milik keluarga I Wayan Dapet, 50. Selain Pancoran Naga, juga ditemukan dua Telaga Kembar, hingga memperkuat keyakinan lokasi temuan adakah bekas Pura Taman Beji---
Pancoran Naga yang bikin heboh warga tersebut sejatinya sudah ditemukan 24 Januari 2017, tapi baru diketahui publik secara luas, Senin (13/2). Temuan Pancoran Naga ini menjadi buah bibir setelah putra sulung I Wayan Dapet, yakni Wayan Yuliana, 30, menggugahnya ke madia sosial Facebook (FB) atas nama Nanoe Bme, 13 Februari 2017.
Sehari setelah diunggah di FB, temuan Pancoran Naga tersebut mengundang perhatian warga Desa Carangsari dan sekitarnya, Selasa (14/2). Seharian kemarin, warga silih berganti berdatangan ke lokasi temuan Pancoran Naga di tepi sungai belakang rumah keluarga Wayan Dapet. Bahkan, ada pula polisi yang terjun ke lokasi untuk mengambil gambar.
Ditemui di lokasi TKP di halaman belakang rumahnya, Selasa kemarin, Wayan Dapet mengatakan Pancoran Naga ditemukan tanpa sengaja. Ketika itu, pihaknya sengaja melakukan penggalian di areal seluas 20 meter persegi tersebut karena keluarganya kerap dirundung berbagai masalah.
Setelah meminta petunjuk kepada orang pintar, menurut Wayan Dapet, pihaknya diminta merawat tempat tersebut. “Anak saya sering kena masalah. Setelah menemui orang pintar, kami diminta untuk melakukan pembersihan di sini (lokasi temuan Pancoran Naga). Begitu dibersihkan, ditemukan-lah Pancoran Naga ini,” kenang Wayan Dapet.
Pancoran Naga tersebut ditemukan terkubur pada kedalaman 1,5 meter. Disebut Pancoran Naga, karena bentuknya memang berupa Patung Naga. Ukuran Pancoran Naga ini tingginya mencapai 50 cm. Tak jauh dari Pancoran Naga, juga ditemukan dua kolam yang disebut Telaga Kembar. Antara Patung Naga dan Tekaga Kembar diduga saling berkaitan. Pasalnya, saat Telaga Kembar berisi air, dari mulut Patung Naga juga keluar air seperti pancoran.
Wayan Dapet sendiri mengaku tak tahu pasti keberadaan Pancoran Naga yang berlokasi di tepi sungai halaman belakang rumahnya tersebut. Yang dia tahu, semasa kecilnya dulu ada tiga pancoran di sana. Salah satu pancoran itu berada di pekarangan rumahnya.
Menurut Wayan Dapet, kakek buyutnya adalah seorang balian yang konon sering memanfaatkan tempat di mana Pancoran Naga ditemukan tersebut untuk pengobatan. Hanya saja, setelah kakek buyutnya meninggal, tempat tersebut tidak terurus lagi. Keberadaan tiga pancoran, termasuk Pancoran Naga, juga hilang bak ditelan bumi. Sampai kemudian putra sulungnya, Wayan Yuliana, melakukan penggalian dan menemukannya kembali Pancoran Naga terkubur di kedalaman 1,5 meter.
Karena ada temuan seperti itu, Wayan Dapet dan putra sulungnya terus melakukan penggalian dan membersihkan areal yang dipercaya keramat di tepi sungai belakang rumahnya tersebut. Hal ini dilakukan karena kakek buyutnya dulu sempat bercerita bahwa di tebing belakang rumahnya ada sebuah Beji (pemandian suci) yang disebut Pura Taman Beji Bagendra. “Entah kenapa, Pura Taman Beji Bagendra ini terkubur. Dulu leluhur kami yang menjadi pamangku di Pura Taman Beji Bagendra ini,” papar Wayan Dapet.
Sebetunya, kata Wayan Dapet, keyakinan banha tempat tersebut merupakan areal keamat dan suci, bukanlah hal baru. Pasalnya, di atas tanah seluas 20 meter persegi tersebut, banyak berserakan puing-puing palinggih berbahan batu paras dan bata merah. Salah satunya diduga puing bangunan suci Bale Paruman yang ukurannya 1 meter x 1 meter. Bahkan, hingga saat ini masih ada satu palinggih yang berdiri kokoh, Di palinggih itulah keluarga Wayan Dapet biasa menghaturkan sesajen.
Sementara itu, Wayan Yuliana mengaku dia dan keluarganya kerap dirundung masalah, sehingga pilih membersihkan areal keramat sampai ditemukan Pancoran Naga. Bahkan, seiingat Yuliana, sudah empat kali keluarganya mengalami kecelakaan, meski tidak terlalu parah.
Karena merasa ada yang aneh, Yuliana yang kesehariannya bekerja di Kota Denpasar pilih nunas baos (petunjuk) kepada orang pintar demi memecahkan keganjilan yang berulangkali menimpa keluarganya. Setelah menemui orang pintar, Yuliana memperoleh petunjuk bahwa ada tempat yang tidak terurus di lingkungan rumah keluarganya.
“Saya bertanya kepada bapak, tapi bapak juga tidak banyak tahu,” cerita Yuliana kepada NusaBali di lokasi Pancoran Naga, Selasa kemarin. Setelah menggali ke sana ke sini dan mengukur batas-batas pekarangan rumahnya, Yuliana yakin bahwa posisi Pancoran Naga yang ditemukannya itulah yang disebut orang pintar tidak terurus.
Yuliana kemudian melakukan penggalian dan pembersihan selama berhari-hari, dengan dibantu keluarga dan rekan-rekannyai. Sampai kemudian ditemukan Pancoran Naga sehari sebelum Hari Raya Pagerwesi, 24 Januari 2017.
“Sesuai feeling, saya menggali di titik yang tepat dan menemukan Pancoran Naga ini,” kenang Yuliana. Setelah menemukan Pancoran Naga tersebut, Yuliana berencana melanjutkan pencarian dua pancoran lainnya. Selain itu, pihaknya juga ingin mencari dasar kolam. “Saya intinya ingin mencari bukti,” tandas Yuliana.
Yuliana sendiri kini merasa percaya dengan keberadaan peninggalan leluhurnya di bekas Pura Taman Beji Bagendra tersebut. Meski dirinya tidak begitu tahu hal-hal magis atau niskala, namun Yuliana berjanji akan merawat tempat temuan Pancoran Naga tersebut, dengan harapan rentetan musibah yang kerap menimpa keluarganya tidak terjadi lagi. “Saya ingin mengembalikannya seperti semula dan merawatnya. Tapi, tentunya ini cukup berat,” kata Yuliana. * asa
Komentar