Penyuluh Bahasa Bali Genjot Konservasi Lontar
Penyuluh Bahasa Bali di Gianyar terus menggenjot konservasi lontar warga.
GIANYAR, NusaBali
Konservasi dilakukan untuk lontar di Griya Gede Mandara Giri, Banjar Laplapan, Desa Petulu, Ubud, Gianyar. 34 cakep lontar berhasil diidentifikasi.
Rabu (15/2), Koordinator Penyuluh Bahasa Bali Gianyar di Gianyar, Ida Bagus Oka Manobhawa menjelaskan konservasi ini adalah permintaan dari pemilik lontar Ida Bagus Sucahyadi di griya tersebut. Dikatakan, lontar tersebut sudah ada sejak tahun çaka 1820 dari generasi pertama leluhurnya. Saat itu leluhurnya menjadi pendeta, dan lontar tersebut diwariskan kepada Ida Pedanda Gede Made Banjar.
Setelah Pedanda ini lebar (meninggal) tahun 2008, lontar tersebut tidak pernah diturunkan ataupun dibaca. Lontar hanya diupacarai setiap Piodalan Saraswati.
Setelah diketahui ada Penyuluh Bahasa Bali mengkonservasi lontar melalui berita NusaBali, pemilik lontar meminta agar Penyuluh Bahasa Bali di Desa Petulu, Ubud, untuk mengidentifikasi dan mengkonservasi lontar miliknya. "Konservasi ini bentuknya adalah konservasi mandiri yang pembiayaan alatnya ditanggung pemilik lontar. Langkah ini sebagai bentuk kepedulian pemilik terhadap warisan lontar mereka dan penyuluh menyediakan SDM sebagai pelaksana," ungkap Oka Manobhawa.
Dari identifikasi itu ditemukan beberapa judul lontar di antaranya Tingkahing Nangun Yadnya, Pabayuhan Lara, Puja Tarpana Sawa, Pratiti Sambut Pada, Canting Mas, Puja budha, dan lainnya. Dari identifikasi juga ditemukan lontar gosong, seperti terbakar. Tidak ada pihak yang mengetahui kenapa bisa gosong. Lontar itu ada dalam kotak kayu, masih utuh, namun lontar dalam kotak itu terbakar. Padahal tanpa ada orang membakar.
Oka Manobhawa menambahkan, sekitar 200 cakep lontar ditemukan di lima tempat yakni rumah Jro Mangku Sugra di Desa Mas, Ubud, Guru Made Guna dan Wayan Gunawan di Desa Lodtunduh, Ubud, di Puri Menara, Ubud dan Griya Buda, Banjar Laplapan, Desa Petulu, Ubud, Gianyar. "Lontar yang sudah teridentifikasi secara umum kebanyakan membahas kanda yakni tentang kawisesan," jelasnya. Oka Manobhawa berharap masyarakat makin memperhatikan warisan leluhur berupa lontar ini. * e
Rabu (15/2), Koordinator Penyuluh Bahasa Bali Gianyar di Gianyar, Ida Bagus Oka Manobhawa menjelaskan konservasi ini adalah permintaan dari pemilik lontar Ida Bagus Sucahyadi di griya tersebut. Dikatakan, lontar tersebut sudah ada sejak tahun çaka 1820 dari generasi pertama leluhurnya. Saat itu leluhurnya menjadi pendeta, dan lontar tersebut diwariskan kepada Ida Pedanda Gede Made Banjar.
Setelah Pedanda ini lebar (meninggal) tahun 2008, lontar tersebut tidak pernah diturunkan ataupun dibaca. Lontar hanya diupacarai setiap Piodalan Saraswati.
Setelah diketahui ada Penyuluh Bahasa Bali mengkonservasi lontar melalui berita NusaBali, pemilik lontar meminta agar Penyuluh Bahasa Bali di Desa Petulu, Ubud, untuk mengidentifikasi dan mengkonservasi lontar miliknya. "Konservasi ini bentuknya adalah konservasi mandiri yang pembiayaan alatnya ditanggung pemilik lontar. Langkah ini sebagai bentuk kepedulian pemilik terhadap warisan lontar mereka dan penyuluh menyediakan SDM sebagai pelaksana," ungkap Oka Manobhawa.
Dari identifikasi itu ditemukan beberapa judul lontar di antaranya Tingkahing Nangun Yadnya, Pabayuhan Lara, Puja Tarpana Sawa, Pratiti Sambut Pada, Canting Mas, Puja budha, dan lainnya. Dari identifikasi juga ditemukan lontar gosong, seperti terbakar. Tidak ada pihak yang mengetahui kenapa bisa gosong. Lontar itu ada dalam kotak kayu, masih utuh, namun lontar dalam kotak itu terbakar. Padahal tanpa ada orang membakar.
Oka Manobhawa menambahkan, sekitar 200 cakep lontar ditemukan di lima tempat yakni rumah Jro Mangku Sugra di Desa Mas, Ubud, Guru Made Guna dan Wayan Gunawan di Desa Lodtunduh, Ubud, di Puri Menara, Ubud dan Griya Buda, Banjar Laplapan, Desa Petulu, Ubud, Gianyar. "Lontar yang sudah teridentifikasi secara umum kebanyakan membahas kanda yakni tentang kawisesan," jelasnya. Oka Manobhawa berharap masyarakat makin memperhatikan warisan leluhur berupa lontar ini. * e
1
Komentar