Bantu Atasi Kesulitan Belajar, Fasilitasi Les Gratis Siswa SD
Rumah Belajar Bangah Milik Putu Agus Suarsana di Desa Panji, Sukasada
Rumah Belajar Bangah yang dikelola Putu Agus Suarsana memiliki 9 orang relawan sebagai guru les Bahasa Inggris, Bahasa Bali, Agama Hin-du, dan Matematika. Jadwal les dilakukan 4 hari dalam sepekan: Minggu, Senin, Selasa, Rabu
SINGARAJA, NusaBali
Rumah milik keluarga Putu Agus Suarsana, 34, di Banjar Bangah, Desa Panji, Kecamatan Sukasada, Buleleng dialihfungsikan menjadi rumah belajar. Sejak 10 bulan terakhir, rumah ini menyediakan fasilitas les gratis bagi siswa SD setempat. Ini sebagai bagian upaya Putu Agus Suarsana membantu para siswa atasi masalah kesulitan belajar di masa pandemi Covid-19.
Saat NusaBali berkunjung ke rumah Putu Agus Suarsana yang berlokasi di Banjar Bangah, Desa Panji, Senin (3/1) sore, puluhan bocah SD tampak duduk bersila, lengkap dengan buku dan pulpen. Mereka suntuk mengikuti les mata pelajaran Agama Hindu di salah satu bangunan.
Putu Agus Suarsana menuturkan, pendirian rumah belajar yang diberi nama Rumah Belajar Bangah ini dilakukan tanpa disengaja dan tak terduga sama sekali. Terlebih, kesehariannya Agus Suarsana hanyalah seorang petani dan buka usaha kecil-kecilan menyewakan odong-odong.
Menurut Agus Suarsana, Rumah Belajar Bangah ini dirintis sejak April 2021 lalu. Saat itu, Agus Suarsana selaku orangtua yang memiliki anak SD, merasa kelimpungan menghadapi pembelajaran daring anaknya di masa pandemi Covid-19.
Kebetulan, saat itu anak sulung dari Agus Suarsana, yakni Putu Ayu Adekeva Suarsampoerna Putri, 8, duduk di Kelas II SD Dana Punia, salah satu sekolah swasta di Buleleng. Bocah perempuan berusia 8 tahun ini saat itu mulai kelimpungan mengejar kemampuan teman-temannya saat belajar daring.
Agus Suarsana menyebutkan, rata-rata teman sekelas putri sulungnya ini mengikuti les tambahan di luar sekolah. Agus Suarsana saat itu sempat mencarikan guru les privat untuk Putu Ayu Adekeva. Namun, seiring kondisi ekonomi yang semakin terjepit, Agus Suarsana memutuskan untuk mengajari sendiri anaknya di rumah.
“Saat saya ajari sendiri, mulai ada emosi, kalau tidak saya, ya anak saya. Tetapi, saat belajar sama temannya, anak saya mau serius belajar. Nah, dari situ awalnya dirintis kegiatan belajar di Rumah Belajar Bangah ini. Awalnya anak saya hanya mengajak 3 teman, tapi bertambah terus bertambah hingga mencapai 110 siswa SD yang les gratis di sini saat ini,” papar Agus Suarsana.
Dengan jumlah peserta les yang terus bertambah, Agus Suarsana sempat bingung dan kelabakan. Dia pun sempat meminta pertimbangan kepada Perbekel Panji, Made Mangku Ariawan, di Kantor Desa Panji.
Saat itu, Aghus Suarsana mendapatkan saran dari Perbekel Panji untuk mulai mencari relawan yang siap mengajar gratis di Rumah Belajar Bangah. “Sedangkan anak-anak yang ikut les di Rumah Belajar Bangah, diwajibkan menyetorkan sampah plastik setiap hari minggu,” kenang ayah tiga anak dari pernikahannya dengan Nyoman Lusiani ini.
“Kkarena saya kebetulan bergerak di bidang lingkungan juga, akhrinya anak-anak (yang ikut les gratis) saya arahkan membawa sampah plastik setiap minggu. Salah satu tujuannya, untuk membiasakan mereka mencintai lingkungan di sekitarnya,” lanjut petahi yang menempuh pendidikan formal terakhir di Program D1 Informatika PIKMI ini.
Versi Agus Suarsana, tidaka da batasan berapa banyak sampah plastik yang harus disetorkan para siswa SD yang dapat fasilitas les gratis di Rumah Belajar Bangah. “Kewajiban setor sampah plastik itu hanya formalitas saja, yang terpenting kemauan dan niat mereka untuk peduli lingkungan dan mau belajar, itu saja,” katanya.
Setelah proses belajar di Rumah Belajar Bangah berjalan beberapa bulan, kata Agus Suarsana, dukungan mulai berdatangan dari berbagai pihak. Pemerintah Desa Panji pun memberikan dukungan dalam bentuk bantuan papan tulis dan meja belajar.
Saat ini, Rumah Belajar Bangah yang dikelola Agus Suarsana memiliki 9 orang relawan. Merekalah yang mengajarkan les Bahasa Inggris, Bahasa Bali, Agama Hindu, dan Matematika. Jadwal les dilakukan pada sore hari, selama 4 hari sepekan: Minggu, Senin, Selasa, Rabu. Setiap harinya, kegiatan lest berlangsung dalam durasi 1,5 jam pertemuan.
“Kami juga bersyukur banyak yang mau bantu dan menjadi relawan di Rumah Belajar Bangah ini. Ada yang kami ajak langsung, ada pula yang mengajukan diri. Ada relawan dari Penyuluh Agama di Kantor Agama Kabupaten Buleleng,” terang anak sulung dari tiga bersaudara pasangan Nyoman Sujati dan Luh Resika ini.
Menurut Agus Suarsana, aksi sosial menyediakan tempat dan les secara gratis kepada anak-anak SD di lingkumngannya ini mendapat dukungan dari berbagai pihak, termasuk komunitas sosial. Bahkan, beberapa kali siswa di Rumah Belajar Bangah ini mendapatkan bantuan tas sekolah dan buku tulis. Agus Suarsana juga dipercaya menyalurkan bantuan sembako kepada warga setempat yang memerlukannya.
Agus Suarsana mengatakan, seluruh upayanya selama ini dilakukan murni ngayah, tidak ada pamrih. Agus Suarsana pun mengaku tetap bersedia ngayah, karena sudah kepalang terlibat dan banyak anak yang senang mendapatkan les tambahan di Rumah Belajar Bangah.
“Kalau mundur, saya sudah tidak mungkin, karena jumlah siswa sangat banyak. Ya, mudah-mudahan selalu ada jalan, yang penting anak-anak disini mau belajar dengan serius,” harap pria kelahiran 25 Desember 1987 yang menempuh pendidikan menengah tingkat pertama di SMP Negeri 2 Singaraja dan tingkat atas di SMA Negeri 2 Singaraja ini. *k23
Saat NusaBali berkunjung ke rumah Putu Agus Suarsana yang berlokasi di Banjar Bangah, Desa Panji, Senin (3/1) sore, puluhan bocah SD tampak duduk bersila, lengkap dengan buku dan pulpen. Mereka suntuk mengikuti les mata pelajaran Agama Hindu di salah satu bangunan.
Putu Agus Suarsana menuturkan, pendirian rumah belajar yang diberi nama Rumah Belajar Bangah ini dilakukan tanpa disengaja dan tak terduga sama sekali. Terlebih, kesehariannya Agus Suarsana hanyalah seorang petani dan buka usaha kecil-kecilan menyewakan odong-odong.
Menurut Agus Suarsana, Rumah Belajar Bangah ini dirintis sejak April 2021 lalu. Saat itu, Agus Suarsana selaku orangtua yang memiliki anak SD, merasa kelimpungan menghadapi pembelajaran daring anaknya di masa pandemi Covid-19.
Kebetulan, saat itu anak sulung dari Agus Suarsana, yakni Putu Ayu Adekeva Suarsampoerna Putri, 8, duduk di Kelas II SD Dana Punia, salah satu sekolah swasta di Buleleng. Bocah perempuan berusia 8 tahun ini saat itu mulai kelimpungan mengejar kemampuan teman-temannya saat belajar daring.
Agus Suarsana menyebutkan, rata-rata teman sekelas putri sulungnya ini mengikuti les tambahan di luar sekolah. Agus Suarsana saat itu sempat mencarikan guru les privat untuk Putu Ayu Adekeva. Namun, seiring kondisi ekonomi yang semakin terjepit, Agus Suarsana memutuskan untuk mengajari sendiri anaknya di rumah.
“Saat saya ajari sendiri, mulai ada emosi, kalau tidak saya, ya anak saya. Tetapi, saat belajar sama temannya, anak saya mau serius belajar. Nah, dari situ awalnya dirintis kegiatan belajar di Rumah Belajar Bangah ini. Awalnya anak saya hanya mengajak 3 teman, tapi bertambah terus bertambah hingga mencapai 110 siswa SD yang les gratis di sini saat ini,” papar Agus Suarsana.
Dengan jumlah peserta les yang terus bertambah, Agus Suarsana sempat bingung dan kelabakan. Dia pun sempat meminta pertimbangan kepada Perbekel Panji, Made Mangku Ariawan, di Kantor Desa Panji.
Saat itu, Aghus Suarsana mendapatkan saran dari Perbekel Panji untuk mulai mencari relawan yang siap mengajar gratis di Rumah Belajar Bangah. “Sedangkan anak-anak yang ikut les di Rumah Belajar Bangah, diwajibkan menyetorkan sampah plastik setiap hari minggu,” kenang ayah tiga anak dari pernikahannya dengan Nyoman Lusiani ini.
“Kkarena saya kebetulan bergerak di bidang lingkungan juga, akhrinya anak-anak (yang ikut les gratis) saya arahkan membawa sampah plastik setiap minggu. Salah satu tujuannya, untuk membiasakan mereka mencintai lingkungan di sekitarnya,” lanjut petahi yang menempuh pendidikan formal terakhir di Program D1 Informatika PIKMI ini.
Versi Agus Suarsana, tidaka da batasan berapa banyak sampah plastik yang harus disetorkan para siswa SD yang dapat fasilitas les gratis di Rumah Belajar Bangah. “Kewajiban setor sampah plastik itu hanya formalitas saja, yang terpenting kemauan dan niat mereka untuk peduli lingkungan dan mau belajar, itu saja,” katanya.
Setelah proses belajar di Rumah Belajar Bangah berjalan beberapa bulan, kata Agus Suarsana, dukungan mulai berdatangan dari berbagai pihak. Pemerintah Desa Panji pun memberikan dukungan dalam bentuk bantuan papan tulis dan meja belajar.
Saat ini, Rumah Belajar Bangah yang dikelola Agus Suarsana memiliki 9 orang relawan. Merekalah yang mengajarkan les Bahasa Inggris, Bahasa Bali, Agama Hindu, dan Matematika. Jadwal les dilakukan pada sore hari, selama 4 hari sepekan: Minggu, Senin, Selasa, Rabu. Setiap harinya, kegiatan lest berlangsung dalam durasi 1,5 jam pertemuan.
“Kami juga bersyukur banyak yang mau bantu dan menjadi relawan di Rumah Belajar Bangah ini. Ada yang kami ajak langsung, ada pula yang mengajukan diri. Ada relawan dari Penyuluh Agama di Kantor Agama Kabupaten Buleleng,” terang anak sulung dari tiga bersaudara pasangan Nyoman Sujati dan Luh Resika ini.
Menurut Agus Suarsana, aksi sosial menyediakan tempat dan les secara gratis kepada anak-anak SD di lingkumngannya ini mendapat dukungan dari berbagai pihak, termasuk komunitas sosial. Bahkan, beberapa kali siswa di Rumah Belajar Bangah ini mendapatkan bantuan tas sekolah dan buku tulis. Agus Suarsana juga dipercaya menyalurkan bantuan sembako kepada warga setempat yang memerlukannya.
Agus Suarsana mengatakan, seluruh upayanya selama ini dilakukan murni ngayah, tidak ada pamrih. Agus Suarsana pun mengaku tetap bersedia ngayah, karena sudah kepalang terlibat dan banyak anak yang senang mendapatkan les tambahan di Rumah Belajar Bangah.
“Kalau mundur, saya sudah tidak mungkin, karena jumlah siswa sangat banyak. Ya, mudah-mudahan selalu ada jalan, yang penting anak-anak disini mau belajar dengan serius,” harap pria kelahiran 25 Desember 1987 yang menempuh pendidikan menengah tingkat pertama di SMP Negeri 2 Singaraja dan tingkat atas di SMA Negeri 2 Singaraja ini. *k23
Komentar