Badung Akan Uji Coba Alat Pemingsan Babi
Terima Lima Unit Captive Bolt Stunner dari FKH Unud
MANGUPURA, NusaBali
Dinas Pertanian dan Pangan Badung bekerja sama dengan Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Unud akan melakukan uji coba penggunaan alat pemingsan babi (captive bolt stunner).
Nantinya penggunaan alat pemingsan babi ini dalam upaya untuk meningkatkan penerapan prinsip-prinsip kesejahteraan hewan. Alat ini pun akan segera diuji coba. Pemkab Badung pun menerima 5 unit captive bolt stunner dari Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Universitas Udayana (Unud). Penyerahan secara simbolis dilakukan di Puspem Badung, Selasa (4/1).
Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Badung I Wayan Wijana, menjelaskan salah satu keunggulan dari alat pemingsan babi ini adalah bisa membuat babi ataupun sapi yang akan dipotong pingsan sebelum dipotong. Cara kerjanya, yakni babi atau sapi ditembak menggunakan peluru khusus dari alat ini, sehingga para jagal tidak perlu memukul ataupun menenggelamkan babi yang dianggap sebagai bentuk penyiksaan terhadap binatang.
Dikatakan, penggunaan alat pemingsan babi ini juga akan menghasilkan daging yang lebih sehat, segar, dan berkualitas. Serta daging yang rasanya jauh lebih enak. Menurut Wijana, alat pemingsan babi ini akan diuji coba pada beberapa pengusaha pemotongan babi. “Kami akan uji coba alat ini kepada beberapa pengusaha pemotongan babi di wilayah Kabupaten Badung yang sudah mendapatkan pembinaan, pelatihan serta sudah diseleksi,” ujar Wijana.
Sementara itu Kepala Laboratorium Kesmavet FKH Unud Prof I Wayan Suardana, mengatakan alat pemingsan babi ini merupakan bantuan dari Animal Australia yang sudah dirintis sejak 2 tahun lalu. Mengingat sebagai alat yang tergolong baru dan satu-satunya di Bali, proses pengiriman membutuhkan waktu yang panjang dan harus mendapatkan rekomendasi dari pihak kepolisian.
“Kami berharap agar alat ini bisa dipergunakan dengan baik dan ke depan bisa menjadi rujukan bagi daerah lainnya untuk menerapkan Kesrawan, sekaligus menghasilkan daging yang berkualitas bagi masyarakat,” kata Prof Suardana. *ind
Komentar