250 Ton Sampah di Kuta Dievakuasi
Dinas LHK Catat Sampah Pantai Pesisir Barat Capai 1.600 Ton
Menurut Dwipayana, terjadi pergeseran serbuan sampah kiriman tahun ini, diperkirakan karena faktor angin yang cenderung bertiup kencang ke arah utara.
MANGUPURA, NusaBali
Sebanyak 250 ton sampah kiriman yang sebelumnya dikumpulkan di stop over atau tempat penampungan sementara di Pantai Kuta, Kecamatan Kuta, Badung, rampung dievakuasi pada Rabu (5/1). Dengan rampungnya proses evakuasi itu, Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (LHK) mencatat sudah sekitar 1.200 ton sampah telah diangkut dari seluruh stop over yang ada di pesisir pantai sebelah barat wilayah Badung.
Koordinasi Deteksi Evakuasi Sampah Laut (Desalut) Dinas LHK Badung I Made Gede Dwipayana, mengatakan semenjak kemunculan sampah kiriman awal Desember 2021 lalu, petugas kebersihan berjibaku membersihkan sampah dari bibir pantai. Pembersihan dilakukan setiap hari dan sampah kiriman itu dikumpulan di stop over yang ada di setiap pantai. Langkah tersebut untuk memaksimalkan pembersihan pantai, karena sampah terus berdatangan hingga memenuhi area pantai.
“Kondisi sampah kiriman saat ini mulai berkurang, makanya secara bertahap kami bisa mengevakuasi sampah yang kami kumpulkan di stop over, termasuk di Pantai Kuta,” kata Dwipayana, Rabu (5/1).
Dwipayana mengatakan, di Pantai Kuta tercatat ada 250 ton yang sudah dievakuasi ke beberapa TPST dan sejumlah lahan warga di Jimbaran, Kedonganan, dan Seminyak. Sebab, TPA Suwung kini tak cukup menampung sampah-sampah tersebut. “Kami sampaikan terima kasih kepada warga yang sudah turut serta melakukan pembersihan hingga memberikan lahannya. Jadi, yang kami buang hanya sampah pohon dan ranting saja,” jelasnya.
Sejak kemunculan sampah kiriman itu, pihaknya sudah membersihkan sedikitnya 1.600 ton sampah dari seluruh pesisir sebelah barat Badung, dari ujung utara sampai selatan. Namun, masih ada sekitar 400 ton yang tersisa tersebar di beberapa stop over, seperti di Petitenget, Batu Belig, Jimbaran, Kedonganan.
Untuk kondisi Pantai Kuta saat ini sudah mulai landai dengan sampah kiriman. Namun, berbeda dengan Pantai Petitenget dan Batu Belig yang justru membludak belakang ini. Menurut Dwipayana, terjadi pergeseran serbuan sampah kiriman tahun ini, hal ini diperkirakan karena faktor angin yang cenderung bertiup kencang ke arah utara.
“Semenjak kemunculan sampah kiriman dari dulu, hanya ada di Kuta dan sekitarnya yang paling terdampak. Tapi, kali ini berbeda justru yang di utara yang paling terdampak sejak beberapa pekan belakangan ini,” tandas Dwipayana. *dar
Koordinasi Deteksi Evakuasi Sampah Laut (Desalut) Dinas LHK Badung I Made Gede Dwipayana, mengatakan semenjak kemunculan sampah kiriman awal Desember 2021 lalu, petugas kebersihan berjibaku membersihkan sampah dari bibir pantai. Pembersihan dilakukan setiap hari dan sampah kiriman itu dikumpulan di stop over yang ada di setiap pantai. Langkah tersebut untuk memaksimalkan pembersihan pantai, karena sampah terus berdatangan hingga memenuhi area pantai.
“Kondisi sampah kiriman saat ini mulai berkurang, makanya secara bertahap kami bisa mengevakuasi sampah yang kami kumpulkan di stop over, termasuk di Pantai Kuta,” kata Dwipayana, Rabu (5/1).
Dwipayana mengatakan, di Pantai Kuta tercatat ada 250 ton yang sudah dievakuasi ke beberapa TPST dan sejumlah lahan warga di Jimbaran, Kedonganan, dan Seminyak. Sebab, TPA Suwung kini tak cukup menampung sampah-sampah tersebut. “Kami sampaikan terima kasih kepada warga yang sudah turut serta melakukan pembersihan hingga memberikan lahannya. Jadi, yang kami buang hanya sampah pohon dan ranting saja,” jelasnya.
Sejak kemunculan sampah kiriman itu, pihaknya sudah membersihkan sedikitnya 1.600 ton sampah dari seluruh pesisir sebelah barat Badung, dari ujung utara sampai selatan. Namun, masih ada sekitar 400 ton yang tersisa tersebar di beberapa stop over, seperti di Petitenget, Batu Belig, Jimbaran, Kedonganan.
Untuk kondisi Pantai Kuta saat ini sudah mulai landai dengan sampah kiriman. Namun, berbeda dengan Pantai Petitenget dan Batu Belig yang justru membludak belakang ini. Menurut Dwipayana, terjadi pergeseran serbuan sampah kiriman tahun ini, hal ini diperkirakan karena faktor angin yang cenderung bertiup kencang ke arah utara.
“Semenjak kemunculan sampah kiriman dari dulu, hanya ada di Kuta dan sekitarnya yang paling terdampak. Tapi, kali ini berbeda justru yang di utara yang paling terdampak sejak beberapa pekan belakangan ini,” tandas Dwipayana. *dar
Komentar