YLKI Curiga Ada Permainan Harga Migor
Penjualan minyak goreng seharga Rp 14.000 mulai disebar akhir pekan
JAKARTA, NusaBali
Harga minyak goreng (migor) sejak menjelang natal 2021 dan tahun baru 2022 (Nataru) melonjak tajam, baik yang curah ataupun kemasan. Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) curiga adanya permainan harga, di mana pengusaha sepakat menentukan harga minyak goreng.
Ketua Pengurus Harian YLKI Tulus Abadi menyebut awalnya harga minyak goreng tinggi karena efek nataru. Namun hingga nataru lewat harga masih tinggi. Ia curiga adanya praktik kartel dan praktik oligopoli dilakukan oleh pengusaha minyak goreng dan produsen CPO.
"Saya curiga ada praktik kartel atau oligopoli. Dalam UU tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, ada larangan terkait praktik usaha tidak sehat, monopoli, oligopoli, hingga kartel. Kalau kartel pengusaha bersepakat, bersekongkol menentukan harga yang sama sehingga tidak ada pilihan lain bagi konsumen," katanya seperti dilansir detikcom, Senin (10/1).
"Ini bisa terjadi karena harga internasional tinggi dijual untuk domestik sama harganya," tambahnya. Kecurigaan itu didorong karena tidak ditemukannya masalah yang mempengaruhi tingginya harga minyak goreng setelah nataru. Jadi jika pemerintah mengguyur subsidi Rp 3,6 triliun untuk menggelontorkan minyak goreng, menurutnya tidak relevan.
"Logika awalnya harga tinggi karena supply dan demand-nya. Demand-nya tinggi kan sudah lewat, atau ada nggak gangguan supply seperti bencana alam atau gangguan produksi. Kan tidak ada," ucapnya.
Disebar Akhir Pekan
Di sisi lain Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan (Kemendag) Oke Nurwan memastikan penjualan minyak goreng seharga Rp14 ribu per liter akan disebar mulai akhir pekan ini. Hal itu sejalan dengan kebijakan pemerintah untuk menstabilkan harga minyak goreng selama enam bulan ke depan terhitung mulai Januari ini.
"Insyaallah segera (dijual) akhir minggu ini dan tersebar secara nasional," ungkapnya kepada CNNIndonesia.com, Senin (10/1).
Sebagai informasi, pemerintah akan menggelontorkan 1,2 miliar liter minyak goreng untuk mewujudkan penyebaran minyak goreng kemasan harga Rp14 ribu tersebut.
Kebijakan itu disampaikan Menko Perekonomian Airlangga Hartarto pada Rabu (5/1). "Pemerintah mengambil kebijakan menyediakan minyak goreng untuk masyarakat dengan harga Rp14 ribu per liter di tingkat konsumen di seluruh Indonesia," terang dia.
Airlangga menerangkan penyediaan minyak goreng tersebut merupakan hasil kerja sama dengan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) dengan memanfaatkan dana pungutan sebesar Rp3,6 triliun.
"Dibutuhkan anggaran untuk menutup selisih harga (pasar) ditambah dengan PPN (pajak penghasilan) sebesar Rp3,6 triliun. Komite pengarah juga memutuskan BPDPKS menyediakan dan melakukan pembayaran tersebut," jelasnya.
Sementara itu, Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mengatakan untuk tahap awal, pemerintah akan menunjuk lima produsen minyak goreng sebagai pelaksana produksi.
Ia menambahkan minyak goreng seharga Rp14 ribu itu nanti didistribusikan terlebih dahulu ke pasar-pasar yang dipantau Kemendag. Ia berharap program tersebut dapat memberikan harga minyak goreng yang terjangkau bagi masyarakat. Ke depan, ia juga memastikan produksi minyak goreng akan dilakukan oleh 70 industri dan 225 packer. *
Ketua Pengurus Harian YLKI Tulus Abadi menyebut awalnya harga minyak goreng tinggi karena efek nataru. Namun hingga nataru lewat harga masih tinggi. Ia curiga adanya praktik kartel dan praktik oligopoli dilakukan oleh pengusaha minyak goreng dan produsen CPO.
"Saya curiga ada praktik kartel atau oligopoli. Dalam UU tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, ada larangan terkait praktik usaha tidak sehat, monopoli, oligopoli, hingga kartel. Kalau kartel pengusaha bersepakat, bersekongkol menentukan harga yang sama sehingga tidak ada pilihan lain bagi konsumen," katanya seperti dilansir detikcom, Senin (10/1).
"Ini bisa terjadi karena harga internasional tinggi dijual untuk domestik sama harganya," tambahnya. Kecurigaan itu didorong karena tidak ditemukannya masalah yang mempengaruhi tingginya harga minyak goreng setelah nataru. Jadi jika pemerintah mengguyur subsidi Rp 3,6 triliun untuk menggelontorkan minyak goreng, menurutnya tidak relevan.
"Logika awalnya harga tinggi karena supply dan demand-nya. Demand-nya tinggi kan sudah lewat, atau ada nggak gangguan supply seperti bencana alam atau gangguan produksi. Kan tidak ada," ucapnya.
Disebar Akhir Pekan
Di sisi lain Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan (Kemendag) Oke Nurwan memastikan penjualan minyak goreng seharga Rp14 ribu per liter akan disebar mulai akhir pekan ini. Hal itu sejalan dengan kebijakan pemerintah untuk menstabilkan harga minyak goreng selama enam bulan ke depan terhitung mulai Januari ini.
"Insyaallah segera (dijual) akhir minggu ini dan tersebar secara nasional," ungkapnya kepada CNNIndonesia.com, Senin (10/1).
Sebagai informasi, pemerintah akan menggelontorkan 1,2 miliar liter minyak goreng untuk mewujudkan penyebaran minyak goreng kemasan harga Rp14 ribu tersebut.
Kebijakan itu disampaikan Menko Perekonomian Airlangga Hartarto pada Rabu (5/1). "Pemerintah mengambil kebijakan menyediakan minyak goreng untuk masyarakat dengan harga Rp14 ribu per liter di tingkat konsumen di seluruh Indonesia," terang dia.
Airlangga menerangkan penyediaan minyak goreng tersebut merupakan hasil kerja sama dengan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) dengan memanfaatkan dana pungutan sebesar Rp3,6 triliun.
"Dibutuhkan anggaran untuk menutup selisih harga (pasar) ditambah dengan PPN (pajak penghasilan) sebesar Rp3,6 triliun. Komite pengarah juga memutuskan BPDPKS menyediakan dan melakukan pembayaran tersebut," jelasnya.
Sementara itu, Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mengatakan untuk tahap awal, pemerintah akan menunjuk lima produsen minyak goreng sebagai pelaksana produksi.
Ia menambahkan minyak goreng seharga Rp14 ribu itu nanti didistribusikan terlebih dahulu ke pasar-pasar yang dipantau Kemendag. Ia berharap program tersebut dapat memberikan harga minyak goreng yang terjangkau bagi masyarakat. Ke depan, ia juga memastikan produksi minyak goreng akan dilakukan oleh 70 industri dan 225 packer. *
Komentar