Para Sopir Harap Operasional Bus Trans Metro Tak Dihentikan
DENPASAR, NusaBali
Para sopir Bus Trans Metro Dewata risau, karena khawatir operasional angkutan publik yang dilaunching Gubernur Bali Wayan Koster, 9 September 2020, itu dihentikan menyusul adanya protes dari sopir angkutan pariwisata dan sopir terminal.
Mereka berharap pemerintah bijak dalam mengambil keputusan, sehingga tidak menimbulkan persoalan baru. Salah seorang sopir Bus Trans Metro, Nyoman Suadnyana, mengatakan kehadiran bus angkut massal berbasis jalan ini sangat membantu masyarakat. Menurut sopir yang melayani Trayek III (rute Pantai Matahari Terbit Sanur-Desa Dalung, Kecamatan Kuta Utara) ini, kehadiran Bus Trans Metro tidak merugikan pihak lain, karena ada aturan ketat yang harus dijalani.
"Kami tidak pernah ambil penumpang di luar trayek yang telah ditentukan. Jangankan ambil penumpang di sembarang tempat, cara menghentikan bus di titik henti dengan rem mendadak saja bisa kena sanksi. Beratnya sanksi yang diterima tergantung pelanggarannya. Salah satu sanksinya adalah pemotongan upah," tutur Nyoman Suadnyana saat ditemui NusaBali di Terminal Ubung, Denpasar Utara, Senin (10/1) siang.
Mantan sopir transportasi pariwisata selama 20 tahun ini berharap pemerintah dapat mencari solusi terbaik, tanpa harus menghentikan operasional Bus Trans Metro. Suadnyana mengungkapkan, ada banyak kemudahan dan fungsi dari kehadiran Bus Trans Metro ini. Misalnya, pemerintah memberikan kemudahan dalam hal pelayanan kepada masyarakat dan memberikan peluang kerja kepada masyarakat Bali.
"Gara-gara pandemi Covid-19, wisatawan luar negeri tidak datang lagi. Syukurnya, datang Bus Trans Metro Dewata ini. Kehadiran bus ini sangat membantu kami. Kami sangat membutuhkan pekerjaan di tengah situasi pandemi Covid-19 ini. Berikan kami saran dan kritik bila ada kesalahan, tetapi jangan menghentikan operasional bus Trans Metro Dewata," harap Suadnyana.
Harapan senada juga disampaikan oleh Staf Operasional Bus Trans Metro Dewata, Wayan Winada. Menurut pria yang dulunya merupakan pengusaha bus pariwisata ini, tidak ada yang dimatikan oleh Busa Trans Metro Dewara. "Bus Trans Metro Dewata ini tidak sembarangan menaikkan dan menurunkan penumpang. Kita bekerja ada aturan yang mengikat," papar Wayan Winada, yang notabene mantan Sekretaris Persatuan Angkutan Wisata Bali (Pawiba) Bali.
Sementara itu, Manajer Trans Metro Dewata, Ida Bagus Eka Budi Prihantara, mengatakan layanan bus angkutan publik ini merupakan proyek dari Kementerian Perhubungan (Kemenhub), dalam hal ini Direktorat Angkutan Jalan Kemenhub. Di sini pemerintah menyediakan angkutan massal berbasis jalan dalam perkotaan. Basicnya adalah Bus Rapid Transit (BRT).
Menurut Gus Eka Budi, layanan ini juga tidak hanya ada di Bali, tetapi juga di provinsi lainnya, seperti Jawa Tengah dan DKI Jakarta. "Saat ini kami hanya beroperasi di Aglomerasi Sarbagita (Denpasar-Badung-Gianyar-Tabanan). Layanan angkutan massal ini dijalankan sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan Kementerian Perhubungan. Misalnya, dalam beroperasi menerapkan Syarat Pelayanan Minimal (SPM). Tujuannya, agar agar layanan ini benar-benar terjaga," tandas Gus Eka Budi.
Gus Eka Budi mengungkapkan, operasional Bus Trans Metro Dewata dijalankan berdasarkan aturan yang telah ditetapkan pemerintah pusat. Pengemudi atau operator tidak boleh menaik-turunkan penumpang di sembarang tempat. Bus hanya boleh berhenti pada titik henti khusus. “Bila melanggar, pengemudi pasti dikenakan sanksi,” katanya.
Gus Eka Budi juga tidak menampik mengakut wisatawan. Hal itu terjadi karena layanan yang diterima oleh Bus Trans Metro Dewara adalah untuk seluruh masyarakat. Bus ini tidak boleh menolak penumpang yang hendak naik. Namun, hanya 1 persen saja penumpang yang merupakan wisatawan. Hal itu terjadi karena biasanya wisatawan yang datang ke Bali pasti menggunakan jasa travel agen atau menggunakan rent car agar pergerakannya cepat.
Ditambahkan Gus Eka Budi, Bus Trans Metro Dewata hanya boleh berhenti pada titik henti berupa rambu dan marka tanpa halte. Sementara di kota lainnya seperti Solo, Jawa Tengah, sudah lengkap dengan halte. Dari 4 Koridor Bus Trans Metro Dewata, hanya Koridor IV (rute Terminal Ubung-Sentral Parkir Kuta-Monkey Forest) yang menuju ke arah daerah tujuan wisata, yaitu menuju Ubud, Kelurah-an/Kecamatan Ubud, Gianyar. Itu pun, bus tidak boleh berhenti di sembarang tempat.
"Kalau dibilang mematikan sopir pariwisata, bagi saya, rasanya tidak demikian. Untuk diketahui, 90 persen pengemudi kami adalah eks pengemudi angutan pariwisata. Keberadaan Bus Trans Metro Dewata tidak mubazir. Load factor atau perbandingan jumlah penumpang dibandingkan dengan kapasitas bus yang tersedia tahun 2021 adalah 27 persen, dengan jumlah penumpang 1.882.181 orang," tandas Gus Eka Budi.
Menurut Gus Eka Budi, saat ini layanan Bus Trans Metro Dewata masih gratis. Ke depan, yang boleh naik bus ini hanyalah orang yang memiliki uang elektronik (e-money). Sebab, nantinya pembayaran tidak dilakukan secara cash. Jika e-money itu diberlakukan, maka tidak semua orang bisa dilayani. "Saat ini masih kami sosialisasikan terkait penggunaan e-money tersebut. Kapan mulai diterapkan, kami masih menunggu arahan dari Kementerian Perhubungan," tegas Gus Eka Budi.
Dikonfirmasi NusaBali secara terpisah, Ketua Organisasi Angkutan Darat (Organda) Bali, Ketut Eddy Dharma Putra, mengatakan layanan Bus Trans Metro Dewata tidak berdampak langsung terhadap angkutan pariwisata. Sebab, angkutan pariwisata bisa langsung ke objek wisata. Angkutan pariwisata juga tidak dalam trayek, sementara Bus Trans Metro Dewata jalurnya dalam trayek.
"Pemerintah sudah tepat menghadirkan Bus Trans Metro Dewata. Kehadiran bus tersebut berdasarkan MoU dari Dirjen Perhubungan, Gubernur, dan Walikota. Ini semua dengan kajian, tidak mungkin pemerintah melakukannya begitu saja," papar Eddy Dharma Putra. *pol
Komentar