Pamit ke Rumah Teman, Teruna Lingsir Ditemukan Tewas di Sungai
Sebelum ditemukan tergeletak tewas di sungai, korban I Ketut Sulestra sempat bantu kerja dan menginap di rumah Wayan Sudiartana, lalu bangun dan pergi Minggu dinihari pukul 04.30 Wita
Heboh di Banjar Tukad Pule, Desa Sanggalangit, Kecamatan Gerokgak, Buleleng
SINGARAJA, NusaBali
Pamit pergi untuk berkunjung ke rumah temannya, seorang warga Banjar Tukad Pule, Desa Sanggalangit, Kecamatan Gerokgak, Buleleng, I Ketut Sulestra, 49, ditemukan tewas di sungai, Minggu (19/2) pagi. Belum jelas, apa penyebab kematiannya. Namun, teruna lingsir (bujangan lapuk) yang tidak pernah menikah hingga usia 49 tahun ini diduga meregang nyawa karena penyakit asmanya kumat.
Kematian tragis korban Ketut Sulestra pertama kali diketahui tetangganya dari Banjar Tukad Pule, Desa Sanggalangit, I Komang Sumantra, Minggu pagi sekitar pukul 10.00 Wita. Kala itu, saksi Komang Sumatra kebetulan melintas di sungai kering (tanpa air mengalir) tersebut. Dia terkejut melihat ada orang tidur telungkup di hamparan kerikil di sungai tersebut.
Dalam kondisi terkejut, saksi Kumang Sumatra berusaha mendekati sosok yang tidur telungkup tersebut. Ternyata, yang tidur telungkup itu adalah tetangganya, korban Ketut Sulestra. Lebih mengejutkan lagi, korban Ketut Sulestra ternyata sudah dalam kondisi meninggal.
Saksi Ketut Sumatra pun langsung mencari keluarga korban Ketut Sulestra dan memberitahukan temuannya di sungai. Keluarga yang ditemui saksi adalah I Gede Suweca, 47, adik kandung korban Ketut Sulestra. Begitu diberitahu musibah yang terjadi, Gede Suweca langsung meluncur ke sungai. Dia pun menemukan kakaknya yang membujang tersebut tergeletak tewas di sungai.
Menurut Gede Suweca, kakaknya yang ditemukan tewas di sungai tersebut sebelumnya pamit dari rumah, Sabtu (18/2) siang sekitar pukul 11.00 Wita. Ketika itu, korban Ketut Sulestra mengatakan akan berkunjung ke rumah temannya, I Wayan Sudiartana, 48, yang masih berada di Desa Sanggalangit.
Sejak kepergiannya itu, kata Suweca, pihak keluarga tidak sempat lagi bertemu korban Ketut Sulestra, sampai akhirnya ditemukan tewas di sungai. Terungkap, korban Ketut Sulestra memang sempat datang dan menginap di rumah Wayan Sudiartana.
Versi Wayan Sudiartana, korban Ketut Sulestra datang ke rumahnya, Sabtu siang sekitar pukul 13.00 Wita, untuk membantu kerja membuat rumah. Pekerjaan bikin rumah itu sendrii selesai Sabtu petang pukul 18.00 Wita. Namun, korban Ketut Sulestra tidak langsung pulang ke rumahnya di Banjar Tukad Pule, Desa Sanggalangit, melainkan pilih menginap di rumah Sudiartana.
“Dia (korban Ketut Sulestra) baru pergi dari rumah saya untuk pulang ke rumahnya, Minggu dinihari sekitar pukul 04.30 Wita,” jelas Sudiartana sebagaimana ditirukan Kasubag Humas Polres Buleleng, AKP I Nyoman Suartika, di Singaraja, Minggu kemarin.
Namun, siang harinya kemarin, Sudiartana mendapat kabar duka kalau korban Ketut Sulestra ditemukan tewas di sungai. Saat ditemukan tergeletak tak bernyawa di sungai, korban Ketut Sulestra mengenakan kaos abu-abu lengan pendek dan celana jeans pendek warna biru, dengan topi hitam di kepala.
Situasi pun semakin gempar, tidak ada satu orang pun yang berani menyentuh mayat korban, sebelum akhirnya pihak petugas kepolisian dan petugas medis dari Puskesmas Gerokgak II tiba di lokasi TKP untuk melakukan pengecekan. Berdasarkan pemeriksaan luar tim medis, tidak ditemukan tanda-tanda bekas kekerasan di tubuh korban.
Menurut AKP I Nyoman Suartika, pihak kepolisian masih menyelidiki penyebab pasti kematian korban Ketut Sulestra. Dugaan sementara, korban meninggal karena penyakit asmanya kambuh. Sebab, berdasarkan keterangan pihak keluarga dan tetangganya, korban Ketut Sulestra memang memiliki riwayat sakit asma, selain pernah menderita patah tulang.
“Tapi, kita masih menyelidiki penyebab pasti kematiannya. Buat sementara, lokasi penemuan mayat korban di sungai dipasangi police line, untuk menyelidikan lebih lanjut,” papar AKP Suartika.
Hingga Minggu sore, jenazah korban Ketut Sulestra masih disemayamkan di rumah duka, Banjar Tukad Pule, Desa Pakraman Sanggalangit, Kecamatan Gerokgak, Buleleng Barat. Rencananya, jenazah korban akan dikuburkan keluarganya melalui prosesi Makingsan ring Gni di Setra Desa Pakraman Sanggalangit pada Buda Pon Tolu, Rabu (22/2) lusa.
Sementara itu, Perbekel Sanggalangit, I Nyoman Dana, menyatakan pihak keluarga korban sudah menerima kejadian itu sebagai musibah. “Pihak keluarga menolak untuk dilakukan visum atas jenazah korban, karena elah menerima hal ini sebagai musibah,” ungkap Perbekel Nyoman Dada saat dikonfirmasi NusaBali per telepon, Minggu kemarin.
Korban Ketut Sulestra sendiri merupakan anak ke-4 dari 5 bersaudara keluarga pasangan almarhum I Ketut Sarka dan Nyoman Ratih. Hingga usia 49 tahun, Ketut Sulestra belum kunnjung menikah. Selama itu, korban tinggal bersama saudara-saudaranya. Dia menghidupi diri dengan kerja sebagai buruh serabutan. * k23
SINGARAJA, NusaBali
Pamit pergi untuk berkunjung ke rumah temannya, seorang warga Banjar Tukad Pule, Desa Sanggalangit, Kecamatan Gerokgak, Buleleng, I Ketut Sulestra, 49, ditemukan tewas di sungai, Minggu (19/2) pagi. Belum jelas, apa penyebab kematiannya. Namun, teruna lingsir (bujangan lapuk) yang tidak pernah menikah hingga usia 49 tahun ini diduga meregang nyawa karena penyakit asmanya kumat.
Kematian tragis korban Ketut Sulestra pertama kali diketahui tetangganya dari Banjar Tukad Pule, Desa Sanggalangit, I Komang Sumantra, Minggu pagi sekitar pukul 10.00 Wita. Kala itu, saksi Komang Sumatra kebetulan melintas di sungai kering (tanpa air mengalir) tersebut. Dia terkejut melihat ada orang tidur telungkup di hamparan kerikil di sungai tersebut.
Dalam kondisi terkejut, saksi Kumang Sumatra berusaha mendekati sosok yang tidur telungkup tersebut. Ternyata, yang tidur telungkup itu adalah tetangganya, korban Ketut Sulestra. Lebih mengejutkan lagi, korban Ketut Sulestra ternyata sudah dalam kondisi meninggal.
Saksi Ketut Sumatra pun langsung mencari keluarga korban Ketut Sulestra dan memberitahukan temuannya di sungai. Keluarga yang ditemui saksi adalah I Gede Suweca, 47, adik kandung korban Ketut Sulestra. Begitu diberitahu musibah yang terjadi, Gede Suweca langsung meluncur ke sungai. Dia pun menemukan kakaknya yang membujang tersebut tergeletak tewas di sungai.
Menurut Gede Suweca, kakaknya yang ditemukan tewas di sungai tersebut sebelumnya pamit dari rumah, Sabtu (18/2) siang sekitar pukul 11.00 Wita. Ketika itu, korban Ketut Sulestra mengatakan akan berkunjung ke rumah temannya, I Wayan Sudiartana, 48, yang masih berada di Desa Sanggalangit.
Sejak kepergiannya itu, kata Suweca, pihak keluarga tidak sempat lagi bertemu korban Ketut Sulestra, sampai akhirnya ditemukan tewas di sungai. Terungkap, korban Ketut Sulestra memang sempat datang dan menginap di rumah Wayan Sudiartana.
Versi Wayan Sudiartana, korban Ketut Sulestra datang ke rumahnya, Sabtu siang sekitar pukul 13.00 Wita, untuk membantu kerja membuat rumah. Pekerjaan bikin rumah itu sendrii selesai Sabtu petang pukul 18.00 Wita. Namun, korban Ketut Sulestra tidak langsung pulang ke rumahnya di Banjar Tukad Pule, Desa Sanggalangit, melainkan pilih menginap di rumah Sudiartana.
“Dia (korban Ketut Sulestra) baru pergi dari rumah saya untuk pulang ke rumahnya, Minggu dinihari sekitar pukul 04.30 Wita,” jelas Sudiartana sebagaimana ditirukan Kasubag Humas Polres Buleleng, AKP I Nyoman Suartika, di Singaraja, Minggu kemarin.
Namun, siang harinya kemarin, Sudiartana mendapat kabar duka kalau korban Ketut Sulestra ditemukan tewas di sungai. Saat ditemukan tergeletak tak bernyawa di sungai, korban Ketut Sulestra mengenakan kaos abu-abu lengan pendek dan celana jeans pendek warna biru, dengan topi hitam di kepala.
Situasi pun semakin gempar, tidak ada satu orang pun yang berani menyentuh mayat korban, sebelum akhirnya pihak petugas kepolisian dan petugas medis dari Puskesmas Gerokgak II tiba di lokasi TKP untuk melakukan pengecekan. Berdasarkan pemeriksaan luar tim medis, tidak ditemukan tanda-tanda bekas kekerasan di tubuh korban.
Menurut AKP I Nyoman Suartika, pihak kepolisian masih menyelidiki penyebab pasti kematian korban Ketut Sulestra. Dugaan sementara, korban meninggal karena penyakit asmanya kambuh. Sebab, berdasarkan keterangan pihak keluarga dan tetangganya, korban Ketut Sulestra memang memiliki riwayat sakit asma, selain pernah menderita patah tulang.
“Tapi, kita masih menyelidiki penyebab pasti kematiannya. Buat sementara, lokasi penemuan mayat korban di sungai dipasangi police line, untuk menyelidikan lebih lanjut,” papar AKP Suartika.
Hingga Minggu sore, jenazah korban Ketut Sulestra masih disemayamkan di rumah duka, Banjar Tukad Pule, Desa Pakraman Sanggalangit, Kecamatan Gerokgak, Buleleng Barat. Rencananya, jenazah korban akan dikuburkan keluarganya melalui prosesi Makingsan ring Gni di Setra Desa Pakraman Sanggalangit pada Buda Pon Tolu, Rabu (22/2) lusa.
Sementara itu, Perbekel Sanggalangit, I Nyoman Dana, menyatakan pihak keluarga korban sudah menerima kejadian itu sebagai musibah. “Pihak keluarga menolak untuk dilakukan visum atas jenazah korban, karena elah menerima hal ini sebagai musibah,” ungkap Perbekel Nyoman Dada saat dikonfirmasi NusaBali per telepon, Minggu kemarin.
Korban Ketut Sulestra sendiri merupakan anak ke-4 dari 5 bersaudara keluarga pasangan almarhum I Ketut Sarka dan Nyoman Ratih. Hingga usia 49 tahun, Ketut Sulestra belum kunnjung menikah. Selama itu, korban tinggal bersama saudara-saudaranya. Dia menghidupi diri dengan kerja sebagai buruh serabutan. * k23
1
Komentar