Jelang Galungan, Padi Bali Diburu untuk Penjor
Krama Desa Wangaya Gede, Kecamatan Penebel, Tabanan sebagai penghasil padi Bali mendapat keuntungan lebih menjelang Hari Raya Galungan.
TABANAN, NusaBali
Selain padi laku untuk konsumsi, hasil panen mereka juga dicari untuk bahan penjor. Bahkan, penjuakan padi Bali untuk bahan penjor cukup tinggi.
Salah satu pedagang padi Bali untuk hiasan penjor, I Nengah Ariawan, mengatakan, tren padi Bali untuk hiasan penjor mulai marak seak lima tahun lalu. Mengingat diperlukan setiap Hari Raya Galungan, ia pun ikut-ikutan suplai padi Bali untuk keperluan penjor itu. Hasilnya, lumayan untuk menopang perekonomian keuarga. Menurut Ariawan, usaha musiman ini juga membantu 30 orang lanjut usia (lansia) di kampungnya untuk beraktivitas. Sebab krama Banjar Wangaya Kangin, Desa Wangaya ini mengajak 30 lansia itu untuk mengikat padi untuk hiasan penkor. Persiapannya, 3 bulan sebelum Galungan sudah mulai siapkan barang. “Stok padi sekarang sedikit, kami kewalahan terima order,” akunya, Minggu (19/2).
Ariawan menuturkan, padi tak sedakar penghias penjor, namun pelangkap upakara karena pada penjor harus terdapat pala gantung, baik padi maupun kelapa. Bersama 30 karyawannya, Ariawan mengikat padi sepanjang 1 meter pada batang bambu yang telah dibilah. Nantinya padi itu tinggal diikat pada penjor. Dalam satu hari, rata-rata mendapatkan 100 ikat hiasan padi. Padi yang digunakan Ariawan adalah jenis padi Bali dan padi hitam atau injin. Sebab padi jenis ini bisa bertahan sampai 1,5 tahun. Disamping helai padi Bali dan injin lebih panjang dibandingkan jenis padi biasa.
Jenis padi ini juga tidak cepat rontok. “Padi Bali ini sering dinamakan padi Gaga, karena hanya daerah Penebel saja yang menghasilkan,” tutur Ariawan. Keuntungan dari usaha musiman ini, mencapai Rp 50 juta dari 10 ton padi yang dihabiskan. Keuntungan Rp 50 juta itu sudah bersih setelah dipotong ongkos buruh. “Saya jual ke Denpasar, Klungkung, dan Gianyar. Juga jual di Kelurahan Kapal, Badung,” terangnya. Karyawan yang diajaknya bekerja mendapat upah Rp 500 per ikat. Ikatan padi itu dijual Rp 15 ribu per 10 ikat. * d
Salah satu pedagang padi Bali untuk hiasan penjor, I Nengah Ariawan, mengatakan, tren padi Bali untuk hiasan penjor mulai marak seak lima tahun lalu. Mengingat diperlukan setiap Hari Raya Galungan, ia pun ikut-ikutan suplai padi Bali untuk keperluan penjor itu. Hasilnya, lumayan untuk menopang perekonomian keuarga. Menurut Ariawan, usaha musiman ini juga membantu 30 orang lanjut usia (lansia) di kampungnya untuk beraktivitas. Sebab krama Banjar Wangaya Kangin, Desa Wangaya ini mengajak 30 lansia itu untuk mengikat padi untuk hiasan penkor. Persiapannya, 3 bulan sebelum Galungan sudah mulai siapkan barang. “Stok padi sekarang sedikit, kami kewalahan terima order,” akunya, Minggu (19/2).
Ariawan menuturkan, padi tak sedakar penghias penjor, namun pelangkap upakara karena pada penjor harus terdapat pala gantung, baik padi maupun kelapa. Bersama 30 karyawannya, Ariawan mengikat padi sepanjang 1 meter pada batang bambu yang telah dibilah. Nantinya padi itu tinggal diikat pada penjor. Dalam satu hari, rata-rata mendapatkan 100 ikat hiasan padi. Padi yang digunakan Ariawan adalah jenis padi Bali dan padi hitam atau injin. Sebab padi jenis ini bisa bertahan sampai 1,5 tahun. Disamping helai padi Bali dan injin lebih panjang dibandingkan jenis padi biasa.
Jenis padi ini juga tidak cepat rontok. “Padi Bali ini sering dinamakan padi Gaga, karena hanya daerah Penebel saja yang menghasilkan,” tutur Ariawan. Keuntungan dari usaha musiman ini, mencapai Rp 50 juta dari 10 ton padi yang dihabiskan. Keuntungan Rp 50 juta itu sudah bersih setelah dipotong ongkos buruh. “Saya jual ke Denpasar, Klungkung, dan Gianyar. Juga jual di Kelurahan Kapal, Badung,” terangnya. Karyawan yang diajaknya bekerja mendapat upah Rp 500 per ikat. Ikatan padi itu dijual Rp 15 ribu per 10 ikat. * d
1
Komentar