Acara Utama KTT G-20 Tetap di Bali
Gubernur Koster Ingatkan Masyarakat Jangan Heboh
Asosiasi Pelaku Pariwisata Marginal Bali kecewa atas pemindahan lokasi salah satu agenda pertemuan rangkaian G-20 ke Jakarta.
DENPASAR, NusaBali
Gubernur Wayan Koster tegaskan acara utama Konferensi Tingkat Tinggi Group of Twenty (KTT G-20) tahun 2022 ini tetap digelar di Bali. Gubernur Koster sekaligus meluruskan isu heboh pembatalan kegiatan di Bali, menyusul beredarnya Surat Sekretaris I Panitia Pelaksana Bidang Logistik KTT G-20, Rudy Ramaddi, Kamis (20/1) pagi.
Dalam Surat Nomor S-3/G.20.33/2022 tertanggal 19 Januari 2022 yang berisi soal pemindahan lokasi kegiatan G-20 ke Jakarta, membuat salah persepsi masyarakat di media sosial. Seolah-olah KTT G-20 batal digelar di Bali. Gubernur Koster pun meluruskan soal isi surat yang ditandatangani secara elektronik oleh Rudy Ramaddi tersebut.
Gubernur Koster mengingatkan Surat Sekretaris I Panitia Pelaksana Bidang Logistik KTT G-20 tersebut harus dibaca detail. Menurut Gubernur Koster, awalnya ada pelaksanaan tema finance dengan host pertama Bank Indonesia (BI), yang sudah dilaksanakan di Bali, awal Desember 2021 lalu. Sementara finance dengan host Menteri Keuangan (Menkeu) yang semula direncanakan digelar di Jakarta, oleh para peserta diminta untuk dibawa ke Bali. Namun, kemudian lokasinya dipindah lagi ke Jakarta. Kenapa dipindah lagi?
Versi Gubernur Koster, ini karena virus Covid-19 varian Omicron sedang naik di luar negeri. Untuk kedatangan peserta antara satu negara dengan negara yang lain, ada perubahan dan beda-beda kendalanya. Ada karena penerbangan langsung tidak bisa ke Bali, ada yang harus karantina di Jakarta.
"Bagi peserta, penerbangan langsung ke Bali tidak memungkinkan. Sementara kalau peserta turun di Jakarta, jika mereka mau ke Bali, harus diangkut dengan pesawat khusus. Kan tidak bisa angkut satu-satu. Dari sisi teknis, ini akan memberatkan peserta," terang Gubernur Koster dalam keterangan persnya seusai membuka Pameran ‘IKM Bali Bangkit 2022’ di Taman Budaya Art Centre Denpasar, Kamis siang.
Gubernur Koster menyebutkan, kalau diadakan di Bali, mungkin pertemuannya tidak bisa dilakukan konvensional, melainkan virtual. "Maka solusinya, tempat acara dipindah. Saya pahami keputusan Menteri Keuangan yang memindahkan lokasi yang awalnya di Bali ke Jakarta," tandas Gubernur yang juga Ketua DPD PDIP Bali ini.
Sementara, dalam rilis yang disampaikan langsung Gubernur Koster di Bale Gajah Rumah Jabatan Gubernur Bali, Komplek Jaya Sabha Denpasar, Kamis sore, kembali dipaparkan hal serupa. Menurut Gubernur Koster, pertemuan inti KTT G-20 yang melibatkan kepala negara nantinya tetap akan digelar di Bali, yakni kawasan Nusa Dua, Kecamatan Kuta Selatan, Badung.
Gubernur Koster menegaskan, sebagaimana diputuskan Presiden Jokowi, Bali tetap menjadi venue utama penyelenggaraan KTT G-20, yang rangkaiannya sudah dimulai sejak Desember 2021 lalu hingga Oktober 2022 mendatang. Adanya surat yang ditandatangani Rudy Ramaddi kemarin, merupakan sebuah komunikasi panitia dengan pemangku kepentingan di Bali, sebagai bagian dari koordinasi rutin dalam rangka penyiapan pertemuan G-20.
Pertemuan KTT G-20, kata Koster, ada rangkaian jalur finance dan jalur sherpa dengan total 345 pertemuan pada legal engagement group dan working group. "Ini melibatkan deputi, menteri/wakil menteri, Gubernur Bank Sentral, dengan puncaknya akan dihadiri kepala negara pada KTT G-20, Oktober 2022 nanti," tandas Koster.
Jadi, kata Koster, yang dipindahkan lokasinya bukan KTT G-20, tetapi hanya 2nd FCBD (finance and central bank deputy) dan 1st FMCBG (finance misniter central bank governor), yang dijadwalkan 15-18 Februari 2022. "Hal ini sejalan dengan preferensi para delegasi G-20 yang memang lebih memilih Jakarta, dengan pertimbangan risiko transit Jakarta-Bali yang tinggi, seiring dengan meningkatnya paparan virus Covid-19 varian Omicron," tegas Gubernur yang sempat tiga periode du-duk di Komisi X DPR RI dari Fraksi PDIP Dapil Bali ini.
Koster pun kembali mengingatkan masyarakat Bali tidak perlu heboh dengan pemindahan salah satu agenda pertemuan G-20 ini. Sebab, hal itu merupakan bagian dari manajemen risiko untuk mencegah penularan Covid-19. "Ini demi keselamatan dan kebaikan bersama, mempertimbangkan aspek teknis, serta kenyamanan bagi peserta. Ini harus dipahami semua pihak," pinta Koster.
Sementara itu, Ketua Asosiasi Pelaku Pariwisata Marginal Bali (APPMB), I Wayan Puspa Negara, mengaku kecewa dan kaget atas pemindahan lokasi salah satu agenda pertemuan rangkaian G-20 ke Jakarta atas dasar perkembangan Covid-19 di tingkat global dan nasional, serta mempertimbangkan hasil survei kehadiran (in person) para delegasi G-20. Puspa Negara menilai, keputusan tersebut mengindi-kasikan adanya inkonsistensi jadwal dan menunjukkan ada sesuatu yang kurang dari Bali.
“Memang agenda tersebut termasuk dalam pra KTT G-20, tapi tetap saja pembatalan ini memunculkan tanda tanya, kekagetan, dan kekecewaan, karena sepertinya Bali tidak siap atau Bali sengaja dilemahkan di tengah besarnya harapan masyarakat untuk menyukseskan semua rangkaian KTT G-20 di Bali,” ujar Puspa Negara di Legian, Kecamatan Kuta, Badung, Kamis kemarin.
Menurut Puspa Negara, sejauh ini rakyat Bali begitu bersemangat menyambut perhelatan G-20. Sebab, event tersebut diharapkan bisa membuat Bali lebih cepat pulih dari keterpurukan ekonomi. “Namun sayangnya, kenapa jadwal salah satu agenda malah diubah? Kondisi itu menimbulkan interpretasi yang beragam, terutama bagi pelaku pariwisata yang merasa dipermainkan oleh kebijakan pusat atau keti-dakberdayaan bargaining power pemimpin daerah,” sindirnya. *nat,dar
Dalam Surat Nomor S-3/G.20.33/2022 tertanggal 19 Januari 2022 yang berisi soal pemindahan lokasi kegiatan G-20 ke Jakarta, membuat salah persepsi masyarakat di media sosial. Seolah-olah KTT G-20 batal digelar di Bali. Gubernur Koster pun meluruskan soal isi surat yang ditandatangani secara elektronik oleh Rudy Ramaddi tersebut.
Gubernur Koster mengingatkan Surat Sekretaris I Panitia Pelaksana Bidang Logistik KTT G-20 tersebut harus dibaca detail. Menurut Gubernur Koster, awalnya ada pelaksanaan tema finance dengan host pertama Bank Indonesia (BI), yang sudah dilaksanakan di Bali, awal Desember 2021 lalu. Sementara finance dengan host Menteri Keuangan (Menkeu) yang semula direncanakan digelar di Jakarta, oleh para peserta diminta untuk dibawa ke Bali. Namun, kemudian lokasinya dipindah lagi ke Jakarta. Kenapa dipindah lagi?
Versi Gubernur Koster, ini karena virus Covid-19 varian Omicron sedang naik di luar negeri. Untuk kedatangan peserta antara satu negara dengan negara yang lain, ada perubahan dan beda-beda kendalanya. Ada karena penerbangan langsung tidak bisa ke Bali, ada yang harus karantina di Jakarta.
"Bagi peserta, penerbangan langsung ke Bali tidak memungkinkan. Sementara kalau peserta turun di Jakarta, jika mereka mau ke Bali, harus diangkut dengan pesawat khusus. Kan tidak bisa angkut satu-satu. Dari sisi teknis, ini akan memberatkan peserta," terang Gubernur Koster dalam keterangan persnya seusai membuka Pameran ‘IKM Bali Bangkit 2022’ di Taman Budaya Art Centre Denpasar, Kamis siang.
Gubernur Koster menyebutkan, kalau diadakan di Bali, mungkin pertemuannya tidak bisa dilakukan konvensional, melainkan virtual. "Maka solusinya, tempat acara dipindah. Saya pahami keputusan Menteri Keuangan yang memindahkan lokasi yang awalnya di Bali ke Jakarta," tandas Gubernur yang juga Ketua DPD PDIP Bali ini.
Sementara, dalam rilis yang disampaikan langsung Gubernur Koster di Bale Gajah Rumah Jabatan Gubernur Bali, Komplek Jaya Sabha Denpasar, Kamis sore, kembali dipaparkan hal serupa. Menurut Gubernur Koster, pertemuan inti KTT G-20 yang melibatkan kepala negara nantinya tetap akan digelar di Bali, yakni kawasan Nusa Dua, Kecamatan Kuta Selatan, Badung.
Gubernur Koster menegaskan, sebagaimana diputuskan Presiden Jokowi, Bali tetap menjadi venue utama penyelenggaraan KTT G-20, yang rangkaiannya sudah dimulai sejak Desember 2021 lalu hingga Oktober 2022 mendatang. Adanya surat yang ditandatangani Rudy Ramaddi kemarin, merupakan sebuah komunikasi panitia dengan pemangku kepentingan di Bali, sebagai bagian dari koordinasi rutin dalam rangka penyiapan pertemuan G-20.
Pertemuan KTT G-20, kata Koster, ada rangkaian jalur finance dan jalur sherpa dengan total 345 pertemuan pada legal engagement group dan working group. "Ini melibatkan deputi, menteri/wakil menteri, Gubernur Bank Sentral, dengan puncaknya akan dihadiri kepala negara pada KTT G-20, Oktober 2022 nanti," tandas Koster.
Jadi, kata Koster, yang dipindahkan lokasinya bukan KTT G-20, tetapi hanya 2nd FCBD (finance and central bank deputy) dan 1st FMCBG (finance misniter central bank governor), yang dijadwalkan 15-18 Februari 2022. "Hal ini sejalan dengan preferensi para delegasi G-20 yang memang lebih memilih Jakarta, dengan pertimbangan risiko transit Jakarta-Bali yang tinggi, seiring dengan meningkatnya paparan virus Covid-19 varian Omicron," tegas Gubernur yang sempat tiga periode du-duk di Komisi X DPR RI dari Fraksi PDIP Dapil Bali ini.
Koster pun kembali mengingatkan masyarakat Bali tidak perlu heboh dengan pemindahan salah satu agenda pertemuan G-20 ini. Sebab, hal itu merupakan bagian dari manajemen risiko untuk mencegah penularan Covid-19. "Ini demi keselamatan dan kebaikan bersama, mempertimbangkan aspek teknis, serta kenyamanan bagi peserta. Ini harus dipahami semua pihak," pinta Koster.
Sementara itu, Ketua Asosiasi Pelaku Pariwisata Marginal Bali (APPMB), I Wayan Puspa Negara, mengaku kecewa dan kaget atas pemindahan lokasi salah satu agenda pertemuan rangkaian G-20 ke Jakarta atas dasar perkembangan Covid-19 di tingkat global dan nasional, serta mempertimbangkan hasil survei kehadiran (in person) para delegasi G-20. Puspa Negara menilai, keputusan tersebut mengindi-kasikan adanya inkonsistensi jadwal dan menunjukkan ada sesuatu yang kurang dari Bali.
“Memang agenda tersebut termasuk dalam pra KTT G-20, tapi tetap saja pembatalan ini memunculkan tanda tanya, kekagetan, dan kekecewaan, karena sepertinya Bali tidak siap atau Bali sengaja dilemahkan di tengah besarnya harapan masyarakat untuk menyukseskan semua rangkaian KTT G-20 di Bali,” ujar Puspa Negara di Legian, Kecamatan Kuta, Badung, Kamis kemarin.
Menurut Puspa Negara, sejauh ini rakyat Bali begitu bersemangat menyambut perhelatan G-20. Sebab, event tersebut diharapkan bisa membuat Bali lebih cepat pulih dari keterpurukan ekonomi. “Namun sayangnya, kenapa jadwal salah satu agenda malah diubah? Kondisi itu menimbulkan interpretasi yang beragam, terutama bagi pelaku pariwisata yang merasa dipermainkan oleh kebijakan pusat atau keti-dakberdayaan bargaining power pemimpin daerah,” sindirnya. *nat,dar
Komentar