Mayjen Maruli Ungkap 5 Tantangan Sebagai Pangkostrad
Dari Konflik di Papua hingga Laut Cina Selatan
DENPASAR, NusaBali
Setelah mendapat promosi jabatan sebagai Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad), Pangdam IX/Udayana Mayjen TNI Maruli Simanjuntak siap-siap hadapi sejumlah tantangan. Tantangan-tantangan itu mulai dari mengatasi konflik di Papua hingga konflik di Laut Cina Selatan.
Saat gelar jumpa pers di Media Center Korem 163/WSA Jalan Melati, Denpasar, Senin (24/1) Mayjen Maruli mengungkapkan ada 5 isu yang akan dihadapinya sebagai Pangkostrad. Kelima isu tersebut, yakni menangani konflik di Papua, konflik di Aceh, konflik di Laut Cina Selatan, konflik di Pulau Ambalat, dan peremajaan alutsista dalam menghadapi ancaman terhadap negara dari luar.
Menghadapi tugas baru sebagai Pangkostrad itu Mayjen Maruli yang kini masih duduki kursi Pangdam IX/Udayana mengatakan Kostrad adalah pasukan tempur. Kerjanya lebih dominan ke profesionalisme TNI.
"Secara umum tugas di situ adalah profesionalisme. Bagaimana meningkatkan kemampuan prajurit-prajurit dalam menghadapi ancaman saat ini dan akan datang," ungkap jenderal lulusan Akmil 1992 ini kepada wartawan. Mayjen Maruli mengatakan ancaman yang dihadapi itu adalah terkait dengan tugas tentara. "Tantangannya adalah bagaimana mempertahankan NKRI ini. Kita harus siap hadapi musuh dari luar. Ada masalah yang perlu kita selesaikan dengan baik," lanjutnya.
Ditanya terkait kedekatannya dengan orang di lingkaran istana negara, Mayjen Maruli menanggapinya dengan santai. Menurutnya tidak ada yang salah kalau dirinya diangkat jadi Pangkostrad. Dirinya mengaku saat mendapat jabatan Pangdam IX/Udayana juga tidak pernah diketahuinya. "Apa salah kalau saya dekat dengan istana? Yang angkat sayakan bukan saya sendiri. Saya pribadi tahu persis kerja dari bapak presiden. Kebetulan saya bertahun-tahun bersamanya. Saya sama sekali tidak ada satu katapun mau jadi apa. Kalau ada tanggapan karena saya dekat istana silahkan saja. Saya bekerja saja," tutur menantu Menko bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan ini.
Lebih lanjut jenderal yang pernah jadi Danpaspampres ini mengaku secara pribadi lebih enak diam di Bali sebagai Pangdam IX/Udayana. Selama di Bali satu tahun dua bulan mendapat banyak pengalaman. Ada keunikan tersendiri bertugas di wilayah yang terdiri dari tiga provinsi ini (Bali, NTB dan NTT). Dikatakan setiap provinsi miliki tradisi masing-masing.
Selama di sini banyak membuat kegiatan bersama masyarakat. Ada beberapa program kerjanya yang diharapkan bisa dikerjakan berlanjut dan dimodifikasi sehingga lebih bermanfaat lagi untuk masyarakat. Contohnya program pengadaan air bersih untuk masyarakat.
"Kita pernah adakan pertemuan di NTT bahas masalah stunting. Dalam kesempatan itu saya menyampaikan agar program air bersih ini menjadi prioritas. Stanting itu berawal dari kemiskinan. Pengadaan air ini dapat membantu ekonomi masyarakat melalui bertani dan beternak," ungkap jenderal kelahiran Bandung, Jawa Barat, 27 Februari 1970 ini.
Mayjen Maruli sendiri diangkat untuk menduduki jabatan Pangkostrad sesuai Surat Keputusan nomor 66/I/2022 tanggal 21 Januari 2022 tentang Pemberhentian dari dan Pengangkatan Dalam Jabatan di Lingkungan TNI yang ditandatangi langsung oleh Panglima TNI Jenderal TNI Andika Perkasa.
Maruli Simanjuntak menduduki kursi jabatan Pangkostrad yang lowong setelah ditinggalkan Jenderal TNI Dudung Abdurachman menduduki jabatan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) sejak 17 November 2021 yang lalu. Nantinya pengganti Mayjen Maruli sebagai Pangdam IX/Udayana adalah Mayjen TNI Sonny Aprianto yang saat ini menjabat sebagai Deputi III Bidang Kontra Intelijen Badan Intelijen Negara (BIN). Penggantian di antara kedua jenderal ini tinggal menunggu waktu serah terima jabatan. *pol
Komentar