Dikerjasamakan ke Pihak Ketiga, Karyawan Perkebunan Resah
NEGARA, NusaBali
Sejumlah karyawan Perusda Bali di Perkebunan Sangiang, Desa Candikusuma, Kecamatan Melaya, Jembrana, belakang dilanda khawatir.
Hal ini menyusul adanya kebijakan Perusda Bali yang mengontrakkan pengelolaan perkebunan setempat kepada pihak ketiga. Selain khawatir diberhentikan sepihak, mereka pun khawatir adanya pengalihan status karyawan ke pihak ketiga.
Dari informasi yang dihimpun NusaBali, adanya kontrak pengelolaan lahan antara Perusda Bali dengan pihak ketiga yakni PT Agri Dewata, itu baru diketahui karyawan di Unit Perkebunan Sangiang ketika pihak ketiga yang bersangkutan masuk per 5 Januari 2022 lalu. Saat diketahui adanya pihak ketiga tersebut, jajaran pengurus unit di perkebunan langsung dibubarkan. Bahkan ada 3 orang yakni Kepala Unit dan dua orang Kepala Seksi (Kasi) sempat dirumahkan.
Namun setelah terjadi gejolak di kalangan pegawai setempat, dua orang Kasi tersebut diangkat menjadi Administrator dalam usaha perkebunan yang telah dikelola pihak ketiga itu. Sementara eks Kepala Unit, Gusti Ketut Darmayasa, belum mendapat kepastian apakah tetap dipertahankan sebagai karyawan dalam perkebunan setempat. Begitu juga sejumlah karyawan lainnya belum tenang karena belum mendapat kepastian apakah mereka tetap sebagai karyawan Perusda Bali di perkebunan setempat.
Menyikapi adanya persoalan tersebut, Ketua Komisi II DPRD Jembrana I Ketut ‘Cuhok’ Suastika bersama Pengawas Dinas Ketenagakerjaan dan Energi Sumber Daya Mineral (Naker-ESDM) Bali di Jembrana sempat menggelar pertemuan dengan pihak PT Agri Dewata di Perkebunan Sangiang, Selasa (25/1). Pertemuan itu juga dihadiri eks kepala dan sejumlah eks pengurus Unit Perkebunan Sangiang yang sekaligus mewakili sejumlah karyawan setempat.
Ditemui usia pertemuan tersebut, Cuhok mengatakan, pengelolaan perkebunan yang dialihkan ke pihak ketiga itu, menimbulkan keresahan eks Pengurus Unit maupun karyawan di perkebunan setempat. Intinya, mereka ingin mendapat kepastian terhadap status mereka. Apakah tetap dipertahankan sebagai karyawan Perusda atau justru dialihkan sebagai karyawan pihak ketiga yang mengontrak.
“Kalau dari penjelasan, semuanya termasuk (eks) Kepala Unit-nya tetap dipertahankan sebagai karyawan Perusda Bali. Namun dari karyawan juga minta ketegasan. Kalau memang tetap sebagai karyawan Perusda Bali, agar dibuatkan semacam penegasan hitam di atas putih. Dari pertemuan tadi, disepakati akan dibuatkan secara tertulis, batas waktunya 31 Januari nanti,” ucap Cuhok.
Di samping meminta ketegasan terkait status mereka, kata Cuhok, sejumlah karyawan juga berharap adanya ketegasan mengenai arah pengembangan Perkebunan Sangiang —dengan tanaman kelapa— melalui pihak ketiga itu. Pasalnya, pengelolaan Perkebunan Sangiang yang sebelumnya dikelola sendiri Perusda Bali ini, sudah berjalan baik. "Ada kekhawatiran setelah dikerjasamakan dengan pihak ketiga, terjadi masalah seperti di (perkebunan) Pekutatan yang dikontrakkan ke pihak ketiga. Mereka tidak ingin nanti dengan masuknya pihak ketiga, Perkebunan Sangiang malah kolaps,” kata Cuhok yang merupakan politisi PDIP asal Desa Tuwed, Kecamatan Melaya.
Sementara Manajer Operasional PT Agri Dewata Rai Gunadi menegaskan, yang pasti tidak ada pemberhentian karyawan di Perkebunan Sangiang ini. Karyawan yang sudah ada, tetap dipertahankan dan tetap berstatus sebagai karyawan Perusda Bali. “Semua tetap kerja. Baik Kasi dan Kepala Unit yang ada sebelumnya, tetap kerja. Kita tetap utamakan yang sudah ada,” ucapnya.
Menurut Rai Gunadi, dalam mengontrak pengelolaan Perkebunan Sangiang, tetap difokuskan usaha perkebunan kelapa yang sudah ada seperti saat ini. Namun dalam pengelolaanya, tidak hanya memproduksi buah kelapa yang sudah utuh. Salah satu unit bisnis yang sedang dikembangkan saat ini, adalah memproduksi kelapa yang sudah diolah menjadi penyemek (butiran kelapa yang sudah dibersihkan) untuk mengangkat nilai ekonomi dari buah kelapa. Termasuk ada rencana membuat unit bisnis industri gula semut aren.
“Kita rencanakan membuat industri gula semut aren dengan target bisa produksi 50 ton per bulan. Pembuatan industri gula aren itu, sedang kita godok. Kita rencana bulan Februari sudah jalan untuk mematangkan persiapan rencana pembuatan industri gula aren itu. Kita berusaha melakukan pengembangan. Kalau berhasil, tujuannya pun untuk mensejahterakan karyawan,” kata Rai Gunadi.
Di samping menyusun sejumlah rencana pengembangan unit bisnis, Rai Gunadi menegaskan, kehadiran perusahaannya juga ingin memajukan karyawan maupun warga setempat. Salah satu program CSR yang dilakukan saat ini, adalah membuka kursus bahasa Inggris secara gratis di perkebunan setempat. Dengan harapan anak-anak warga sekitar mendapat bekal hidup yang nantinya bisa digunakan untuk bersaing dalam mencari kerja ataupun mengangkat perekonomian keluarga mereka. *ode
1
Komentar