Pasar Seni Singakerta Tutup
Pasar ini di atas lahan sekitar 1 hektare milik desa pakraman setempat dengan nilai fisik Rp 28 miliar.
GIANYAR, NusaBali
Pasar Seni Ubud di Desa Singakerta, Kecamatan Ubud, Gianyar, diresmikan Juli 2013, akhirnya mangkrak hingga ditutup. Pasar bernama ‘Pasar Seni Ubud Desa Pakraman Singakerta’ ini ditinggalkan ratusan pedagang.
Informasi di lokasi, Selasa (21/2), pasar ini di atas lahan sekitar 1 hektare milik desa pakraman setempat dengan nilai fisik Rp 28 miliar. Pasar ini mangkrak sejak akhir 2016. Warga sekitar pasar mengatakan, awalnya sempat ada sejumlah pengunjung ke pasar ini. Namun para pengunjung makin sedikit hingga nihil pengunjung. ‘’Karena pengunjung sepi, maka para pedagang juga terpaksa menutup dagangannya,’’ jelas warga.
Pantauan di lokasi, karena tutup, pinggir bangunan pasar dikepung tumbuhan perdu dan rumput. Beberapa bagian pintu terlihat rusak dan mengkarat. Kepala Pasar Singakerta Nyoman Rata mengakui, unit pasar seni ini tutup. Kini hanya ada pedagang pagi dengan 12 pedagang bermobil dan 15 pedagang dalam bangunan pasar. Kata dia, unit pasar seni tutup karena ratusan pedagangnya hengkang, di antaranya pindah ke Pasar Seni Ubud. Kepindahan ini karena Pasar Seni Singakerta hanya dijadikan gudang barang dagangan oleh para pedagang Pasar Seni Ubud. Karena tahun 2013, Pasar Seni Ubud direhab total oleh Pemkab Gianyar. Ada juga pedagang hengkang dan memilih berjualan ke tempat lain.
Rata menyatakan, pasar ini awalnya untuk menarik minat wisatawan ke kawasan Ubud, namun akhirnya tutup. Ia menduga pasar ini sepi karena terlalu banyak pasar oleh-oleh di wilayah Badung, Kota Denpasar, Ubud, dan Gianyar. Selain itu, bus-bus pariwisata enggan ke pasar seni ini karena jalan menuju desa ini baik dari arah jantung Kota Ubud dari timur dan Desa Sayan, Ubud, dari barat, relatif sempit. ‘’Padahal kami selaku pengelola pasar sudah melakukan banyak cara untuk memromosikan pasar. Toh, juga sepi pengunjung,’’ jelasnya. Pascadiresmikan, Bupati Gianyar Tjokorda Oka Arta Ardhana Sukawati alias Cok Ace, ada
167 pedagang ikut undian tempat berjualan di Pasar Singakerta, Minggu (21/7/2013). Kapasitas pasar untuk 309 pedagang terdiri dari 92 pedagang dalam los seni, 28 di los dagangan daging, 78 di los sembako, 35 di kios sembako, dan 76 di kios seni. Prajuru Desa Pakraman Singakerta dan pengelola pasar telah bekerja keras menyosialisasikan Pasar Singakerta agar dapat pedagang. Antara lain dengan menebar pamplet, calling mobil keliling, fun bike, dan lainnya.
Dikonfirmasi terpisah, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Gianyar I Wayan Suamba, enggan menanggapi kondisi pasar mangkrak tersebut.‘’Setahu saya, pasar ini sejak diresmikan memang sulit dapat pengunjung,’’ ujarnya singkat. * lsa
Pasar Seni Ubud di Desa Singakerta, Kecamatan Ubud, Gianyar, diresmikan Juli 2013, akhirnya mangkrak hingga ditutup. Pasar bernama ‘Pasar Seni Ubud Desa Pakraman Singakerta’ ini ditinggalkan ratusan pedagang.
Informasi di lokasi, Selasa (21/2), pasar ini di atas lahan sekitar 1 hektare milik desa pakraman setempat dengan nilai fisik Rp 28 miliar. Pasar ini mangkrak sejak akhir 2016. Warga sekitar pasar mengatakan, awalnya sempat ada sejumlah pengunjung ke pasar ini. Namun para pengunjung makin sedikit hingga nihil pengunjung. ‘’Karena pengunjung sepi, maka para pedagang juga terpaksa menutup dagangannya,’’ jelas warga.
Pantauan di lokasi, karena tutup, pinggir bangunan pasar dikepung tumbuhan perdu dan rumput. Beberapa bagian pintu terlihat rusak dan mengkarat. Kepala Pasar Singakerta Nyoman Rata mengakui, unit pasar seni ini tutup. Kini hanya ada pedagang pagi dengan 12 pedagang bermobil dan 15 pedagang dalam bangunan pasar. Kata dia, unit pasar seni tutup karena ratusan pedagangnya hengkang, di antaranya pindah ke Pasar Seni Ubud. Kepindahan ini karena Pasar Seni Singakerta hanya dijadikan gudang barang dagangan oleh para pedagang Pasar Seni Ubud. Karena tahun 2013, Pasar Seni Ubud direhab total oleh Pemkab Gianyar. Ada juga pedagang hengkang dan memilih berjualan ke tempat lain.
Rata menyatakan, pasar ini awalnya untuk menarik minat wisatawan ke kawasan Ubud, namun akhirnya tutup. Ia menduga pasar ini sepi karena terlalu banyak pasar oleh-oleh di wilayah Badung, Kota Denpasar, Ubud, dan Gianyar. Selain itu, bus-bus pariwisata enggan ke pasar seni ini karena jalan menuju desa ini baik dari arah jantung Kota Ubud dari timur dan Desa Sayan, Ubud, dari barat, relatif sempit. ‘’Padahal kami selaku pengelola pasar sudah melakukan banyak cara untuk memromosikan pasar. Toh, juga sepi pengunjung,’’ jelasnya. Pascadiresmikan, Bupati Gianyar Tjokorda Oka Arta Ardhana Sukawati alias Cok Ace, ada
167 pedagang ikut undian tempat berjualan di Pasar Singakerta, Minggu (21/7/2013). Kapasitas pasar untuk 309 pedagang terdiri dari 92 pedagang dalam los seni, 28 di los dagangan daging, 78 di los sembako, 35 di kios sembako, dan 76 di kios seni. Prajuru Desa Pakraman Singakerta dan pengelola pasar telah bekerja keras menyosialisasikan Pasar Singakerta agar dapat pedagang. Antara lain dengan menebar pamplet, calling mobil keliling, fun bike, dan lainnya.
Dikonfirmasi terpisah, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Gianyar I Wayan Suamba, enggan menanggapi kondisi pasar mangkrak tersebut.‘’Setahu saya, pasar ini sejak diresmikan memang sulit dapat pengunjung,’’ ujarnya singkat. * lsa
Komentar