Siap Laksanakan Upacara Pralina dan Guru Piduka di Telaga Mas Gunung Agung
Pemasang Patung Misterius Minta Maaf
AMLAPURA, NusaBali
Kelompok pemasang tiga patung secara misterius di hulu Telaga Mas Gunung Agung ka-wasan suci Pura Pasar Agung, Desa Adat Sogra, Desa Sebudi, Kecamatan Selat, Ka-rangasem, 16 Januari 2022 lalu, akhirnya minta maaf kepada umat sedharma.
Mereka pun menyatakan siap menggelar upacara pralina patung dan upacara guru piduka di lokasi pemasangan Patung Siwa, Patung Nandini, dan Patung Dewi Laksmi tersebut.
Perimintaan maaf tersebut disampaikan oleh Jro Mangku Mas Meru, mewakili 15 orang rekannya selaku kelompok pemasang patung, saat dihadirkan dalam paruman pangempon Pura Pasar Agung di Wantilan Pura Pasar Agung, Minggu (30/1) pagi pukul 09.30 Wita. Paruman tersebut dikoordinasikan langsung oleh Bendesa Alitan Majelis Desa Adat (MDA) Kecamatan Selat, I Komang Sujana.
Jro Mangku Mas Meru adalah tokoh spiritual dari kawasan Penatih, Kecamatan Denpasar Timur. Selain menyampaikan permintaan maaf secara lisan, Jro Mangku Mas Meru dan kelompoknya juga menuangkan permintaan maaf dalam surat pernyataan bermeterai Rp 10.000.
"Kami sepenuhnya mohon maaf, telah memasang patung secara diam-diam. Kami segera akan lakukan pembongkaran patung. Hanya saja, kami perlu dewasa ayu (hari baik) untuk upacara pralina, karena saat memasang patung itu sebelumnya juga lewat upacara," ujar Jro Mangku Mas Meru di hadapan peserta paruman, Minggu kemarin.
Jro Mangku Mas Meru juga berjanji akan menggelar upacara guru piduka sebelum pralina patung tersebut. Upacara guru piduka ini akan dilaksanakan sebelum ritual nangluk merana tepat Tilem Kasanga pada Buda Paing Wayang, Rabu, 2 Maret 2022 mendatang.
Jro Mangku Mas Meru selanjutnya menuangkan pernyataan maaf dan janji-janji lainnya dalam surat pernyataan yang dibuat rangkap dua tersebut. Surat pernyataan itu diserahkan kepada panglingsir pangempon Pura Pasar Agung, Jro Mangku Gede Umbara, disaksikan Bendesa Alitan MDA Kecamatan Selat I Komang Sujana, Bendesa Adat Sogra Jro Mangku Wayan Sukra, Kapolsek Selat AKP Bambang Haryanto, Danramil Selat Kapten Inf Jaya Antara, Camat Selat I Nengah Danu, Ketua PHDI Selat Jro Mangku Wayan Sudana, Ketua Forum Perbekel Provinsi Bali I Gede Pawana, Humas Pangempon Pura Pasar Agung I Wayan Suara, dan para bendesa adat se-Kecamatan Selat.
Sementara, sebelum paruman kemarin, lebih dulu digelar sembahyang bersama di Pura Melanting dan Pura Penataran, dengan harapan agar diberkati jalan terbaik. Dalam paruman kemarin, sengaja tidak dibahas terkait apa motif memasang patung oleh Jro Mangku Merta dan kelompoknya. Ini agar permasalahan tidak melebar ke mana-mana.
Bendesa Alitan MDA Kecamatan Selat, I Komang Sujana, menyambut baik permintaan maaf pemasang patung di hulu Telaga Mas Gunung Agung tersebut. "Kami mengapresiasi niat baik pihak pemasang patung, yang bersedia datang, minta maad, serta menyatakan sanggup menggelar upacara pralina dan guru piduka. Hal itu kami inginkan agar ke depan tidak terjadi konflik," jelas Komang Sujana.
Sedangkan panglingsir pangempon Pura Pasar Agung, Jro Mangku Gede Umbara, mengingatkan bahwa sesuai purana Pura Pasar Agung, di hulu pura ini dilarang memasang palinggih dan patung apa pun. Apalagi, tanpa seizin pangempon Pura Pasar Agung dan Kepala Resort Pemangkuan Hutan Bali Timur Wilayah Kecamatan Selat.
Sebaliknya, Ketua PHDI Kecamatan Selat, Jro Mangku Wayan Sudana, memberikan masukan bahwa jika mendirikan tempat suci tanpa pedagingan dan tidak pada tempatnya, bisa disebut tak sesuai dresta.
Sebelumnya, ada 3 patung yang ditemukan telah terpasang di hulu Telaga Mas Gunung Agung, tanpa diketahui siapa pemasangnya, masing-masing Patung Dewa Siwa, Patung Dewi Laksmi, dan Patung Nandini. Tiga patung sudah dipasang lengkap dengan pagar dari besi bercat hijau.
Patung Dewa Siwa setinggi 65 cm dipasang di posisi paling atas. Sementara Patung Lem-bu Nandini setinggi 65 cm terpasang di depan tanda suci dahi Dewa Siwa. Sedangkan Patung Dewi Laksmi setinggi 85 cm dipasang di baswah kanan menghadap ke arah selatan.
Menurut kesaksian salah satu pedagang di areal parkir Terminal Pura Pasar Agung, I Ketut Astika, sebelum munculnya patung misterius ini, ada rombongan beranggotakan 70 orang datang ke lokasi, Minggu, 16 Januari 2022 pagi sekitar pukul 10.00 Wita. “Mereka tidak sempat mampir ke warung, saya juga tak sempat menanyakan asal usul mereka,” ungkap Ketut Astika kepada Humas Pangempon Pura Pasar Agung, I Wayan Suara, Senin (24/1) pagi.
Kemudian, kata Ketut Astika, rombongan yang mengenakan pakaian adat Bali tersebut mendaki Gunung Agung. Sebagian dari mereka terlihat membawa tandu mengusung patung yang telah terbungkus. Tak jelas, patung apa yang ditandu.
Menurut Ketut Astika, rombongan tersebut sempat ngobrol dengan salah satu pemandu wisata Gunung Agung, Jro Mangku Dayuh. Rombongan tersebut baru kembali dari mendaki Gunung Agung sehari berikutnya, 17 Januari 2022 malam. Diperkirakan, rombongan tersebut selama semalaman memasang patung di hulu Telaga Mas, tempat mohon tirtha Gunung Agung. Terpasangnya 3 patung secara misterius itu baru diketahui pemandu wisata Gunung Agung I Wayan Widiasa, saat mengantar pemedek mendaki Gunung Agung, Kamis (20/1). *k16
1
Komentar