Umat Hindu dan Konghucu Kompak Sembahyang di Kongco Dwipayana
DENPASAR, NusaBali
Umat Konghucu padati persembahyangan serangkaian Tahun Baru Imlek 2573 tahun 2022 di Griya Kongco Dwipayana, Jalan Tanah Kilap, Pemogan, Denpasar bertepatan dengan Rahina Tilem Kawulu pada Anggara Pon Menail, Selasa (1/2).
Sejak pukul 05.00 Wita, ratusan umat melaksanakan persembahyangan silih berganti dengan tetap menerapkan protokol kesehatan (Prokes) ketat. Uniknya, tak hanya umat Konghucu, umat Hindu Bali juga tak kalah banyak mengikuti persembahyangan.
Pantauan NusaBali, busana, sarana upakara, cara mereka berdoa pun beragam sesuai keyakinan. Ada yang menggunakan pakaian sembahyang Hindu Bali, ada pula yang menggunakan pakaian serba merah.
Ada yang membawa banten maupun canang sebagaimana yang dibawa ke Pura, dan ada yang membawa dupa. Cara mereka sembahyang pun beragam, ada yang melakukan panca sembah atau berdoa secara Hindu dengan bunga, ada pula yang menggunakan dupa.
Selanjutnya usai sembahyang mereka diperciki tirta oleh pamangku di sana dan mendapat bija berwarna kuning. Salah seorang yang melakukan persembahyangan, yakni Desak Mudiani yang berasal dari Kelurahan Pedungan, Denpasar Selatan.
Desak Mudiani yang mengenakan pakaian serba putih ini mengaku setiap tahun bersembahyang ke kongco ini. Apalagi di rumahnya juga ada arca Budha yang disungsung. “Karena bertepatan dengan Tilem Kawulu juga maka bersembahyang dulu di Pura Candi Narmada, setelah itu baru ke sini,” kata Desak.
Salah seorang pemucuk di Kongco Dwipayana, Ida Bagus Adnyana mengatakan saat ini ada peningkatan umat yang datang untuk bersembahyang dibandingkan tahun lalu. Dia memprediksi peningkatan terjadi sekitar 10 persen. “Umat sangat antusias dan saya melihat mereka bersembahyang juga memohon agar pandemi segera berakhir,” kata pria yang biasa dipanggil Atu Mangku ini.
Dia mengatakan sebelum pelaksanaan sembahyang secara bergiliran, pada pukul 00.00 Wita juga dilaksanakan persembahyangan bersama untuk melepas tahun yang sebelumnya dan membuka tahun yang baru. Saat itu juga digelar atraksi barongsai.
Persembahyangan ini berlangsung hingga tengah malam yang juga akan ada penampilan barongsai. Nuansa merah pun sangat kental pada Kongco ini. "Merah itu lambang kecerahan. Kecerahan merupakan simbol sejahtera dan bahagia karena sejahtera memberikan kebahagiaan," imbuh Atu Mangku. Menurutnya tahun ini jumlah umat Hindu yang bersembahyang ke tempat ini pun semakin banyak. "Tadi malam hampir seimbang antara etnis Tionghoa dan Bali. Kalau Bali kan kepercayaannya Siwa Budha. Jadi antara pura dengan kelenteng ada kemiripan, kebersamaan," ujarnya. Terkait dengan shio macan air, dia mengatakan hal itu merupakan simbol semangat. “Dengan rasa semangat ini kita tentu berharap bisa membuat Bali bangkit kembali,” tandasnya. *mis
1
Komentar