Krama Desa Adat Bungaya Mamineh Empehan Lembu

Empehan ini untuk pelengkap yadnya Karya Ngenteg Linggih dan Nubung Daging di Pura Puseh dan Pura Pasuwikan Desa Adat Bungaya pada Saniscara Paing Ukir, Sabtu (16/4) mendatang.

Upacara mamineh empehan dipuput Ida Pedanda Istri Karang dari Geria Suci, Banjar Brahmana, Desa Sibetan, Kecamatan Bebandem dan Ida Pedanda Gede Darma Putra Manuaba dari Geria Panggen, Banjar Triwangsa, Desa Bungaya, Kecamatan Bebandem. Upacara mamineh empehan di pasucian Pura Bale Agung dengan cara mengambil susu lembu. Susu atau empehan lembu menjadi salah satu jatu utama sebagai sarana pelengkap adonan sanganan (jajan) catur. Selain memeras susu, juga mengambil kotoran lembu dari tujuh lubang lembu atau purisia masing-masing dari puting susu, air liur (mulut), kotoran hidung, air mata, kotoran telinga, kotoran dari dubur, dan air kencing.

Ketujuh kotoran itu diramu, diulet, dan dijadikan madu parka. Ramuan itu dituangkan satu per satu ke dalam tiga jamban. Selanjutnya diaduk dan dimasak disertai puja sulingih. Meramu madu parka dikoordinasikan Wiku Tapini Ida Pedanda Istri Karang. Sebelum memeras susu, lembu dihias kain putih kuning, diupacarai dan puja Ida Pedanda Istri Karang. Setelah itu mulai memeras susu. Sesuai mitologi Hindu, lembu putih atau nandini adalah kendaraan Dewa Siwa. Sehingga sebelum mengambil sari pati dari lembu itu sendiri setidaknya terlebih dahulu matur piuning kepada Dewa Siwa melalui ritual khusus.

Ida Pedanda Istri Karang menerangkan ada tiga unsur penting diperlukan saat menggelar Karya Ngenteg Linggih lan Nubung Daging, meliputi greta, tila, dan madu. Greta adalah simbolis dari sari binatang berupa susu lembu. Tila merupakan biji-bijian, diwakili beras. Dan madu, sumber dari madu adalah bunga-bungaan. “Ketiga unsur itu digunakan jatu banten catur,” jelasnya. Susu murni hanya bisa didapatkan melalui ritual mamineh empehan sebagai lambang putih, merupakan penguasa kiblat timur mata angin. Susu murni berasal dari lembu yang tidak cacat. *k16