Tiga Penyandang Disabilitas Bikin Usaha Produksi Kopi Robusta
Gebrakan Pertama di Bali, Dilakukan Sambil Sekolah di Panti Sosial Bina Netra Mahatmia Kediri
Penyandang Disabilitas
Disabilitas
Kopi Robusta
Kopi
UMKM
Panti Sosial Bina Netra Mahatmia
Produksi Kopi Robusta
Sang Nyoman Sudarsana, Ni Luh Putu Ayu Swari Perdani, dan Komang Ayu Rima Sari membuka usaha ‘Produksi Kopi Robusta’ yang diberi nama ‘Hokkya Coffee’ di kawasan Banjar Pengayehan, Desa Gubug, Kecamatan Tabanan sejak sebulan lalu.
TABANAN, NusaBali
Meski tergolong berkebutuhan khusus, tidak menyurutkan niat tiga orang penyandang disabilitas: Sang Nyoman Sudarsana, 26, Ni Luh Putu Ayu Swari Perdani, 24, dan Komang Ayu Rima Sari, 26, untuk beraktivitas normal. Agar tidak diremehkan orang, tiga penyandang tuna netra dan tuna daksa ini membuat usaha ‘Produksi Kopi Robusta’ untuk membantu petani di wilayah Kecamatan Pupuan, Tabanan. Usaha ‘Produksi Kopi Robusta’ rintisan penyandang disabilitas ini merupakan satu-satunya di Bali.
Sang Nyoman Sudarsana merupakan penyandang tuna netra berusia 26 tahun asal Banjar Jaya Maruti, Desa/Kecamatan Kintamani, Bangli. Sementara dua rekannya, Ni Luh Putu Ayu Swari Perdani dan Komang Ayu Rima Sari, adalah penyandang tuna daksa. Luh Putu Ayu Swari berasal dari Banjar Tuakilang, Desa Denbantas, Kecamatan Tabanan, sedangkan Komang Ayu Rima Sari berasal dari Banjar Babakan Kangin, Desa Gulingan, Kecamatan Mengwi, Badung.
Ketiga serangkai penyandang disabilitas ini masih berstatus siswa di Panti Sosial Bina Netra Mahatmia, Kecamatan Kediri, Tabanan. Mereka membuka usaha ‘Produksi Kopi Robusta’ yang diberi nama ‘Hokkya Coffee’ di kawasan Banjar Pengayehan, Desa Gubug, Kecamatan Tabanan, sebulan lalu.
Meskipun dengan keterbatasan fisik, trio Sang Nyoman Sudarsana, Luh Putu Ayu Swari Perdani, dan Komang Ayu Rima Sari tampak tidak kesulitan dalam mengemas kopi Robusta di tempat usahanya. Kendati tidak bisa berdiri, Luh Putu Ayu Swari dan Komang Ayu Rima tetap mampu mengemas produk dengan dibantu kursi. "Kami buat usaha ini belum genap sebulan," ungkap Sang Nyoman Sudarsana saat ditemui NusaBali di tempat usahanya, Minggu (30/1) siang.
Menurut Sudarsana, alasan utama membuat usaha ‘Produksi Kopi Robusta’ adalah karena ingin membuktikan kepada masyarakat bahwa kaum disabilitas bisa berdiri sendiri, mampu bangkit seperti orang normal, dan tidak hanya mengandalkan bantuan dari pemeri-ntah. Mereka juga ingin membantu petani kopi di kawasan Kecamatan Pupuan, Tabanan.
"Atas dasar itu, kami buat kesepakatan bersama ini, istilahnya biar tidak ketergantungan sama bantuan pemerintah. Yang paling penting, kami ingin membuktikan kepada orang-orang bahwa kita bisa berdiri sendiri," terang Sudarsana.
Dalam usahanya ini, kopi yang diproduksi adalah kopi jenis Robusta dari petani di Kecamatan Pupuan. Mereka membeli kopi dalam bentuk yang siap disangrai. Selanjutnya, sampai di tempat produksi, kopi tersebut dipiling, kemudian baru diproduksi menggunakan mesin.
Sayangnya, Sudarsana cs baru bisa memproduksi kopi dua kali dalam seminggu. Masalahnya, ketiga serangkai penyandang disabilitas ini masih masih berstatus siswa Panti Sosial Bina Netra (PSBN) Mahatmia di Kecamatan Kediri, Tabanan. "Buat sementara, kami hanya berproduksi Sabtu dan Minggu, belum bisa setiap hari," papar Sudarsana.
Meski demikian, kopi yang dihasilkan dengan tajuk ‘Hokkya Coffee’ ini cukup diminati oleh masyarakat. Buktinya, belum genap sebulan beroperasi---itu pun hanya dua kali sepekan---sudah berhasil menjual 100 kemasan kopi dengan ukuran 250 gram. Satu produk ‘Hokkya Coffee’ mereka jual seharga Rp 20.000. "Pemasaran juga dibantu oleh teman. Saat ini, jangkuan pemasaran baru seputaran Tabanan," katanya.
Foto: Penyandang tuna daksa naik kursi untuk lakukan pengemasan. -DESAK
Menurut Sudarsana, agar produk ‘Hokkya Coffee’ ini bisa meluas, pihaknya dengan dibantu relawan akan membuat varian lain yang rasanya berbeda. Varian itu berupa campuran Kopi Robusta Tabanan dan Kopi Arabica Aceh, yang diberi tajuk ‘Bali Gayo’. Saat ini, produksi dua campuran kopi nusantara itu sedang diracik. "Masih diracik dan siap untuk dipasarkan," tegas Sudarsana, yang hari itu didampingi seorang relawan, Agung Prabowo.
Sudarsana menyebutkan, pihaknya sengaja memilih Kopi Arabica Aceh dicampur dengan Kopi Robusta Tabanan, supaya ada ciri khas berbeda. Sebab, jika kedua jenis kopi ini dicampur, rasanya lebih pekat dan menimbulkan bau tembakau. Sebaliknya, jika Kopi Robusta Tab anan dicampur dengan Kopi Arabika Kintamani, kurang pas. Pasalnya, kata Sudarsana, Kopi Arabika Kintamani memiliki ciri khas rasa lebih kecut.
Nah, dengan tambahan varian baru berupa campuran Kopi Robusta Tabanan dan Kopi Arabica Aceh, Sudarsana cs berharap ‘Hokkya Coffee’ bisa berkembang lebih cepat. Harapannya lebih jauh, bisa menambah cabang produksi di luar Tabanan. "Kami juga ada keinginan membuka cafe shop, namun ini baru cita-cita diharapkan bisa terealisasi," kata Sudarsana.
Sementara itu, Agung Prabowo selaku relawan tiga serangkai penyandang disabilitas, mengatakan usaha ‘Hokkya Coffee’ ini dirintis oleh 10 orang. Namun, sebagian dari mereka memilih pulang ke tempat asalnya setelah lulus dari PSBN Mahatmia, sehingga yang bertahan saat ini tinggal 3 orang.
Modal usaha ‘Hokkya Coffee’, kata Agung Prabowo, adalah dana patungan. Total dana untuk modal membuka usaha kopi ini mencapai Rp 40 juta. Itu belum termasuk biaya sewa tempat produksi yang mencapai Rp 1 juta per bulan. Karena itu, yang dikejar Sudarsana cs saat ini adalah modal dulu.
"Yang penting penjualanya lancar dulu, kita belum fokus hitung untung, namun balik modal saja. Sebab, untuk membeli mesin saja lumayan harganya," jelas relawan asal Desa/Kecamatan Mengwi, Badung ini.
Agung Prabowo mengatakan, kapasitas produksi ‘Hokkya Coffee saat ini masih sedikit. Dalam seminggu, baru bisa produksi 100 kg Kopi Robusta. Jumlah bahan baku ini kadang tak habis, tergantung pesanan. “Yang jelas, 1 kg Kopi Robusta bisa menghasilkan 5 bungkus kemasan ukuran 200 gram. Kopi Robusta kami beli dari petani di Pupuan, Tabanan, dengan harga Rp 30.000 per kg," beber Agung Prabowo.
Agung Prabowo pun berharap usaha Sudarsana cs terus berkembang. Karena itu, dia berusaha terus mendampingi tiga serangkai penyandang disabilitas tersebut. “Jika tidak didampingi, dikhawatirkan mereka malah dimanfaatkan orang yang tidak bertanggung jawab,” katanya.
Menurut Agung Prabowo, usaha ‘Produksi Kopi Robusta’ yang dirintis trio penyandang disabilitas ini merupakan yang pertama di Bali. Biasanya, sebagian besar penyandang disabilitas membuat usaha pijat. Mereka jarang ada yang membuka usaha bidang produksi.
Saat ini, kata Agung Prabowo, Sudarsana cs juga membuat kemasan bahan baku yang siap disangrai dengan nama Nay Kopi. Bahan baku ini akan dikirim ke Kota Batu, Malang, Jawa Timur dan dijual oleh rekannya sesama penyandang disabilitas. "Kami berharap mereka bisa berkembang. Ini untuk membuktikan bahwa penyandang disabilitas bisa berbuat seperti orang pada umumnya." 7 des
Komentar