791 Cakep Lontar Milik Masyarakat Denpasar Dikonservasi Sejak 2016
DENPASAR, NusaBali
Kegiatan Bulan Bahasa Bali IV Tahun 2022 yang berlangsung sejak 1 Februari menampilkan berbagai kegiatan.
Salah satunya Festival Konservasi Lontar bekerjasama dengan Penyuluh Bahasa Bali yang dilaksanakan di masing-masing kabupaten/kota. Di Denpasar, Festival Konservasi Lontar milik masyarakat dipusatkan di Geria Dauh Buruan, Sanur Kaja, Denpasar Selatan, Minggu (6/2).
Berdasarkan data Tim Penyuluh Bahasa Bali, sejak 2016 hingga 2022 sebanyak 791 cakepan naskah lontar dengan berbagai judul milik kelompok warga di Kota Denpasar telah dikonservasi. Koordinator Penyuluh Bahasa Bali Kota Denpasar, Wayan Yogik Aditya Urdhahana menjelaskan, sebanyak 791 cakepan naskah lontar ini tersebar di berbagai lokasi di Kota Denpasar.
Keberadaan lontar sebagian besar di wilayah Sanur, Denpasar Selatan dan Denpasar Timur dan Denpasar Utara. “Terbanyak koleksi lontar berada di wilayah Sanur, berbagai lontar milik warga atau kelompok, seperti dadia, geria, balian,” ungkapnya. Sedangkan milik geria ada 70 cakepan lontar yang dirawat di antaranya terdapat lontar kekawin, usadha, arjuna wiwaha, dan beberapa lontar usadha yang dibersihkan dengan menggunakan obat khusus seperti alkohol, minyak sereh dan buah kemiri. Lontar terlebih dahulu dibersihkan dari debu, kemudian diolesi minyak sereh yang dicampur dengan alkohol. Apabila huruf atau aksara kurang jelas, maka diolesi cairan kemiri agar lebih hitam.
“Kondisi lontar cukup terawat di geria tersebut. Terutama lontar-lontar kekawin, karena tak lepas dari lingkup geria sering dibaca mengiringi pelaksanaan upacara yadnya dan sebagainya. Lontar milik Geria Dauh Buruan ini yang dirawat sebagian besar berupa naskah lontar kekawin, usadha, jumlahnya sekitar 70 cakepan,” bebernya.
Menurut Yogik, sejatinya banyak yang mengantre untuk dilakukan perawatan. Hanya saja kendala yang Penyuluh Bahasa Bali hadapi adalah ketersediaan bahan obat yang digunakan untuk mengonservasi lontar. “Karena cukup mahal harganya, terkadang bagi masyarakat kebanyakan belum siap,” ucap pria asal Sidakarya itu sembari menyebut tim penyuluh terdiri dari 15 orang yang bertugas.
Sementara itu, salah satu pemilik lontar yang juga Panglingsir di Geria Dauh Buruan, Ida Bagus Putu Dirga menuturkan perawatan ini sangat penting. Terlebih, sekarang ini banyak lontar-lontar yang jarang dibaca. Dirga menambahkan, koleksi naskah yang tersimpan di geria di antaranya ada kekawin, tatwa, tata titi pertanian, usadha, hingga usadha putih. “Lontar-lontar ini harus dirawat, sangat penting bagi ilmu pengetahuan, bagi generasi penerus,” ucap IB Dirga.
Dijelaskan, koleksi naskah lontar di gerianya cukup banyak, warisan naskah ini dari kakek buyutnya tersimpan rapi hingga sekarang. “Ada beberapa lontar yang hilang, karena dipinjam, namun tak kembali lagi. Yang parah saya mendengar ada beberapa lontar diperjual belikan, ini patut menjadi perhatian semua pihak,” tuturnya sembari mengaku regenerasi membaca lontar di geria berjalan cukup baik selama ini.
Sekadar mengingatkan, kegiatan Bulan Bahasa Bali IV berlangsung selama satu bulan (1-28) Februari 2022. Bulan Bahasa Bali Tahun 2022 mengusung tema “Danu Kerthi: Gitaning Toya Ening”, Air Sumber Pengetahuan, bermakna Bulan Bahasa Bali sebagai representasi pengetahuan yang mengalir tiada henti memancarkan kebajikan, kesejahteraan, dan kemuliaan dunia. *ind
1
Komentar