Bahasa Ibu Jadi Media Awal Ajarkan Toleransi Antaragama
DENPASAR, NusaBali.com - Toleransi antaragama jadi tantangan besar bagi negara yang terdiri dari banyak agama seperti Indonesia. Faktanya, di Indonesia masih ada saja tindakan intoleran kepada umat beragama lain yang mengatasnamakan ‘kebenaran’ ajaran agamanya.
Indonesia yang juga terdiri dari beragam suku, bisa menjadikan bahasa ibu masing-masing daerah sebagai media awal mengajarkan toleransi antaragama. Dengan menggunakan bahasa sehari-hari pesan-pesan toleransi diharapkan lebih mudah dipahami.
Hal tersebut disampaikan Itje Chodidjah, Ketua Harian Komite Nasional Indonesia untuk UNESCO, ketika menjadi salah satu pembicara pada kegiatan Webinar Interagama BASAibu Wiki, Selasa (8/2/2022).
Webinar bertajuk ‘Merawat Toleransi, Menuai Harmoni’ merupakan rangkaian terakhir dari kegiatan Wikithon Interagama yang diadakan oleh BASAibu Wiki di Bali dan Sulawesi Selatan. Selain webinar salah satu kegiatan menarik lainnya adalah lomba membuat karya film pendek yang bertemakan isu interagama.
“Masalah tingkat literasi di Indonesia yang masih tergolong rendah merupakan tantangan terbesar dari munculnya sikap intoleransi. Di samping itu, panggung media yang makin terbuka cenderung memunculkan klaim kebenaran atas tafsir individu atau kelompok yang pada akhirnya mengarah pada bentuk pemaksaan,” ungkap Itje Chodidjah dalam paparannya.
Chodidjah menambahkan, dengan tingkat literasi yang masih rendah seseorang dengan mudahnya menyebarkan berita bohong (hoax) yang seringkali menimbulkan ekses negatif berupa intoleransi antaragama di Indonesia.
“Karena tidak tuntas belajarnya, mengakibatkan pemahaman akan agamanya jadi berlebihan, yang kemudian dalam praktiknya malah bertolak belakang dengan ajaran agama itu sendiri,” sebut Chodidjah.
Diakuinya bukan sebuah permasalahan enteng mengajarkan toleransi antaragama di tengah tingkat literasi masyarakat yang masih rendah. Chodidjah melihat adanya peluang menggunakan bahasa ibu masing-masing daerah di Indonesia sebagai jembatan dalam mengkampanyekan sikap toleransi utamanya toleransi antaragama.
“Cara mengatasi tantangan tersebut adalah memulai dengan penajaman literasi melalui bahasa ibu serta meningkatkan pemahaman dan literasi baca melalui pendidikan di rumah dan masyarakat,” kata Itje Chodidjah.
Ia mengatakan, melalui bahasa yang telah benar-benar dipahami seseorang lebih mudah menerima nilai-nilai toleransi yang disampaikan kepadanya.
Untuk diketahui, BASAibu Wiki adalah sebuah komunitas yang memayungi BASAbali Wiki dan BASAsulsel Wiki yang terbentuk dari komunitas para seniman, advokat, mahasiswa dan cendekiawan yang telah bekerja bersama-sama untuk membuat sebuah platform yang dapat digunakan publik untuk berbagi, berdebat, menyimpan, dan menyoroti topik penting di kalangan masyarakat.
BASAbali Wiki sendiri merupakan yayasan yang telah berdiri sejak 2011 dengan fokus program pada pelestarian dan pengembangan bahasa, aksara, dan sastra Bali di media digital.
Pada tahun 2021, BASAbali Wiki mendapatkan hibah untuk mereplikasikan program-program BASAbali Wiki pada bahasa-bahasa di Sulawesi Selatan. Sejak saat itu, BASAibu Wiki terbentuk kemudian memayungi BASAbali Wiki dan BASAsulsel Wiki.
“Semua pihak hendaknya berkontribusi dalam mewujudkan dunia yang harmonis dan diwarnai toleransi. BASAbali Wiki dan BASAsulsel Wiki bersama banyak pihak senantiasa mencari inisiatif untuk membuka ruang percakapan publik dan kegiatan kreatif untuk terus menyuarakan isu ini," ujar Project Leader BASAsulsel Wiki, Lily Yulianti Farid.
1
Komentar