nusabali

Dulu Sampai Ekspor, Kini Pasar Lokal pun Sepi

Bisnis Layang-Layang Meredup

  • www.nusabali.com-dulu-sampai-ekspor-kini-pasar-lokal-pun-sepi

DENPASAR,NusaBali
Bisnis kerajinan layang-layang salah satu usaha dari UMKM yang masih mandeg akibat dampak pandemi Covid-19 berlanjut.

Sebelum pandemi, layang- layang Bali salah satu  komoditas ekspor. Jumlahnya tidak sedikit, sampai ribuan biji. “Namun setelah pandemi dua tahun lalu dan sampai sekarang masih mandek,” ujar I Wayan Suteja, seorang pembuat layang-layang di Banjar Penida, Desa Batuan Kecamatan Sukawati, Gianyar, Rabu (8/2).

Suteja untuk sementara menghentikan pembuatan layang-layang.  Sebelum pandemi, Suteja tiap hari  berproduksi membuat  layang-layang. Untuk itu dia mempekerjakan 6 orang tukang pembuat layang-layang di art shopnya di Jalan Raya Penida, Desa Adat Negara, Desa Batuan. Belum lagi tukang layang-layang yang  bekerja merakit layang-layang di rumah masing-masing. “Itu karena dulu pesanan maupun pembelian banyak,” ungkap Suteja.

Terutama pada musim layangan. Permintaan layang-layang datang dari sejumlah tempat di Bali. Diantaranya Kuta, Nusa Dua dan daerah lain. Termasuk pembelian dari penggemar layang- layang, warga  setempat di Batuan, Sukawati dan sekitarnya. Selain di pasar lokal, Suteja juga mengirim layang-layang ke Kanada dan Inggris. Jumlahnya juga lumayan, sampai tiga ribu layangan.

Setelah pandemi Covid-19, dua tahun lalu  permintaan layang-layang dari luar terhenti. Namun untuk permintaan dari pasar lokal ketika itu  masih ada. Terutama pada saat musim layang-layang mulai Mei sampai September.
“Lumayan ramai, bahkan saya buka toko sampai pukul 22.00 wita,” terangnya.

Kata dia barangkali, ketika itu orang masih banyak punya tabungan dan mengira pandemi akan berakhir. Kini pembelian dari lokal, juga berkurang.

“Sekarang  kita berusaha untuk bertahan,” lanjut Suteja. Karena itu dia menjual produk lain  berupa peralatan upakara diantaranya lamak, umbul-umbul, payung dan yang lainnya.  

 “Layangan masih tetap, namun sementara tidak membuat stok,” tambah Suteja, yang juga seorang pramuwisata Bahasa Prancis.

Suteja juga sempat mengira, pandemi tidak akan berlangsung lama. Awalnya dia perkirakan pandemi sekitar 3 bulan atau 5 bulan. Namun ternyata sudah 2 tahun. “Waktu Nataru sempat ramai sebentar, saya juga sempat  guiding,” ujarnya.

Namun tidak lama, karena kini wisatawan kembali sepi. “Ya, kita kerja apa untuk bisa bertahan. Mudah-mudahan pandemi  berakhir,”  harap Suteja sambil menata dagangannya, berupa layang-layang, payung  upacara, wastra dan pengangge (busana), umbul-umbul dan lainnya.  *K17

Komentar