Mantan Perbekel yang Dipercaya Petani Jadi Pawang Ular Python
Kisah I Made Arif Hartawan, Tokoh Masyarakat dari Desa Kebon Padangan, Kecamatan Pupuan
Versi Made Arif Hartawan, ular python yang ditangkap selama ini rata-rata berukuran sebesar botol bir, dengan panjang 2,5 meter. Pasalnya, wilayah Desa Kebon Padangan adalah kawasan hutan, sehingga banyak ular berke-mbang biak dan tumbuh dengan baik.
TABANAN, NusaBali
Mantan Kepala Desa (Perbekel) Kebon Padangan, Kecamatan Pupupuan, Tabanan, I Made Arif Hartawan, 49, punya julukan baru. Berkat keahliannya menjinakkan ular, Made Arif Hartawan didaulat sebagai ‘Pawang Ular Python’ oleh para petani di Desa Kebon Padangan.
Petani di Desa Kebon Padangan merasa perlu memiliki pawang ular, mengingat kondisi kontur geografis di daerahnya yang sebagian besar meru-pakan kawasan hutan. Namanya kawasan hutan, tak ayal segala jenis binatang masih banyak dijumpai di Desa Kebon Padangan, mulai dari kidang, burung punglor, hingga ular python. Manakala ditemukan ular python yang mengganggu kenyamanan petani, maka Made Arif Hartawan diminta turun tangan.
Made Arif Hartawan sendiri memang memiliki keahlian menjinakkan ular. Keahlian sebagai pawang ular khusus python ini sudah ditunjukkan Arif Hartawan sejak tahun 1993 ketika menjadi warga transmigran di Sulawesi Barat. Kala itu, Arif Hartawan bersama sejumlah rekannya memang sering berburu ular pyhton di kebun sawit untuk dikomersialkan. Kulit ular python biasa dia cari untuk dijual.
Ternyata, keberaniannya berburu ular python dibawa Arif Hartawan sampai ke kampung halamannya di Banjar Gali Ukir Kelod, Desa Kebon Padangan, Kecamatan Pupuan, Tabanan sepulang dari transmigrasi. “Kalau dibilang ahli menangkap ular, tidak juga. Sebab, ini hanya bermodalkan keberanian saja, dengan teknik yang saya dapatkan secara otodidak,” ujar Arif Hartawan kepada NusaBali, Jumat (11/2).
Menurut Arif Hartawan, selama ini memang banyak petani yang memanfaatkan jasanya untuk menangkap ular python. Biasanya, petani akan mencari Arif Hartawan ketika ada ular python di kebun mereka. “Ular pyhton ini sebetulnya tidak berbisa, namun ukurannya besar-besar. Itulah yang membuat petani takut, sehingga mereka mencari saya,” papar mantan Perbekel Kebon Padangan dua kali periode (2008-2014-2015-2021) ini.
Meskipun ular python tidak terbisa, menurut Arif Hartawan, menangkap ular jenis ini gampang-gampang susah. Apalagi, jika ular yang ditemukan tergolong besar dan panjang, kalau tidak hati-hati bisa saja dililit. Untuk itu, diperlukan kewaspadaan dan teknik khusus dalam menangkapnya.
“Intinya, kalau menangkap ular python ini pegang pangkal leher dan ekornya dengan kuat, supaya ekornya tidak sempat ngelipat bikin kuncian di tubuh kita. Kalau mau lebih aman, bisa juga menjepit bagian kepalanya dengan kayu untuk dapat mengambil ekornya. Baru kemudian ular python dibawa ke tempat aman,” tandas Arif Hartawan.
Arif Hartawan mengakui sepanjang pengalamannya dipercaya petani untuk menangkap ular python, dirinya belum pernah mengalami nasib apes seperti dipatuk atau dililit ular. Memang pernah dipatuk ular, tapi kondisinya tidak parah, hanya rasanya seperti disayat silet. “Astungkara, saya tidak pernah dililit ular,” cerita pria kelahiran Tabanan, 16 April 1973 ini.
Menurut Arif Hartawan, ular python yang ditangkap di kampungnya selama ini rata-rata berukuran besar sebesar botol bir, dengan panjang 2,5 meter. Ini karena wilayah Desa Kebon Padangan adalah kawasan hutan, sehingga banyak ular berkembang biak dan tumbuh dengan baik. Bahkan, tak jarang petani setempat menjumpai ular yang besarnya sampai seukuran pipa 3 dim.
Ular python yang ditangkap Arif Hartawan adalah jenis hewan melalata yang jadi pengganggu petani di kebun. Biasanya, ular python ditemukan di kebun kopi yang terlambat dibersihkan. Sedangkan kalau ular yang hanya sekadar melintas saja, tidak pernah ditangkap.
“Yang saya tangkap adalah ular yang mengganggu petani, yakni ular yang ada di kebun mereka. Kalau ular yang melintas di sungai, tidak saya tangkap. Itu dibiarkan saja hidup bebas,” jelas Arif Hartawan yang sempat menjabat sebagai Bendesa Adat Gali Ukir periode 2004-2009.
Arif Hartawan menyebutkan, saat ini petani yang meminta bantuan untuk menangkap ular python baru di kawasan Desa Kebon Padangan. Biasanya, Arif Hartawan menangkap ular seorang diri. Namun, jika ularnya besar, dia biasa mengajak rekannya untuk menangkap uloar tersebut.
Menurut Arif Hartawan, mengajak teman ini dilakukan untuk mempermudah membawa ular python pasca ditangkap. Pasalnya, ular python biasanya ditangkap di kontur geografid yang tidak aman, seperti tebing. “Paling cepat menangkap ular itu butuh waktu 5 menit, tergantung besar kecilnya ular tersebut,” papar ayah empat anak dari pernikahannya dengan Sayu Putu Karnisi ini. *des
Petani di Desa Kebon Padangan merasa perlu memiliki pawang ular, mengingat kondisi kontur geografis di daerahnya yang sebagian besar meru-pakan kawasan hutan. Namanya kawasan hutan, tak ayal segala jenis binatang masih banyak dijumpai di Desa Kebon Padangan, mulai dari kidang, burung punglor, hingga ular python. Manakala ditemukan ular python yang mengganggu kenyamanan petani, maka Made Arif Hartawan diminta turun tangan.
Made Arif Hartawan sendiri memang memiliki keahlian menjinakkan ular. Keahlian sebagai pawang ular khusus python ini sudah ditunjukkan Arif Hartawan sejak tahun 1993 ketika menjadi warga transmigran di Sulawesi Barat. Kala itu, Arif Hartawan bersama sejumlah rekannya memang sering berburu ular pyhton di kebun sawit untuk dikomersialkan. Kulit ular python biasa dia cari untuk dijual.
Ternyata, keberaniannya berburu ular python dibawa Arif Hartawan sampai ke kampung halamannya di Banjar Gali Ukir Kelod, Desa Kebon Padangan, Kecamatan Pupuan, Tabanan sepulang dari transmigrasi. “Kalau dibilang ahli menangkap ular, tidak juga. Sebab, ini hanya bermodalkan keberanian saja, dengan teknik yang saya dapatkan secara otodidak,” ujar Arif Hartawan kepada NusaBali, Jumat (11/2).
Menurut Arif Hartawan, selama ini memang banyak petani yang memanfaatkan jasanya untuk menangkap ular python. Biasanya, petani akan mencari Arif Hartawan ketika ada ular python di kebun mereka. “Ular pyhton ini sebetulnya tidak berbisa, namun ukurannya besar-besar. Itulah yang membuat petani takut, sehingga mereka mencari saya,” papar mantan Perbekel Kebon Padangan dua kali periode (2008-2014-2015-2021) ini.
Meskipun ular python tidak terbisa, menurut Arif Hartawan, menangkap ular jenis ini gampang-gampang susah. Apalagi, jika ular yang ditemukan tergolong besar dan panjang, kalau tidak hati-hati bisa saja dililit. Untuk itu, diperlukan kewaspadaan dan teknik khusus dalam menangkapnya.
“Intinya, kalau menangkap ular python ini pegang pangkal leher dan ekornya dengan kuat, supaya ekornya tidak sempat ngelipat bikin kuncian di tubuh kita. Kalau mau lebih aman, bisa juga menjepit bagian kepalanya dengan kayu untuk dapat mengambil ekornya. Baru kemudian ular python dibawa ke tempat aman,” tandas Arif Hartawan.
Arif Hartawan mengakui sepanjang pengalamannya dipercaya petani untuk menangkap ular python, dirinya belum pernah mengalami nasib apes seperti dipatuk atau dililit ular. Memang pernah dipatuk ular, tapi kondisinya tidak parah, hanya rasanya seperti disayat silet. “Astungkara, saya tidak pernah dililit ular,” cerita pria kelahiran Tabanan, 16 April 1973 ini.
Menurut Arif Hartawan, ular python yang ditangkap di kampungnya selama ini rata-rata berukuran besar sebesar botol bir, dengan panjang 2,5 meter. Ini karena wilayah Desa Kebon Padangan adalah kawasan hutan, sehingga banyak ular berkembang biak dan tumbuh dengan baik. Bahkan, tak jarang petani setempat menjumpai ular yang besarnya sampai seukuran pipa 3 dim.
Ular python yang ditangkap Arif Hartawan adalah jenis hewan melalata yang jadi pengganggu petani di kebun. Biasanya, ular python ditemukan di kebun kopi yang terlambat dibersihkan. Sedangkan kalau ular yang hanya sekadar melintas saja, tidak pernah ditangkap.
“Yang saya tangkap adalah ular yang mengganggu petani, yakni ular yang ada di kebun mereka. Kalau ular yang melintas di sungai, tidak saya tangkap. Itu dibiarkan saja hidup bebas,” jelas Arif Hartawan yang sempat menjabat sebagai Bendesa Adat Gali Ukir periode 2004-2009.
Arif Hartawan menyebutkan, saat ini petani yang meminta bantuan untuk menangkap ular python baru di kawasan Desa Kebon Padangan. Biasanya, Arif Hartawan menangkap ular seorang diri. Namun, jika ularnya besar, dia biasa mengajak rekannya untuk menangkap uloar tersebut.
Menurut Arif Hartawan, mengajak teman ini dilakukan untuk mempermudah membawa ular python pasca ditangkap. Pasalnya, ular python biasanya ditangkap di kontur geografid yang tidak aman, seperti tebing. “Paling cepat menangkap ular itu butuh waktu 5 menit, tergantung besar kecilnya ular tersebut,” papar ayah empat anak dari pernikahannya dengan Sayu Putu Karnisi ini. *des
1
Komentar