Pemprov Fokus Garap Pertanian di Sektor Hilir
Target Peningkatan Penghasilan Petani
DENPASAR,NusaBali
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali akan lebih fokus pada pemberdayaan sektor pertanian di hilir, demi meningkatkan nilai tambah produk pertanian.
Targetnya dari 9 persen pendapatan petani di hulu, bisa ditingkatkan menjadi 24 persen dengan pemberdayaan di hilir.
Kakao menjadi salah satu komoditas yang ditarget sebagai ‘pilot proyek’ pemberdayaan di hilir tersebut. Dengan demikian, produk kakao Bali nantinya tak hanya dijual atau ekspor dalam bentuk bahan baku, tetapi sudah menjadi produk olahan. Bila perlu siap dikonsumsi.
Pemberdayaan tersebut akan dilakukan terhadap petani kakao di Kabupaten Jembrana. “Nanti kami dengan Koperasi Kerta Semaya Samaniya,” ujar Kepala Bidang Pasca Panen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian (P4HP) Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali I Nyoman Suarta. Dikatakan Koperasi Kerta Semaya Saminiya, merupakan wadah dari petani kakao yang ada Kabupaten Jembrana.
Terkait itu kata Suarta, akan ada pelatihan untuk SDM, bantuan peralatan dan sarana lainnya. Tahun 2022 ini rencananya untuk dipersiapkan. “Nanti pemerintah yang memfasilitasi,” jelas Suarta.
Selama ini produksi kakao di Jembrana khususnya diekspor dalam bentuk biji. Dijelaskan Suarta produksi biji kakao inilah yang akan dibantu difasilitasi, sehingga bisa dikembangkan.
Selain kakao, komoditas pertanian lain yang potensial digarap lagi di bagian hilir adalah kopi. “Banyak lagi komoditas pertanian kita di Bali,” kata Suarta. Artinya kalau dulu pertanian hanya berfokus di sektor hulu, sekarang ini mulai berpihak ke sektor hilir.
Terpisah Ketua Kelompok Koperasi Kerta Semaya Samaniya I Ketut Widnyana mengiyakan rencana pemberdayaan tersebut.
“Itu namanya pengembangan kawasan bersama satu pintu (KBS),” jelasnya. Tujuannya untuk pemberdayaan, peningkatan nilai tambah produk kakao Jembrana, yang merupakan kawasan kakao di Bali. “Rencananya nanti kita mohon mesin pengolahan,” ungkap Widnyana. Diharapkan dari pengolahan tersebut, kakao produksi para petani kakao Koperasi Kerta Semaya
Samaniya bisa diolah menjadi produk turunan diantaranya tepung. “ Jadi tidak hanya lagi biji kakao saja nanti,” jelas Widnyana. Sebelumya sudah ada bantuan mesin dari Pusat, namun kapasitas mesin tersebut relatif kecil. Rata-rata produksi kakao Jembrana antara 47 sampai 58 ton per tahun. Namun karena faktor cuaca yakni El Nino atau La Nina, produksi menurun hampir separohnya yakni 24 ton. “Produksinya menurun. Banyak kakao yang rusak akibat faktor cuaca ekstrem,” jelas Widnyana. *K17
Kakao menjadi salah satu komoditas yang ditarget sebagai ‘pilot proyek’ pemberdayaan di hilir tersebut. Dengan demikian, produk kakao Bali nantinya tak hanya dijual atau ekspor dalam bentuk bahan baku, tetapi sudah menjadi produk olahan. Bila perlu siap dikonsumsi.
Pemberdayaan tersebut akan dilakukan terhadap petani kakao di Kabupaten Jembrana. “Nanti kami dengan Koperasi Kerta Semaya Samaniya,” ujar Kepala Bidang Pasca Panen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian (P4HP) Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali I Nyoman Suarta. Dikatakan Koperasi Kerta Semaya Saminiya, merupakan wadah dari petani kakao yang ada Kabupaten Jembrana.
Terkait itu kata Suarta, akan ada pelatihan untuk SDM, bantuan peralatan dan sarana lainnya. Tahun 2022 ini rencananya untuk dipersiapkan. “Nanti pemerintah yang memfasilitasi,” jelas Suarta.
Selama ini produksi kakao di Jembrana khususnya diekspor dalam bentuk biji. Dijelaskan Suarta produksi biji kakao inilah yang akan dibantu difasilitasi, sehingga bisa dikembangkan.
Selain kakao, komoditas pertanian lain yang potensial digarap lagi di bagian hilir adalah kopi. “Banyak lagi komoditas pertanian kita di Bali,” kata Suarta. Artinya kalau dulu pertanian hanya berfokus di sektor hulu, sekarang ini mulai berpihak ke sektor hilir.
Terpisah Ketua Kelompok Koperasi Kerta Semaya Samaniya I Ketut Widnyana mengiyakan rencana pemberdayaan tersebut.
“Itu namanya pengembangan kawasan bersama satu pintu (KBS),” jelasnya. Tujuannya untuk pemberdayaan, peningkatan nilai tambah produk kakao Jembrana, yang merupakan kawasan kakao di Bali. “Rencananya nanti kita mohon mesin pengolahan,” ungkap Widnyana. Diharapkan dari pengolahan tersebut, kakao produksi para petani kakao Koperasi Kerta Semaya
Samaniya bisa diolah menjadi produk turunan diantaranya tepung. “ Jadi tidak hanya lagi biji kakao saja nanti,” jelas Widnyana. Sebelumya sudah ada bantuan mesin dari Pusat, namun kapasitas mesin tersebut relatif kecil. Rata-rata produksi kakao Jembrana antara 47 sampai 58 ton per tahun. Namun karena faktor cuaca yakni El Nino atau La Nina, produksi menurun hampir separohnya yakni 24 ton. “Produksinya menurun. Banyak kakao yang rusak akibat faktor cuaca ekstrem,” jelas Widnyana. *K17
Komentar