Kadensus 88 jadi Pembicara di Ngopi Nusantara
Ingatkan Pentingnya Merajut Kebhinekaan untuk Melawan Intoleran
DENPASAR, NusaBali
Organisasi Masyarakat (Ormas) Patriot Garuda Nusantara (PGN) wilayah Bali gelar diskusi dengan tema Ngopi Nusantara (Ngobrol Pintar Nusantara), Selasa (15/2) malam.
Diskusi yang berlangsung sederhana bertajuk "Merajut Kebhinekaan Melawan Intoleran" itu menghadirkan Kepala Detasemen Khusus (Densus) Anti Teror Irjen Pol Marthinus Hukom dan Senopati Nusantara PGN Nuril Arifin Husein atau yang akrab dikenal Gus Nuril sebagai pembicara.
Acara yang digelar di Pondok Syifaul Qulub Soko Tunggal, Jalan Nusa Indah Selatan III Nomor 9 B, Banjar Kertasari, Desa Pemecutan Kaja, Kecamatan Denpasar Utara itu diikuti kalangan luas dari lintas agama, lintas Ormas, lintas budaya, lintas adat, dan lintas etnis.
Kedua narasumber ini membicarakan bagaimana menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia yang beraneka ragam adat, budaya, agama, ras, etnis, dan lainnya secara rukun, guyub, dan toleran.
Satu hal penting yang ditekankan oleh Irjen Marthinus dalam pemaparannya adalah jangan fanatisme buta terhadap suatu ajaran. Jika itu terjadi, maka akan ada aksi dan reaksi. Bila suatu kelompok merasa ditindas oleh kelompok lainnya, jangan bereaksi keluar, tetapi berintrospeksi diri ke dalam.
"Bila itu terjadi ambil jalur hukum dengan cara lapor polisi. Kalau aksi dilawan dengan reaksi maka tidak akan berakhir. Bahkan itu akan menjadi luas dan lebar perpecahan yang terjadi. Jangan melakukan perlawanan keluar, tetapi ke dalam diri sendiri," ungkap Irjen Marthinus menjawab pertanyaan seorang tamu undangan dalam sesi tanya jawab pada diskusi yang dihadiri suku Jawa, Batak, NTT, dan lainya dengan berbagai latar belakang agama tersebut.
"Kesadaran nasionalisme itu harus dibangkitkan. Kalau tidak, maka akan terjadi perpecahan. Kegiatan yang digelar malam ini adalah salah cara yang sangat bagus dan efektif untuk membangun kerukunan dan toleransi," ungkap jenderal bintang dua di pundak ini.
Irjen Marthinus mengungkapan tantangan yang dihadapi di era teknologi saat ini dalam menghentikan laju perkembangan bibit-bibit terorisme adalah cyber space. Dikatakan, teknologi seperti pisau bermata dua. Bisa membangun peradaban, bisa pula membangun narasi tanpa melihat fakta. Cyber space memberikan ruang bagi pelaku kejahatan untuk menyebarkan paham-paham radikal dan intoleran.
Irjen Marthinus mengatakan, paham-paham intoleran dalam perkembangannya bukan lagi kekerasan verbal atau ujaran kebencian semata, namun berubah bentuk ke arah kritik tanpa fakta terhadap pemerintah. Kritik dimaknai sebagai kebebasan berbicara. Untuk melawan propaganda yang berkembang di era post truth adalah dengan narasi kebenaran dan memperkuat penegakan hukum secara substansi dan struktural.
"Kita harus bisa membedakan kritik terhadap pemerintah atau hoaks. Kita membangun peradaban baru. Yang bisa menekan itu adalah hukum. Kita perkuat penegakan hukum secara substansi aturan atau struktural penegak hukum. Penangkapan terhadap gembong teroris itu adalah puncak gunung es. Dibawah gunung itu banyak bibit-bibit yang harus diwaspadai," tuturnya. *pol
1
Komentar