Apindo Minta LCS Diperluas ke Banyak Negara
Dorong Penggunaan Mata Uang Lokal
JAKARTA, NusaBali
Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) meminta kerja sama transaksi bilateral menggunakan mata uang lokal (Local Currency Settlement/LCS) diperluas.
Hal ini dinilai perlu dilakukan ke negara yang mempunyai peran besar dalam perdagangan dan investasi dengan Indonesia.
Ketua Apindo Hariyadi Sukamdani meminta LCS diperluas antara lain ke India, Korea Selatan (Korsel), Arab Saudi, hingga Rusia. Sekarang baru 4 negara yang sudah menerapkan kebijakan ini yaitu Malaysia, Thailand, Jepang dan China.
"Diperluas negara yang ikut. Tadi sempat disebut ada India, Korsel, Saudi mungkin, Rusia, lalu negara lain yang kita pandang punya potensi yang besar sama kita. Itu bagus," kata Hariyadi dalam Side Event Presidensi G20 Indonesia, seperti dilansir detikcom, Rabu (16/2).
Pada kesempatan yang sama, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengungkapkan inisiatif LCS juga merupakan bentuk implementasi dari salah satu agenda prioritas Presidensi G20 Indonesia.
"Penggunaan yang lebih luas mata uang lokal antar negara sangat relevan dengan agenda prioritas Presidensi G20 Indonesia di jalur keuangan yaitu: Exit Strategy untuk mendukung pemulihan. Dengan diversifikasi mata uang, diharapkan dukungan terhadap stabilitas makroekonomi dapat diperkuat dan proses pemulihan ekonomi dapat berkelanjutan secara global," jelasnya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), porsi ekspor Indonesia ke India mencapai US$ 1,04 miliar atau 5,68% pada Januari 2022. India menjadi pangsa ekspor terbesar keempat Indonesia, setelah China, AS, dan Jepang.
Sementara Korsel berada pada urutan keenam dengan pangsa mencapai US$ 740 juta atau 4,03% dari total ekspor Indonesia per Januari 2022. Untuk itu, negara tersebut diprediksi mampu meningkatkan transaksi LCS karena berkaitan erat dengan Indonesia dari sektor perdagangan maupun investasi.
"Seperti Rusia kalau pake dolar AS kena office of the foreign asset control. Nah, kita perluas saja dengan Rusia yang jelas-jelas ya itu juga akan membantu proses (perluasan LCS)," tutur Hariyadi.
Sebagai pengusaha, Hariyadi mengaku sangat terbantu dengan adanya penerapan LCS ini. Dia juga melihat bahwa kesadaran akan LCS sudah semakin tinggi, dilihat dari para pelaku usaha yang sadar bahwa penerapannya lebih efisien.
"Saya sebagai pelaku usaha lebih pilih itu (LCS) karena lebih efisien. Kecuali bagi mereka yang memang belum memiliki LCS, itu lain cerita ya," imbuhnya.
Implementasi kerja sama LCS sebagai salah satu upaya berkelanjutan bank sentral untuk mendorong penggunaan mata uang lokal yang lebih luas dalam penyelesaian transaksi perdagangan dan investasi langsung dengan berbagai negara mitra.
Lewat LCS, negara-negara termasuk Indonesia bisa mengurangi ketergantungan transaksi Internasional menggunakan dolar AS. Jadi ketika dunia usaha ingin melakukan aktivitas ekspor impor, maka tidak perlu lagi menukarkan uang ke dolar AS. *
Komentar